Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Professional : Jurnal Komunikasi dan Administrasi Publik

Makna Komunikasi Simbolik Tarian Mpa’a Ntumbu Tuta di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Yayu Rahmawati Mayangsari; Firdaus Firdaus
Professional: Jurnal Komunikasi dan Administrasi Publik Vol 9 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED PRESS, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/professional.v9i2.3429

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna komunikasi simbolik tarian Mpa’a Ntumbu Tuta di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Penelitian ini dilakukan di kec. Wawo Kabupaten Bima, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data primer diperoleh dari sumber yang telah di wawancara mandalam kepada pihak yang telah di tentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, disertai observasi langsung di lapangan. Hasil penelitian yang penulis lakukan untuk mengungkap makna simbolik tarian Mpa’a Ntumbu Tuta di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Makna yang terkandung dalam gerak, iringan, dan tata busana dalam permainan ntumbu tuta. Permainan ntumbu tuta Diawali dengan alunan melodi silu (serunai) dan tabuhan genda (gendang) yang dimaknai sebagai tanda permainan ntumbu tuta akan segera dimulai. Sedangkan pesan secara non verbal disampaiakan memalui gerakan-gerakan yang dilakukan yaitu yang pertama gerakan Wura bongi monca (menabur beras berwarna kuning) gerakan mbiri sala (hadap salam) yang bermakna sebagai tanda penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah itu dilanjutkan dengan gerakan horma (hormat) yang bermakna menghormati para penonton. Setelah gerakan penghormatan dilanjutkan dengan lampa sese (jalan jinjit), kemudian dilanjutkan dengan gerakan ntumbu atau saling membenturkan kepala satu sama lain yang bermakna kekuatan, ketangguhan dan keberanian sang kesatria. Ntumbu dilakukan secara bergantian antara pemain yang satu dengan penari yang lainnya, ini menggabarkan keadilan dan ketangkasan masyarakat desa Ntori sebagai filosofi yang dianut dan dipegangnya. Usai melakukan ntumbu dilanjutkan dengan dengan gerakan ruku hade (penutup) yang bermakna ucapan terimakasih kepada penonton dan yang lebih utama adalah wujud terima kasih kepada Tuhan. Kata Kunci: Makna Simbolik, Komunikasi Budaya, Mpa’a ntumbu tuta
Dampak stigma masyarakat tentang kelurahan penatoi sebagai "Kampung Teroris" Firdaus Firdaus; Yayu Rahmawati Mayangsari
Professional: Jurnal Komunikasi dan Administrasi Publik Vol 9 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED PRESS, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/professional.v9i2.3430

Abstract

This study aims to determine the impact of the community's stigma about Penatoi Village as a "terrorist village". This research use desciptive qualitative approach. This research was conducted in the village of Penatoi, Mpunda District, Bima City. Informant selected purposively and selected based on the criteria of informants that have been made. Data analysis techniques were carried out in stages including reduction, display and drawing conclusions. Based on the results of the research, it can be concluded that the Impact of Community Stigma About Penatoi Village as a "Terrorist Village" greatly influences people's lives in Penatoi Village, this can be seen from three aspects, namely deviant self-concept, social exclusion and involvement in deviant groups. Of the three aspects above, what the people of Penatoi Village feel the most is social exclusion. Penatoi residents in their social interactions experience social exclusion which makes them ridiculed, discriminated against, even to the point of being ostracized from social interactions. If this is not minimized, it will result in negative reactions that lead to physical or verbal violence. In addition, someone who cannot accept this stigma can become a quiet, withdrawn person and can withdraw from the social environment because they feel ostracized. The bad influence or negative stigma of the Penatoi sub-district as a radical/terrorism village is very influential, how come there are many young Penatoi who have taken the police and military tests which are of particular concern to the organizing committee not to be passed, then if there are tattooists traveling outside the area and when asked where they come from and answer from Penatoi, the answer will be 'oh that's a terrorist village, yeah'. Penatoi residents feel discriminated against in the social environment, for example in the lecture environment, moreover I wear a veil so I am often ridiculed as a terrorist. The existence of these issues makes me insecure and inferior.