Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

UJI PALATABILITAS TEPUNG BUNGKIL KELAPA SAWIT YANG DIHIDROLISIS DENGAN ENZIM RUMEN DAN EFEK TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus Sauvage) [The Palatability Test of Palm Kernel Meal Hydrolyzed by Rumen Enzyme and Growth Reponse of Seed Catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage)] Pamungkas, Wahyu
BERITA BIOLOGI Vol 12, No 3 (2013)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v12i3.644

Abstract

The quality of feed is not only determined by the nutrient content and digestibility of the feed or feed ingredients, but also determined by the palatability of the feed. Palatability is one of important factor in the preparation of rations, because palatability affects the amount of feed intake. The purpose of the study was to determine the effect of feed commercial mixed with palm kernel meal (PKM) that was hydrolyzed by sheep rumen liquor enzyme to palatability of feed by measuring total feed consumption and growth responses of seed catfish (Pangasius hypopthalmus Sauvage). The feeds used in the study were commercial feed added hydrolyzed palm kernel meal (PKMe) and unhydrolized palm kernel meal (PKM). The treatments were as follows A). Commercial feed, B). 30% + 70% BKSecommercial feed30% PKMe + 70% commercial feed, C). 40% PKMe + 60% commercial feed, D). 30% PKM + 70% commercial feed, E). 40% PKM+ 60% commercial feed. Ten fishes with wight around 20 g were used in the trial and held in 80 l tanks. A completely randomized experimental design consisted of 1 variable and triplicates were selected. The result of the experiment showed that feed consumption was not significantly different among the treatment. It was showed that the test diet have a good palatability. The result of feed consumption, survival rate and growth responses observation showed that it was not significantly different among the treatments (P>0.05). Result of digestibility analysis showed that diet A and B have digestibility coefficient higher than diet C and D. Based on the evaluation in those parameters it was concluded that palm kernel meal that has been hydrolized by sheep rumen liquor enzyme have a good palatability and can be used as feed for seed catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) with addition of up to 40% in the feed.
GONADAL DEVELOPMENT AND SPAWNING FREQUENCY OF TILAPIA (Oreochromis niloticus) THAT FEEDED BY VITAMIN E SUPPLEMENTATION [Perkembangan Gonad dan Performa Pemijahan Induk Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) yang diberi Pakan dengan Penambahan Vitamin E Suplementasi] Pamungkas, Wahyu; Tahapari, Evi; Darmawan, Jadmiko
BERITA BIOLOGI Vol 13, No 3 (2014)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.884 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v13i3.661

Abstract

Vitamin E merupakan salah satu mikronutrien penting yang berpengaruh terhadap performa reproduksi ikan. Penelitian penambahan vitamin E dalam pakan induk ikan nila (Oreochromis niloticus) bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin E terhadap perkembangan gonad dan performa pemijahan induk ikan nila. Pakan uji yang digunakan adalah pakan formula dengan kadar protein 35% dan lemak 10% ditambahkan vitamin E (tingkat kemurnian 50%) dengan dosis A) 0, B) 75, C) 150, D) 225, E) 300 and F) 375 mg/kg pakan (kontrol). Induk ikan nila umur 6-7 bulan sebanyak 180 ekor dipelihara dalam 6 jaring ukuran 3x3x1,5m yang diletakkan dalam kolam 6000 m2 dengan kedalaman air 80 cm. Masing-masing jaring diisi dengan 20 ekor induk betina dan 10 ekor induk jantan dan dipelihara selama 13 minggu pada bulan September sampai dengan November 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin E pada pakan induk ikan nila memberikan nilai indeks gonad somatik lebih tinggi dibandingkan yang kontrol. Penambahan vitamin E sebanyak 225 mg/kg pakan memberikan nilai persentase induk matang gonad yang tertinggi (80%) dan frekuensi pemijahan yang terbanyak yaitu 22 kali selama masa pemeliharaan 13 minggu. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penambahan vitamin E sebanyak 225 mg/kg pakan dapat meningkatkan perkembangan gonad, jumlah induk betina yang matang gonad, persentase total pemijahan dan frekuensi pemijahan pada induk ikan nila.
Evaluating Good Governance in Preserved Forests: a Comparison Between Community-based and State-based Forest Management in South Sumatera Pamungkas, Wahyu
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Vol 4, No 3 (2018): Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
Publisher : FIA UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.531 KB)

Abstract

Preserved forest can provide important benefits in protecting life-support systems especially in water management, landscape protection, and soil fertilization maintenance. Unfortunately, in Indonesia, the existence of preserved forest is threatened by the high rate of deforestation, that is often associated with poor quality governance. This research aims to evaluate the applying of good governance principles in preserved forest at South Sumatera Province managed through two types of governance namely Community Based Forest Management (CBFM) and State Based Forest Management (SBFM). This paper also correlated between applying good governance principles with deforestation rate to understand the effect of good governance on management effectiveness. This research is a qualitative research by using semi structure interview. Evaluation method follows that developed by Lockwood (2009) using 5 of 7 principles of good governance namely transparency, accountability, fairness, connectivity, resilience and adaptability. This research reveals that SBFM gets an exemplary level in 2 principles and the rest earns a high-level performance. Meanwhile CBFM obtains a substantial level of desirable improvement for all principles. It can be concluded that SBFM is better than CBFM in applying good governance principles. Furthermore, analysing of GIS reveal that deforestation rate in SBFM higher than SBFM in the period 2011-2015 recorded for 9.84% and 6.37% respectively. In term of correlation between good governance and deforestation, this study reveals that better in application of good governance principles did not lead to lower deforestation rate. Further research is required to understand the difference between the result of this research and the supporting theories in terms of the effect of good governance to management effectiveness.  Keyword: Preserved forest, Good Governance, Deforestation, Stated Based Forest Management, Community Based Forest Management, South Sumatera.
Pengaruh Berat Beban pada Lengan terhadap Gaya Otot Bisep Sebagai Media Pembelajaran IPA Konsep Bioekanika Kurniawati, Hanif Alifah; Kuswanto, Heru; Kimianti, Febyarni; Pamungkas, Wahyu
INDONESIAN JOURNAL OF APPLIED PHYSICS Vol 9, No 01 (2019) : IJAP Volume 9 ISSUE 01 YEAR 2019
Publisher : Department of Physics, Sebelas Maret University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.023 KB) | DOI: 10.13057/ijap.v9i01.25544

Abstract

Manusia melakukan banyak kegiatan yang menggunakan konsep biomekanika. Biomekanika adalah ilmu yang menjelaskan tentang aspek mekanika dari gerakan tubuh manusia. Ilmu yang menggunakan hukum fisika dan mekanika untuk mendeskripsikan  gerakan pada tubuh dan memahami efek gaya dan momen yang terjadi. Gerak tubuh manusia yang memakai prinsip biomekanika salah satunya adalah kegiatan pada lengan di mana terdapat gaya otot bisep ketika seseorang mengangkat benda atau beban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat beban pada lengan terhadap gaya otot bisep pada seseorang ketika mengangkat sebuah benda bermassa. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen Pengukuran gaya otot bisep menggunakan sebuah alat kerangka tangan yang dibuat dari kayu dengan memberikan variasi beban yaitu 0,2 N; 0,4 N; 0,6N; 0,8 N and 1,0 N. Setiap beban yang diberikan di lengan, maka akan diketahui gaya otot bisep yang terukur dengan menggunakan neraca pegas. Data hasil penelitian dianalisis secara sederhana dan dimasukkan ke dalam grafik. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa semakin besar berat beban yang diberikan pada lengan maka gaya otot bisep juga akan semakin besar.
ANALISIS KINERJA SISTEM INTERFACE MSOAN V5.2 MENGGUNAKAN METODE AVERAGE DAILY PEAK HOUR DI PT TELKOM PURWOKERTO Wahyu Pamungkas; Eka Wahyudi; Kukuh Krismanto
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.352 KB)

Abstract

Multi Service Optical Access Node (MSOAN) merupakan salah satu layanan multi service pada Next Generation–Digital Loop Carrier (NG-DLC) yang mampu meringkas jaringan telekomunikasi antara Local Exchange (LE) dengan Access Network (AN) menjadi lebih sederhana. Teknologi ini didukungdengan interface V5.2 yang bersifat dinamis dengan menggunakan maximum 16 link E1 atau 480 kanal komunikasi sesuai aturan Pulse Code Modulation-30 (PCM-30). Dengan kondisi pelanggan yang terus bertambah, merlu adanya analisis trafik untuk menentukan berapa jumlah interface V5.2 ataupun modul link E1 untuk memenuhi layanan yang disediakan kepada pelanggan. Model analisis traffic yang digunakan adalah Average Daily Peak Hour (ADPH). Analisis trafik pada jaringan yang sudah dibangun bisa dijadikan pedoman untuk menambah, mengurangi atau memindah interface V5.2 maupun modul link E1 guna mendapat performansi yang diinginkan. Dari hasil analisis yang dilakukan untuk interface V5.2 milik PT TELKOM,Tbk Area Network Purwokerto yang menangani beberapa lokasi (ring: PWT 503, PWT 505, PWT 506) ditemukan bahwa seluruh interface membutuhkan tambahan link E1 dengan jumlah yang bervariasi.Kata kunci: MSOAN, NG-DLC, V5.2, ADPH, Access Network.
ANALISIS PENGARUH WARNA ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA APLIKASI DVB-S Wahyu Pamungkas; Eka Wahyudi; Achmad Nasuha
Semantik Vol 2, No 1 (2012): Prosiding Semantik 2012
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.439 KB)

Abstract

Digital Video Broadcasting (DVB) merupakan salah satu sistem yang digunakan untuk mentransmisikan siaran televisi hingga ke pengguna akhir (end user). Salah satu jenis DVB adalah Digital Video Broadcasting via Satelit (DVB-S) yang menggunakan satelit sebagai repeater sinyal dari pengirim ke penerima. Karena menggunakan satelit sebagai repeater sinyal, maka di sisi pengirim dan penerima menggunakan antena jenis parabola. Secara sederhana alur penerimaan sinyal pada aplikasi DVB-S yaitu sinyal yang dikirim melalui satelit diterima oleh antena parabola, selanjutnya dipantulkan ke LNB untuk ditransmisikan ke receiver. Pada hipotesis awal, warna akan berpengaruh pada banyaknya gelombang elektromagnetik yang mampu dipantulkan oleh suatu antena. Semakin gelap warna yang digunakan pada antena parabola,idealnya akan semakin sedikit gelombang elektromagnetik yang dipantulkan antena parabola ke arah LNB, begitu pula sebaliknya semakin cerah atau mendekati warna putih, idealnya akan semakin banyak gelombang elektromagnetik yang mampu dipantulkan oleh antena parabola ke arah LNB. Pada penelitian ini dibahas mengenai pengaruh warna antena parabola di sisi penerima terhadap parameter C/N untuk komunikasi satelit, khususnya untuk aplikasi DVB-S dengan hasilwarna kuning yang paling berpengaruh menentukan nilai C/N tertinggi.Kata kunci : Komunikasi Satelit, DVB-S, Spektrum Warna, Parameter C/N
Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto Solichah Larasati; Wahyu Pamungkas; Eka Wahyudi
Semantik Vol 4, No 1 (2014): Semantik 2014
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.037 KB)

Abstract

Perkembangan teknologi telekomunikasi, khususnya jaringan kabel  semakin  lama semakin berkembang pesat. Ini  ditandai dengan berkembangnya  layanan yang ditawarkan  oleh operator yang  meliputi voice,  ADSL, Internet Protokol Television (IPTV), dan  wifi.  Berkembangnya layanan tersebut membawa dampak terhadap kenaikan kebutuhan bandwidth.  PT. Telkomsebagai salah satu operator telekomunikasi di Indonesia  melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan bandwidth yang semakin besar dengan melakukan moderinasi jaringan menggunakan perangkat Multi Service Access Node (MSAN).  Salah satu  jenis teknologi MSAN adalah Annex M.  Annex M adalah ADSL2+ yang mempunyai nilai upstream sampai 3 Mbps dan downstream sampai 24 Mbps.  Teknologi ini membutuhkan kualitas jaringan tembaga yang baik.  Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan membandingkan dua variabel sebelum dan sesudah menggunakan Annex M dalam persen rasio. Variabel yang dibandingkan diantaranya adalah SNR, Attenuation dan Attainable Rate.  Berdasarkan perhitungan sampel sebelum dan sesudah menggunakan  Annex M maka didapatkan bahwa parameter Signal to Noise Ratio (SNR) mengalami perbaikan kualitas jaringan upstream sebesar 10,306% dan downstream sebesar 3,048%. Parameter Attenuation sebelum dan sesudah menggunakan Annex M mengalami perbaikan kualitas jaringan upstream sebesar 13,491% dan downstream sebesar 2,797%. Parameter Attainable Rate upstream sebelum dan sesudah menggunakan Annex M mengalami kenaikan sebesar 3,9106% dan Attainable Rate downstream sebelum dan sesudah menggunakan Annex M mengalami pen urunan sebesar 3%
LAJU GALAT BIT AKIBAT KESALAHAN PENGARAHAN ANTENA STASIUN BUMI KE SATELIT Wahyu Pamungkas; Anggun Fitrian Isnawati
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 8, No 1: April 2010
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v8i1.605

Abstract

One problem causing reduction of energy in satellite communications system is the misalignment of earth station antenna pointing to satellite. Error in pointing would affect the quality of information signal to energy bit in earth station. In this research, error in pointing angle occured only at receiver (Rx) antenna, while the transmitter (Tx) antennas precisely point to satellite. The research was conducted towards two satelites, namely TELKOM-1 and TELKOM-2. At first, measurement was made by directing Tx antenna precisely to satellite, resulting in an antenna pattern shown by spectrum analyzer. The output from spectrum analyzers is drawed with the right scale to describe swift of azimuth and elevation pointing angle towards satellite. Due to drifting from the precise pointing, it influenced the received link budget indicated by pattern antenna. This antenna pattern shows reduction of power level received as a result of pointing misalignment. As a conclusion, the increasing misalignment of pointing to satellite would affect in the reduction of received signal parameters link budget of downlink traffic.
Analisa Model Propagasi Cost 231 Multi Wall pada Perancangan Jaringan Indoor Femtocell HSDPA menggunakan Radiowave Propagation Simulator Alfin Hikmaturokhman; Lita Berlianti; Wahyu Pamungkas
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2015
Publisher : Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak—Memuaskan pelanggan pengguna jasatelekomunikasi yang berada di dalam gedung dengan layananjaringan yang bagus dan berkualitas merupakan hal yang sangatpenting. Penulisan Penelitian ini akan melakukan perancanganjaringan indoor HSDPA dan melakukan simulasi dari rancangantersebut dengan menggunakan perangkat lunak yang berupaRadiowave Propagation Simulator (RPS). Sedangkan untukmenganalisa hasil perancangan maka dilakukan studi kasus yangberlokasi di gedung baru Kampus ST3 Telkom Purwokerto.Berdasarkan hasil analisa dan implementasi yang telah didapathasil penelitian yang telah dilakukan maka jumlah FAPberdasarkan perhitungan kapasitas yaitu sebanyak 2 FAP.Sedangkan berdasarkan perhitungan cakupan (coverage)menggunakan Model Propagasi Cost 231 Multi Wallmenghasilkan jumlah FAP sebanyak 2 FAP juga. Namun, darikedua jenis perhitungan tersebut, perhitungan berdasarkankapasitas lebih dipilih dari pada perhitungan berdasarkancakupan untuk perancangan jaringan indoor di ST3 Telkom. Halitu dikarenakan, perhitungan dengan kapasitas memperhitunganjumlah pengguna yang jumlahnya lebih padat yaitu untukruangan kelas T7. Jenis FAP yang digunakan pada penelitian iniialah USC 5310 dengan daya pancar sebesar 20 dBm. Sehinggadidapatkan Maximum Allowable Path Loss nya ialah 248,12 dBdari arah uplink dan 244,12 dB dari arah downlink. Sedangkanhasil dari composite coverage untuk skenario 1 adalah -27,25 dB,lalu pada skenario 2 menghasilkan composite coverage sebesar -26,60 dBm, dan hasil dari composite coverage pada skenario 3yaitu -25,81 dBm. Sehingga dari hasil composite coverage yangdidapat, maka skenario yang dipilih adalah skenario ke 3.Kata Kunci—Jaringan indoor; HSDPA; RadiowavePropagation Simulator, Femtocell, Model Propagasi Cost 231 MultiWall
Analisis Kualitas Jaringan 2G Pada Frekuensi 900MHz Dan 1800MHz Di Area Purwokerto Alfin Hikmaturokhman; Wahyu Pamungkas; Muhamad Alwi Sibro Malisi
JURNAL INFOTEL Vol 5 No 2 (2013): November 2013
Publisher : LPPM INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/infotel.v5i2.1

Abstract

Teknologi 2G GSM masih banyak digunakan untuk komunikasi selular pada layanan suara maupun data. Performansi jaringan sangat berpengaruh terhadap layanan komunikasi yang digunakan. Drive test merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengamati performansi jaringan dari sisi penerima. Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara pengamatan performasi jaringan dengan metode drive test single site. Parameter yang diamati untuk mengetahui performansi suatu jaringan 2G adalah Rx Level, Rx Qual, SQI dan Throughput. Rx Level yaitu digunakan untuk pengamatan level sinyal penerima dari BTS. Rx Qual digunakan untuk menentukan kualitas sinyal penerima. SQI merupakan nilai indikator dari kualitas layanan suara. Throughput menampilkan nilai pengamatan layanan data hasil download dan upload. Hasil pengamatan dari drive test single site ini memperoleh nilai level sinyal atau Rx Level ? -85 dBm dapat mencapai 80% untuk frekuensi 900 MHz sedangkan pada frekuensi 1800 MHz memperoleh 74,95%, Rx Qual dari range 0-3 memperoleh 26,58% pada frekuensi 900 MHz dan 33,81% pada frekuensi 1800 MHz. Nilai throughput maksimum dapat mencapai target 60 Kbps pada penggunaan download GPRS dan 90 Kbps untuk penggunaan download EDGE, sedangkan nilai throughput upload dapat mencapai 30 Kbps pada GPRS dan 60 Kbps pada EDGE. Nilai maksimum throughput download maupun upload pada jaringan 2G di BTS Teluk masih dalam keadaan normal dengan melihat hasil nilai maksimum throughput berdasarkan Key Performance Indicator (KPI).