p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Borobudur
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

DEVELOPMENT OF DIGITAL MONITORING METHODOLOGY Nahar Cahyandaru; Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 1 No. 1 (2007): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1121.073 KB) | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v1i1.44

Abstract

-
Analisis Stabilitas Struktur Bukit Candi Borobudur: -Kajian Rayapan Menggunakan Data Inklinometer- Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 1 No. 1 (2007): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.16 KB) | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v1i1.48

Abstract

-
Pengaruh Gaya Gempa Terhadap Kestabilan Struktur Pola Susun Batu Candi Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 2 No. 1 (2008): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v2i1.57

Abstract

-
Aplikasi 3D Laser Scanner Untuk Pemetaan Topografi dan Pendokumentasian BCB Kawasan Situs Candi Gedong Songo Brahmantara Brahmantara; Pramudianto D H; Ajar Priyanto
Borobudur Vol. 3 No. 1 (2009): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v3i1.62

Abstract

-
Dampak Pemanasan Global Terhadap Keterawatan Candi Borobudur Wiwit Kasiyati; Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 4 No. 1 (2010): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v4i1.73

Abstract

-
Pemanfaatan Teknologi Terestrial Laser Scanner Untuk Perekaman Data dan Pendokumentasian Tiga Dimensi (3D) Lukisan Cadas Pada Gua-Gua Prasejarah di Indonesia Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 10 No. 1 (2016): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v10i1.145

Abstract

Perkembangan teknologi perekaman data cagar budaya khususnya luksian Cadas (Rock Art) telah berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan teknologi digital. Teknik dan metode perekaman data cagar budaya berkembang dari teknik sederhana sampai dengan teknologi mutakhir berbasis digital dengan format tiga dimensi (3D). Teknologi Terestrial Laser Scanner merupakan perangkat digital dengan sasaran perekaman tiga dimensi (3D). Dalam penelitian ini penerapan Teknologi Terestrial Laser Scanner digunakan untuk merekam data geometri gua dan detail lukisan cadas (Rock Art) pada kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat Kutim Kalimantan Timur. Proses registrasi dari masing masing posisi pemindaian (scan world) menghasilkan tingkat akurasi data yang sangat tinggi dengan rata-rata eror dibawah 2mm. Dari hasil pengolahan data didapatkan beberapa output dan beberapa produk akhir yang sangat signifikan seperti gambar 2D, citra 3D, DS0 (digital surface model), data kontur dengan interval sampai 2 cm, animasi dalam format avi dan informasi publikasi dalam bentuk virtual tour 360°. Dari hasil analisa data tingkat akurasi, jumlah output yang dihasilkan dan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk proses perekaman data metode perekaman data dengan Teknologi Terestrial Laser Scanner ini sangat efektif untuk digunakan dalam perekaman data dan pendokumentasian cagar budaya khususnya lukisan cadas (rock art).
Survey dan Pemodelan 3D (Tiga Dimensi) untuk Dokumentasi Digital Candi Borobudur Deni Suwardhi; Muhammad Mukhlisin; Dendy Darmawan; Shafarina Wahyu Trisyanti; Brahmantara Brahmantara; Yudi Suhartono
Borobudur Vol. 10 No. 2 (2016): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v10i2.150

Abstract

Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya masa lampau yang sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia. Upaya pelestarian Candi Borobudur sebagai salah satu Warisan Dunia (World Heritage) terus dilakukan oleh para pelestari, salah satunya adalah dengan melakukan perekaman secara digital dalam bentuk model 3D (tiga dimensi). Data - data yang disampaikan dalam kajian ini merupakan hasil survey yang terdiri dari (i) survey pemotretan udara menggunakan WUNA (wahana udara nir-awak), (ii) survey pemotretan terestris, (iii) survey terestris menggunakan sensor aktif laser scanner, dan (iv) survey GPS (Global Positioning System) teliti. Kamera yang digunakan dalam pemotretan udara maupun terestris adalah kamera digital format kecil non-metrik yang mempunyai karakteristik parameter orientasi dalam, seperti panjang fokus dan distorsi lensa, yang tidak stabil, sedangkan untuk pemotretan bagian candi yang sulit diambil dari udara seperti patung, relief dan stupa, digunakan teknik foto terestris rentang dekat yang mempunyai prinsip sama dengan teknik foto udara. Salah satu tantangan dalam pengolahan data hasil kajian ini adalah bagaimana teknik Fotogrametri Digital memungkinkan penggabungan keseluruhan foto yang diambil dengan data hasil survey GPS teliti sebagai titik kontrol dan memberi koordinat global pada model 3D yang dihasilkan. Penggabungan tersebut mempunyai tujuan untuk menghasilkan model 3D dengan ragam tingkat kedetilan (Multilevel of Detail). Beberapa objek dengan tingkat kedetilan tinggi, seperti patung, relief dan stupa, dibandingkan dengan model yang dihasilkan dari sensor aktif laser scanner. Setelah untuk analisis lebih lanjut. Kerangka kerja internasional untuk pemodelan kota 3D khususnya obyek Warisan.
METODE FOTO RENTANG DEKAT (CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY) DAN AERIAL UNTUK PENDOKUMENTASIAN TIGA DIMENSI CAGAR BUDAYA Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 11 No. 2 (2017): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v11i2.177

Abstract

Metode pendokumentasian Cagar Budaya telah mengalami perkembangan yang luar biasa, ditandai dengan adanya teknologi digital dalam sistem perekaman dan akuisisi data. Data visual yang dihasilkan melalui proses pendokumentasian digital tidak hanya memberikan hasil dalam dua dimensi (2D), namun mampu memberikan interpretasi secara tiga dimensi (3D) dengan detail dan akurasi yang cukup tinggi. Salah satu metode yang berkembang saat ini adalah fotogrametri digital, baik close range photogrammetry (foto rentang dekat) dan aerial photogrammetry (foto udara) dengan wahana pesawat tanpa awak (drone). Kajian metode foto rentang dekat (close range photogrammetry) dan foto udara ini merupakan salah satu metode pendokumentasian yang murah (low cost methodology) apabila dibandingkan dengan pemindaian menggunakan instrumen 3D laser scanning. Berdasarkan kelebihan tersebut, maka perlu dikaji efektitas metode ini untuk mendokumentasikan Cagar Budaya berdasarkan tingkat/nilai akurasi yang dihasilkan. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa hasil pendokumentasian dan pemodelan tiga dimensi relief kapal Candi Borobudur menggunakan metode foto rentang dekat (close range photogrammetry) dengan kontrol skala menghasilkan nilai akurasi sebesar 5 mm, stupa terbuka dan arca singa masing-masing 3 mm dan 1,6 mm. Sedangkan hasil pemodelan Candi Borobudur dengan data foto udara wahana pesawat tanpa awak menghasilkan nilai akurasi sebesar 4 cm. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa metode foto rentang dekat dan foto udara menghasilkan tingkat akurasi yang cukup tinggi dan nilai RMS error yang rendah, sehingga kedua metode ini layak digunakan dalam pendokumentasian tiga dimensi Cagar Budaya dengan biaya murah.
Pelestarian Warisan Budaya Kota (Urban Heritage) Melalui Pendekatan Heritage Urban Landscape (HUL) dan Cultural Heritage Integrated Management Plans (CHIMP) Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 14 No. 1 (2020): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v14i1.230

Abstract

Pelestarian warisan budaya kota (urban heritage) saat ini mengalami tantangan yang cukup besar. Laju pembangunan menjadi ancaman dalam menggeser nilai nilai budaya itu sendiri. Bagaimana mendesain sinergitas antara warisan yang bersifat fisik dan nofisik melalui pendekatan Heritage Urban Landscape (HUL) dan Cultural Heritage Integrated Management Plans (CHIMP)? Apakah kedua metode tersebut sesuai untuk diterapkan? Lantas, bagaimana kedua metode tersebut bekerja? Dalam pengelolaan dan pelestarian warisan budaya perkotaan (urban heritage), ada dua pendekatan yang dilakukan. Pertama adalah pendekatan Heritage Urban Landscape (HUL), pendekatan ini dilakukan dengan metode melihat warisan budaya kota sebagai aset sosial, ekonomi dan budaya untuk pengembangan kota dan bergerak diluar pelestarian fisik lingkungan, dan berfokus kepada lingkungan manusia beserta lingkungannya baik yang bersifat bendawi maupun tak bendawi. Metode yang kedua adalah pelestarian dengan pendekatan Rencana Manajemen Terpadu Warisan Budaya (Cultural Heritage Integrated Management Plans / CHIMP). CHIMP adalah instrumen inovatif yang secara efektif mengelola perlindungan dan pengembangan daerah perkotaan bersejarah secara berkelanjutan menuju warisan budaya kota yang menarik, kompetitif dan multifungsi. Instrumen ini menyeimbangkan dan mengkoordinasikan antara kebutuhan akan warisan budaya dengan kebutuhan dari “pengguna” (masyarakat) dan stakeholder terkait yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan dari warisan budaya kota tersebut. Metode pendekatan tersebut baik HUL maupun CHIMP sesuai untuk diterapkan dalam pelestarian warisan budaya kota. Kedua metode tersebut mampu menghubungkan dan menyeimbangkan antara pembangunan sosial- ekonomi yang berkelanjutan dengan perlindungan warisan budaya dan identitas yang dimiliki. HULlebih banyak bergerak diluar pelestarian fisik lingkungannya, sedangkan CHMIP bergerak disemua aspek pelestarian. Perbedaan bukan merupakan suatu kelebihan dan kekurangan, namun merupakan dua pendekatan yang sebenarnya saling melengkapi. Identifikasi karakteristik yang dimiliki ini menjadi penentuan awal apakah metode pendekatan dengan HUL atau CHIMP. Karakteristik kota yang didominasi oleh karakter dan nilai budaya yang bersifat fisik lebih cocok menggunakan pendekatan CHIMP dan sebaliknya kota yang mempunyai lebih banyak karakter nilai budaya non fisik akan lebih sesuai menggunakan pendekatan HUL.
PENGGUNAAN SANDAL KHUSUS UNTUK PENCEGAHAN KEAUSAN BATU CANDI BOROBUDUR Brahmantara Brahmantara
Borobudur Vol. 16 No. 1 (2022): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v16i1.261

Abstract

The use of mass tourism has several negative impacts on the preservation of Borobudur Temple. One of them is the condition of wear and tear on the stone stairs and floors. From the survey results and calculation of the percentage of stone wear of Borobudur Temple on the west and north side of the stone stairs are 63.39% and 27.84%, while on the south side stone stairs are 30.96%. One of the efforts to minimize wear and tear is the use of special sandals. This particular sandal study aims to obtain a prototype of footwear (sandals) that meet the criteria for durability, ergonomics and visual harmony (DEKS), as well as an effort to increase community participation through empowering local MSMEs (Micro, Small and Medium Enterprises). The research method went through two stages, namely: laboratory testing of sandal material samples, and the manufacture of special sandals. The results of the study concluded that the use of sandals can have an effect on efforts to prevent an increase in the power of the temple stones on the stairs and floors. Friction test results show that the type of sponge material has a lower level of hardness than the type of stone sponge, so it has a low impact on wear. Based on the criteria required in the formulation of the problem, the prototype design is made in three types, namely; prototypes I, II and III. This particular sandal is designed with the brand “Upanat Barabudur”. Taken from the inscription on the relief of Karmawibhangga panel 150 which means 'footwear'. Viewed from the perspective of historical and philosophical values, the use of special footwear is useful in an effort to minimize wear and tear and as a conservation education medium for visitors.