Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

VARIASI LAMA MASERASI TERHADAP RENDEMEN, INDEKS BIAS, TOTAL FENOLIK DAN SITRONELAL OLEORESIN DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix DC) Arini Suci Prastiwi; Rohadi Rohadi; Aldila Sagitaning Putri
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 14, No 1 (2019): Februari
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jtphp.v14i1.2491

Abstract

Jeruk   purut   (Citrus   hystrix   DC)   merupakan   salah   satu   tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan pada bagian buah dan daunnya sebagai penyedap makanan. Bagian jeruk purut yang digunakan pada penelitian ini adalah daunnya.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  variasi  lama  maserasi terhadap rendemen, indeks bias, total fenolik, dan senyawa sitronelal oleoresin daun jeruk purut. Sampel yang digunakan berupa daun jeruk purut segar yang diekstrak dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu lama maserasi (1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama maserasi berpengaruh nyata terhadap analisis rendemen, total fenolik dan sitronelal (p<0,05), namun tidak berpengaruh nyata terhadap analisis indeks bias (p>0,05). Perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan ketiga (P3) lama maserasi selama 3 jam, mengahasilkan rendemen 2,91± 0,42; indeks bias 1,50 ± 0,00; total fenolik 0,20 ± 0,10 dan sitronelal 63,66%.
SIFAT ANTIOKSIDATIF EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) JENIS TEH HIJAU, TEH HITAM, TEH OOLONG DAN TEH PUTIH DENGAN PENGERINGAN BEKU (Freeze Drying) Dea Ira Lelita; Rohadi Rohadi; Aldila Sagitaning Putri
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 13, No 1 (2018): Februari
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.306 KB) | DOI: 10.26623/jtphp.v13i1.2372

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat antioksidatif ekstrak teh (Camellia sinensis Linn.) jenis teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih dengan pengeringan beku (Freeze drying). Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang sifat antioksidatif ekstrak teh (Camellia sinensis Linn.) jenis teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih dengan pengeringan beku (Freeze drying).Rancangan percobaan ini menggunakan satu faktor yaitu jenis teh dengan 4 perlakuan yaitu P1 : Ekstrak Teh Hijau, P2 : Ekstrak Teh Hitam, P3 : Ekstrak Teh Oolong, P4 : Ekstrak Teh Putih. dan 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)Hasil penelitian menunjukan kapasitas antioksidatif ekstrak teh setara total fenolik (mgGAE/g-ekstrak) berturut- turut yaitu P2 (Ekstrak teh hitam) 25,67±0,008 < P4 (Ekstrak teh putih) 29,93±0,037 < P1 (Ekstrak teh hijau) 30,89±0,014 < P3 (Ekstrak teh oolong)31,93±0,494. Kapasitas antioksidatif ekstrak teh setara total flavonoid (mg-QE/ g–ekstrak)berturut-  turut  yaitu  P2  (Ekstrak  teh  hitam)  14,73±0,363  <  P4  (Ekstrak  teh  putih)15.60±0,582 < P3 (Ekstrak teh oolong) 16,44±0,526 < P1 (Ekstrak teh hijau) 17,52±0,423. Kapasitas antioksidan penangkapan radikal bebas DPPH berturut- turut Konsentrasi 1000 ppm P2 (Ekstrak teh hitam) 55,48±0,684 < P1 (Ekstrak teh hijau) 86,32±0,107 < P3 (Ekstrak teh oolong) 87,20±0,217 < P4 (Ekstrak teh putih) 92,91±0,077 . Konsentrasi 1250 ppm P2 (Ekstrak teh hitam) 71,90±0,296 < P1 (Ekstrak teh hijau) 89,22±0,092 < P3 (Ekstrak teh oolong) 92,19±0,289 < P4 (Ekstrak teh putih) 93,27±0,190. Konsentrasi 1500 ppm P2 (Ekstrak teh hitam) 72,07±0,308 < P1 (Ekstrak teh hijau) 93,40±0,198 < P3 (Ekstrak teh oolong) 92,86±0,020 < P4 (Ekstrak teh putih) 93,61±0,094. Sifat antioksidatif didapatkan kadar terbaik pada perlakuan P4, sehingga perlakuan P4 memiliki potensi yang baik bila diaplikasikan sebagai antioksidan alami pada sistem pangan. 
Komparasi Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis Linn.) Dibandingkan Ekstrak Biji Anggur dan BHA pada Berbagai Konsentrasi Rohadi Rohadi; Sri Budi Wahjuningsih
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 7, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.245 KB) | DOI: 10.17728/jatp.2269

Abstract

Teh putih merupakan produk olahan teh (Camellia sinensis Linn.) yang spesifik antara lain bahan baku berasal dari pucuk daun teh yang masih menggulung (kuncup), diolah tanpa melalui proses fermentasi dan berwarna putih keperakan. Tujuan penelitian adalah mengukur sifat antioksidatif ekstrak teh putih pada berbagai konsentrasi (25-150 ppm) dengan pembanding ekstrak biji anggur (EBA) dan antioksidan sintetik butylated hydroxyanisole (BHA). Teh putih diekstraksi dengan metode maserasi (bahan: aquades = 1:10; selama 10 menit pada suhu 60±2oC). Seduhan teh disaring dengan kertas saring Whatman 4, filtrat yang diperoleh dikering bekukan sebagai ekstrak teh putih (ETP) yang kemudian disimpan pada suhu <-20oC untuk dilakukan analisis selanjutnya. Hasil penelitian menunjukan yield ekstraksi teh putih 14,42±1,66% (b/b), total fenolik dan flavonoid ETP adalah masing-masing sebesar 18,56±0,25 g-GAE/100 g dan 4,28±0,1 g-QE/100 g, sedangkan untuk nilai uji radical scavenging activity-DPPH (RSA-DPPH) ETP adalah 14,15±0,10%. Terdapat signifikansi kapasitas penangkapan radikal bebas DPPH antar ekstrak (25-150 ppm) dengan urutan ETP < BHA < EBA (p<0,05). Nilai uji FRAP untuk ETP adalah. 0,169±0,001 (OD). Terdapat signifikansi kapasitas mereduksi ion Feri (FRAP) antar ekstrak (25-150 ppm) dengan urutan ETP<BHA< EBA (p<0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa total fenolik dan flavonoid ETP dapat ditentukan dengan baik dan jika dibandingkan dengan BHA dan EBA maka ETP dengan pelarut air ini menunjukkan hasil yang lebih kecil dari BHA dan EBA. Comparison Antioxidant Activity of White Tea (Camellia sinensis Linn.) Extract and Grape Seed Extract plus BHA in Various Concentrations AbstractWhite tea is a product processed specifically from tea leaves (Camellia sinensis Linn.). It is made with the top bud of tea plant. After picking, the leaves are minimally oxidized (unfermented process) and the leaves are easily recognizable as they possess a silver needle. The research was conducted to determine the antioxidant activity of white tea extract (WTE) in various concentration [25-150 ppm]. Comparison with grape seed extract (GSE) and BHA were also conducted. Tea infusion was prepared by placing 50 g of white tea in 500 ml of distillated water (1:10/60±2oC) and steeping for 10 minutes. The sample (tea infusion) was filtered through Whatman filter paper No.4 and the extract were freeze-dried, then the extract stored at -20oC until further analysis. The result showed yield of white tea extraction was 14.42±1.66% (w/w), the total phenolic and the total flavonoid content of WTE was 18.56±0.25 (g-GAE/100 g) and 4.28±0.1 (g-QE/100 g), respectively. Antioxidant activities of WTE (150 ppm) against the DPPH radical were 14.15±0.10%. There were differences significantly possess radical scavenging activity-DPPH among extract in all concentrations (25-150 ppm) with the order WTE < BHA < GSE (p<0.05). Antioxidant activities of WTE (150 ppm) against the ion Ferric were 0.169±0.001 (OD). There were differences significantly possess their reduction activity against the ion Ferric among extract in all concentration (25-150 ppm), with the order WTE < BHA < GSE (p<0.05). As conclusion antioxidant activity of aqueous WTE was successfully detected but wasn’t as strong as GSE and BHA.•||•|•|•|
Pemanfaatan Kultur Biakan Murni Bakteri Asam Laktat Genus (L. Plantarum) Pada Fermentasi Rebung di Sentra Pengolahan Rebung di Girikusumo Mranggen Demak Rohadi Rohadi; Antonia Nani Cahyanti; Devy Angga Gunantar
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 5 NOMOR 2 SEPTEMBER 2021 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.273 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v5i2.6852

Abstract

Dusun Girikusumo, Banyumeneng Kecamatan Mranggen, Demak, Jawa Tengah merupakan salah satu sentra pengolahan rebung (bamboo shoots) menjadi produk fermentasi. Hasil fermentasi rebung dimanfaatkan sebagai sayuran isi Lumpia. Semua produsen rebung fermentasi masih menggunakan metode fermentasi alami dan menggunakan tawas (alum), pada tahap perebusan dan fermentasi. Disamping itu produsen rebung fermentasi tidak memanfaatkan limbah cair (broth) dari fermentasi rebung, sebagai ragi (starter) untuk proses fermentasi berikutnya. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengolah rebung, tentang proses produksi asinan rebung yang efisien, baik, dan aman serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penyiapan starter dari biakan murni bakteri asam laktat (BAL) jenis L. plantarum. Metode yang digunakan adalah pendidikan masyarakat dan pelatihan.  Luaran (outcome) yang diperoleh dari pengabdian ini adalah  berupa peningkatan pengetahuan dan kapasitas pengolah rebung di Dusun Girikusumo, Mranggen Demak dalam memproduksi asinan rebung yang efisien, benar dan aman. Peserta yang berjumlah 16 orang yang terdiri dari pemasok dan pengolah rebung sudah memahami bahwasanya tawas tidak boleh dipakai dalam pengolahan rebung. Peserta paham bahwa limbah cair dari fermentasi alami rebung penuh (kaya) BAL dapat dimanfaatkan sebagai ragi untuk fermentasi rebung yang baru. Namun semua peserta tidak faham cara menyiapkan ragi starter dari kultur murni L. plantarum. Hasil pengabdian ini sangat penting agar produsen asinan rebung menghasilkan rebung yang aman pada tingkat residu cemaran logam aluminium.
Komparasi Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis Linn.) Dibandingkan Ekstrak Biji Anggur dan BHA pada Berbagai Konsentrasi Rohadi Rohadi; Sri Budi Wahjuningsih
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 7, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17728/jatp.2269

Abstract

Teh putih merupakan produk olahan teh (Camellia sinensis Linn.) yang spesifik antara lain bahan baku berasal dari pucuk daun teh yang masih menggulung (kuncup), diolah tanpa melalui proses fermentasi dan berwarna putih keperakan. Tujuan penelitian adalah mengukur sifat antioksidatif ekstrak teh putih pada berbagai konsentrasi (25-150 ppm) dengan pembanding ekstrak biji anggur (EBA) dan antioksidan sintetik butylated hydroxyanisole (BHA). Teh putih diekstraksi dengan metode maserasi (bahan: aquades = 1:10; selama 10 menit pada suhu 60±2oC). Seduhan teh disaring dengan kertas saring Whatman 4, filtrat yang diperoleh dikering bekukan sebagai ekstrak teh putih (ETP) yang kemudian disimpan pada suhu <-20oC untuk dilakukan analisis selanjutnya. Hasil penelitian menunjukan yield ekstraksi teh putih 14,42±1,66% (b/b), total fenolik dan flavonoid ETP adalah masing-masing sebesar 18,56±0,25 g-GAE/100 g dan 4,28±0,1 g-QE/100 g, sedangkan untuk nilai uji radical scavenging activity-DPPH (RSA-DPPH) ETP adalah 14,15±0,10%. Terdapat signifikansi kapasitas penangkapan radikal bebas DPPH antar ekstrak (25-150 ppm) dengan urutan ETP < BHA < EBA (p<0,05). Nilai uji FRAP untuk ETP adalah. 0,169±0,001 (OD). Terdapat signifikansi kapasitas mereduksi ion Feri (FRAP) antar ekstrak (25-150 ppm) dengan urutan ETP<BHA< EBA (p<0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa total fenolik dan flavonoid ETP dapat ditentukan dengan baik dan jika dibandingkan dengan BHA dan EBA maka ETP dengan pelarut air ini menunjukkan hasil yang lebih kecil dari BHA dan EBA. Comparison Antioxidant Activity of White Tea (Camellia sinensis Linn.) Extract and Grape Seed Extract plus BHA in Various Concentrations AbstractWhite tea is a product processed specifically from tea leaves (Camellia sinensis Linn.). It is made with the top bud of tea plant. After picking, the leaves are minimally oxidized (unfermented process) and the leaves are easily recognizable as they possess a silver needle. The research was conducted to determine the antioxidant activity of white tea extract (WTE) in various concentration [25-150 ppm]. Comparison with grape seed extract (GSE) and BHA were also conducted. Tea infusion was prepared by placing 50 g of white tea in 500 ml of distillated water (1:10/60±2oC) and steeping for 10 minutes. The sample (tea infusion) was filtered through Whatman filter paper No.4 and the extract were freeze-dried, then the extract stored at -20oC until further analysis. The result showed yield of white tea extraction was 14.42±1.66% (w/w), the total phenolic and the total flavonoid content of WTE was 18.56±0.25 (g-GAE/100 g) and 4.28±0.1 (g-QE/100 g), respectively. Antioxidant activities of WTE (150 ppm) against the DPPH radical were 14.15±0.10%. There were differences significantly possess radical scavenging activity-DPPH among extract in all concentrations (25-150 ppm) with the order WTE < BHA < GSE (p<0.05). Antioxidant activities of WTE (150 ppm) against the ion Ferric were 0.169±0.001 (OD). There were differences significantly possess their reduction activity against the ion Ferric among extract in all concentration (25-150 ppm), with the order WTE < BHA < GSE (p<0.05). As conclusion antioxidant activity of aqueous WTE was successfully detected but wasn’t as strong as GSE and BHA.•||•|•|•|
Determination of Antioxidant Activity and Phenolic Compounds of Methanolic Extract of Java Plum (Syzygium cumini Linn. (Skeel) Seed Rohadi Rohadi; Umar Santoso; Sri Raharjo; Iip Izul Falah
Indonesian Food and Nutrition Progress Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ifnp.24279

Abstract

Methanolic extract of Java Plum (Syzygium cumini L. (Skeel) seed (MEJS) is potential source of natural antioxidant. As indicated by several in vitro measurements, the extract had strong DPPH (1,1 diphenyl, 2–picryl hydrazyl) and ABTS (2,2-azinobis, 3-ethylbenzothiazoline-6-sulphonate) radical scavenging activity, strong Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) and moderate inhibition activity of linoleic acid oxidation. This study aimed to determine antioxidant activity and phenolic compound of Java Plum seed (Syzygium cumini L. (Skeel) methanolic extract fractions. Phenolics compound identification using Thin Layer Chromatography (TLC) showed that all fractions (polar, semi polar and hydrolyzed semi polar fraction) contained Gallic acid, Tannic acid and flavonol’s Rutin. HPLC-DAD analysis showed that its polar fraction contained 25 ppm flavonol’s Quercetine and 55181 ppm flavonol’s (+)- Catechin, ethyl acetate fraction contained 54 ppm flavonol’s Rutin and 528 ppm (+)- Catechine, while hydrolyzed ethyl acetate fraction contained 404 ppm Rutin and 28692 ppm (+)- Catechine.
Pengolahan Air Kelapa Menjadi Minuman Probiotik dalam Upaya Meningkatkan Imunitas dan Kesejahteraan Warga Banjardowo Genuk Kota Semarang Siti Thomas Zulaikhah; Susilorini Susilorini; Rohadi Rohadi
Jurnal ABDIMAS-KU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran Vol 1, No 3 (2022): September
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.649 KB) | DOI: 10.30659/abdimasku.1.3.134-144

Abstract

Air kelapa secara langsung dapat diminum dan sangat segar rasanya. Pemanfaatan air kelapa dari pasar tradisionil masih terbatas, maka sering kali dibuang begitu saja baik ke sungai maupun ke parit sehingga menimbulkan masalah. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Kesehatan Forum Kelompok Kesehatan (FKK) Banjardowo, Genuk Kota Semarang untuk memanfaatkan air kelapa menjadi minuman probiotik. Metode pelaksanaan kegiatan ini melalui penyuluhan dan praktik. Peserta sebanyak 15 kader kesehatan dari FKK. Kegiatan diawali dari penyebaran kuesioner kepada peserta, peserta diminta mengisi kuesioner yang berisi 20 pertanyaan sebelum kegiatan dimulai. Kegiatan selanjutnya peserta mendapatkan penyuluhan tentang manfaat air kelapa, pentingnya konsumsi minuman probiotik untuk kesehatan dan proses pembuatan probiotik berbahan air kelapa. Berikutnya peserta mendapatkan materi praktik langsung bagaimana cara membuat minuman probiotik barbahan air kelapa dan dilanjut dengan tanya jawab. Sebelum kegiatan ini diakhiri peserta diminta mengisi kuesioner lagi sehingga nantinya skor pengetahuan hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan dapat diketahui dan dibandingkan dengan uji Wilcoxon karena data berdistribusi tidak normal, keputusan ada tidaknya perbedaan skor berdasarkan α 5%. Rerata skor pengetahuan sebelum 55,27, sesudah 84.80, hasil analisis diperoleh nilai p=0,001<0,05. Terdapat perbedaan yang signifikan skor pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan.Coconut water could be drunk directly and was very fresh in taste. The use of coconut water from traditional markets was still limited, so it was often thrown away either into rivers or into ditches, causing problems. The purpose of this activity was to provide knowledge and practice directly through empowering women at the Banjardowo Health Group Forum (FKK), Genuk, Semarang City to use coconut water as a probiotic drink.The method of implementing this activity was through counseling and practice. The participants were 15 health volunteers from FKK. The activity began with distributing questionnaires to participants, participants were asked to fill out a questionnaire containing 20 questions before the activity began. The next activity, participants received counseling about the benefits of coconut water, the importance of consuming probiotic drinks for health and the process of making probiotics made from coconut water. After that participants received hands-on practice material on how to make a probiotic drink made from coconut water and continued with posttest. Before this activity ended, participants were asked to fill out the questionnaire again so that later the knowledge scores from filling out the questionnaires before and after the activity could be known and compared with the Wilcoxon test. Because the data were not normally distributed, the decision whether there was a difference in scores was based on 5%. The mean score of knowledge before 55.27, after 84.80, the results of the analysis obtained p value = 0.001 <0.05. There was a significant difference in knowledge scores before and after the activity.
Karakteristik fisikokimia tepung rebung terfermentasi dan pati rebung terfermentasi dari bambu ampel kuning (bambusa vulgaris schrad var. striata) serta potensinya sebagai pengental [Physicochemical characteristics of fermented bamboo shoot flour and fermented bamboo shoot starch from yellow ampel bamboo (Bambusa vulgaris schrad var. striata) and their potential as thickeners] Rohadi Rohadi; Adi Sampurno; Bambang Kunarto
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol 27, No 2 (2022): Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian
Publisher : Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtihp.v27i2.90-98

Abstract

This study aimed to characterize the physical and chemical properties of fermented bamboo shoot flour (TRF) and fermented bamboo shoot starch (PRF) and to test their potential as thickeners. The research was carried out in 4 stages: sample authentication, TRF preparation and characterization, PRF preparation and characterization, and PRF gelling testing at various pH. The results showed that TRF contained 23.92±0.33% insoluble fiber, 6.03±0.10% cellulose, 1.85±0.01% hemicellulose, 15.87±0.10% lignin, and soluble fiber. 2.91±0.03%. PRF had a density of 707 kg/m3, slightly dull color, and reddish brown. TRF cannot be used as a thickener due to it does not form a stable suspension and does not form a gel when heated, but it has potential as an animal feed with a value of acid detergent fiber (ADF) 22.18 and neutral detergent fiber (NDF) 2. 40. Meanwhile, PRF-tapioca has potential as a thickening agent because it formed a stable suspension and formed a gel when heated. Adding 0.5-2.5% PRF to 1%, tapioca suspension produced a gel viscosity of 6.4 – 8.5 cP., similar to 3 g/25 mL modified cassava flour gel formation.