Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kewirausahaan Petani Kopi Arabika di Kecamatan Dolog Masagal, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara: Factors Affecting the Entrepreneurial Performance of Arabica Coffee Farmers in Dolog Masagal District, Simalungun Regency, North Sumatra Province Jef Rudiantho Saragih; Ummu Harmain
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan) Vol. 5 No. 2 (2021): Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangu
Publisher : P4W LPPM IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jp2wd.2021.5.2.101-109

Abstract

Arabica coffee is a leading commodity in Simalungun Regency, where entrepreneurship becomes one of the important aspects in arabica coffee farming management. This study aims to understand the influence of internal factors (farmer age, education, experience, number of family members, family motivation, and work culture) and external factors (government support, community support, access to production facilities, and climatic conditions) on entrepreneurial performance of arabica coffee farmers. The research was conducted in two villages (Bangun Pane village and Bintang Mariah village) in Dolog Masagal district, Simalungun Regency, North Sumatra Province during March to May 2018. The study sample covers 60 farmer households who have Arabica coffee farming with at least 300 arabica coffee plants and minimum plant age of three years, determined by snowball sample method. The study used ratio and scale data (Likert scale), which was analyzed using multiple regression equations. Data were processed using SPSS 24. Results show that internal factors have positive and significant effect on the entrepreneurial performance of arabica coffee farmers (value Sig.=0.005), while external factors have positive and insignificant effect (value Sig.=0.313). Local governments through relevant technical agencies are recommended to provide facilitation in improving farmers' access to production factors, increasing quantity and quality of extension, technical guidance, and relevant training.
Komoditas Unggulan dan Potensial Sektor Pertanian Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara Jef Rudiantho Saragih; Alvera Siburian; Ummu Harmain; Tioner Purba
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.775 KB) | DOI: 10.37637/ab.v0i0.633

Abstract

Sektor Pertanian merupakan sektor dengan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simalungun.  Namun pengembangan komoditas di sektor pertanian dinilai belum sepenuhnya berbasis pada komoditas basis dan tingkat pertumbuhannya.  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis komoditas unggulan dan komoditas potensial sektor pertanian dalam arti luas.  Penelitian dilakukan di Kabupaten Simalungun, pada bulan Maret-Agustus 2019.  Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data produksi masing-masing komoditas pertanian tahun 2008-2017 diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.  Data produksi dianalisis dengan Location Quotient (LQ) dan tipologi Klassen.  Pangsa Sektor Pertanian dalam PDRB Kabupaten Simalungun tahun 2008-2017 adalah rata-rata sebesar 49,53%.  Berdasarkan hasil analisis data produksi, dalam kurun waktu 2008-2017, komoditas unggulan Kabupaten Simalungun (kombinasi nilai LQ>1, tumbuh cepat)  adalah ubi jalar (tanaman pangan); kentang, kubis, buncis, bayam, mangga, dan pisang (hortikultura); kelapa sawit, kopi arabika, kakao, dan cengkeh (perkebunan rakyat); kerbau (peternakan); dan kegiatan perikanan budidaya.   Sementara komoditas potensial (nilai LQ>1, tumbuh lambat) adalah padi ladang, jagung, dan ubi kayu (tanaman pangan); bawang merah (hortikultura); kopi robusta, pinang, aren, dan vanili (perkebunan rakyat);  sapi, babi, dan ayam kampung (peternakan).  Komoditas basis namun relatif tertinggal adalah kacang tanah.  Sementara, komoditas nonbasis namun tergolong berkembang cepat adalah nangka, manggis, sawo, durian, pepaya, nenas, petsai, terung, cabai, tomat, karet, wortel, kacang panjang, dan kayu manis. 
Efektivitas perencanaan partisipatif dan perancangan model perencanaan partisipatif dalam musrenbang RKPD Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara Jef Rudiantho Saragih; Nisma Khairani Ritonga; Ummu Harmain
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 17, No 2 (2022)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v17i2.55402

Abstract

Perencanaan partisipatif merupakan konsekuensi logis dari perubahan paradigma perencanaan sentralistik ke perencanaan desentralistik. Melalui pelibatan masyarakat dan para pemangku kepentingan, musrenbang merupakan bentuk partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan implementasi perencanaan partisipatif (musrenbang); (2) menganalisis efektifitas perencanaan partisipatif; dan (3) merancang model perencanaan partisipatif dalam musrenbang RKPD.  Penelitian dilaksanakan bulan Februari-Maret 2020 dengan mengambil satuan analisis pelaksanaan Musrenbang RKPD Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada tahun 2020.  Pengambilan sampel dan narasumber ditetapkan dengan kuota sampling sebanyak 60 orang responden pemangku kepentingan musrenbang. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, direct rating method (DRM), dan analisis SWOT.  Musrenbang kecamatan dilaksanakan dengan tahapan: musrenbang desa, pramusrenbang kecamatan, input ke e-planning, musrenbang kecamatan, dan pascamusrenbang kecamatan.  Efektivitas musrenbang diukur dari tiga dimensi, yaitu pencapaian tujuan, integritas, dan adaptasi.  Dimensi pencapaian tujuan berada pada skor 3,39 (cukup efektif), dimensi integritas 3,49 (efektif), sementara dimensi adaptasi 3,44 (efektif).  Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa pelaksanaan musrenbang berada pada jalur yang tepat, namun berbagai aspek perlu ditingkatkan. Strategi agresif difokuskan pada Strategi SO, yaitu: (1) meningkatkan fungsi kecamatan dan integritas pelaku musrenbang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) meningkatkan kesesuaian program yang diajukan berdasarkan aspirasi masyarakat, (3) meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan aplikasi e-planning dalam proses musrenbang kecamatan, dan (4) meningkatkan penggunaan teknologi informasi secara daring untuk mendorong transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik.
BUDIDAYA SAYURAN SISTEM HIDROPONIK DI KELURAHAN PARDOMUAN KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANGSIANTAR Ummu Harmain; Jef Rudiantho Saragih
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei
Publisher : Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Simalungun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.795 KB) | DOI: 10.36985/jpmsm.v1i1.495

Abstract

The limited land available has made the community less interested in farming. Even the small amount of household vegetable needs is obtained from markets and stalls. For this reason, the community needs to be given knowledge of vegetable farming by utilizing existing land so that at least it is able to meet the family's vegetable needs and if possible can increase household income. The output plan for this activity is: (1) Participants have technical skills in cultivating several types of vegetables; (2) Participants have technical knowledge and skills of hydroponic system vegetable cultivation; (3) Participants are able to produce several types of fresh vegetables; (4) Participants receive additional income; and (5) The local area can become a demonstration plot for similar activities. Methods and outcomes of activities: extension (100%), hydroponic vegetable cultivation practice (100%), sales (25%), and promotion activities (25%). The results and outcomes obtained in the community service activities carried out include increased public understanding of vegetable cultivation and hydroponic systems, vegetable self-sufficiency, utilization of empty space in the yard.
PEMANFAATAN PEKARANGAN RUMAH PERKOTAAN DENGAN BUDIDAYA SAYURAN HIDROPONIK Ummu Harmain; Jef Rudiantho Saragih; Tri Astuti; Muldri P J Pasaribu; Pinondang Nainggolan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei
Publisher : Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Simalungun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1323.967 KB) | DOI: 10.36985/jpmsm.v2i1.504

Abstract

Houses in urban areas generally have limited yard land. With a little creativity, the limited yard land can be used for hydroponic vegetable cultivation. This activity aims to disseminate hydroponic system vegetable cultivation by utilizing limited land for home gardens in urban areas. Activities carried out in the form of counseling, cultivation practices and the manufacture of ab-mix nutrition as well as assistance in hydroponic vegetable cultivation. This activity is able to increase participants' knowledge by producing vegetables for consumption and has the potential to be developed into additional household income
PELATIHAN PENGELOLAAN GULA SEMUT DI NAGORI SILOU BUTTU KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN Tioner Purba; Ummu Harmain; Marulam MT Simarmata; Triastuti
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei
Publisher : Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Simalungun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.611 KB) | DOI: 10.36985/jpmsm.v2i2.514

Abstract

Brown sugar is crystallized palm sugar. Some of the reasons why palm sugar is healthier than granulated sugar is that the calories contained in palm sugar are smaller than white sugar so palm sugar is often referred to as low-calorie sugar, and palm sugar also has a lower glycemic index, namely of 35 while in granulated sugar the glycemic index is 58. The optimal way to improve the structure of melted sugar is by processing it into granular sugar, namely through re-melting of molded sugar with the addition of water into a sugar solution. The addition of granulated sugar and seed was found to have an effect on the yield, total sugar, sucrose, and the level of preference for color, taste and aroma, but decreased water content, reducing sugar, browning index and aroma level.The best treatment is the addition of 30% granulated sugar with a seeding temperature of 120 0C, in general it meets the requirements of SII where the water content, 2.75%, reducing sugar 4.35%, sucrose 81.14, total sugar 89.86, ash content, 1 .91%, browning index 0.20 abs/g and 81.36 yield. While the most preferred organoleptic test is the addition of 30% granulated sugar with a seeding temperature of 120 0C with a color value of 6.95, aroma 5.70 and taste 5.70. Economic analysis of melted molded sugar gives a profit of IDR 778,800/month, while improving the quality by processing ant sugar gives a profit of Rp. 1,606,000/month (all inputs are calculated at cost), If the allocation of family labor is categorized as family income plus the use of other materials that are not paid, then the income is Rp. 4,278,000/month for sugar. printing and Rp. 5,456,000/month for ant sugar. The processing of ant sugar is classified as a profitable business with a relatively higher price level than printed sugar
SOSIALISASI BUDIDAYA LEBAH MADU TANPA SENGAT (STINGLESS BEE) DAN MANFAATNYA Ummu Harmain; Jef Rudiantho Saragih; Marulam MT Simarmata; Muldri P J Pasaribu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei
Publisher : Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Simalungun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.252 KB) | DOI: 10.36985/jpmsm.v2i2.517

Abstract

There are honey-producing bees that have a sting and do not have a sting (stingless bee). The last type of bee is still rarely known to the public. To introduce these bees, socialization needs to be done. Socialization activities use the method of extension and dissemination of science and technology. This activity explains the conditions of the honey market in Indonesia, types of honey bees, determinants of production, benefits and techniques for harvesting honey and stingless bee pollen. During the activity, the participants enthusiastically listened to the material and played an active role, especially during the discussion and question and answer sessions regarding honey harvesting and pollen processing techniques. For the practice of stingless honey bee cultivation, bee colonies of the Heterotrigona itama species are given to the target community group.