Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

FENOMENA PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL OLEH LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN TRANSGENDER (LGBT) DI KOTA PEKNABARU Yulrina Ardhiyanti, Syukaisih, Kiki Megasari
Menara Ilmu Vol 11, No 78 (2017): Vol. XI Jilid 1 No. 78, November 2017
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v11i78.427

Abstract

Perilaku penyimpangan seksual yang muncul di kalangan masyarakat adalah salah satudari sekian banyak masalah seksual yang sedang marak saat ini yang dikenal dengan istilahLesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Konsekuensi logis dari perilakupenyimpangan seksual adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (Veneral Diseases/VD),atau penyakit akibat hubungan seksual (Sexually Transmitted Diseases/STD). Dampak negatiffenomena LGBT tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan namun juga mengikis dan menggugatkeharmonisan hidup bermasyarakat. Dari sudut agama dan sosiologi, LGBT akanmenyebabkan peningkatan gejala penyimpangan sosial dan kemaksiatan hingga tidak dapatdikendalikan. Dilihat dari sisi psikologi, dapat mempengaruhi kejiwaan dan memberi efekyang sangat kuat pada syaraf. Pelaku LGBT setiap tahun cenderung meningkat bukan hanya dikota besar saja tetapi juga merambah ke pelosok desa dengan kejadian fenomena gunung estermasuk di Kota Pekanbaru.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin danFaktor Pendorong perubahan perilaku penyimpangan seksual oleh LGBT di Kota Pekanbaru.Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan wawancara mendalam danobservasi terbatas.Informan pada penelitian ini adalah mereka yang memiliki perilaku penyimpanganseksual LGBT yang berdomisili di pekanbaru yang dapat diajak berkomunikasi sesuai dengantujuan penelitian dan sebagai informan kunci adalah teman dekat dari informan utama.Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kualitatif Isi(content analisys).Hasil dalam penelitian ini adalah mengungkapkan bahwa masih kurangnyapengetahuan mereka terutama tentang dampak dari perilaku menyimpangan seksual olehLGBT; Mereka menginginkan keberadaan mereka dihargai; Motivasi mereka menjadi LGBTadalah mencari sensasi kasih sayang yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya; Merekaberanggapan bahwa inilah jalan hidup mereka yang telah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esadan tidak berdosa jika perilaku LGBT ini terus dijalani karena mereka beranggapan bahwaperilaku ini tidak akan bisa berubah menjadi normal; Media massa, Tempat hiburan malam,Peran orang tua, peran teman sebaya dan lingkungan serta peran guru dalam mendidik siswasangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku mereka. Dengan demikian diharapkankerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, danketakwaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga akhirnya mereka dapat hidupnormal meninggalkan perilaku penyimpangan seksual yang selama ini mereka lakukan.Kata Kunci : Perilaku, Penyimpangan Seksual, LGBTKepustakaan : 20 (2006-2013)
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Toksoplasma pada Ibu Hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010-2013 Rika Andriyani; Kiki Megasari
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.278

Abstract

AbstrakToksoplasmosis pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran dan kematian pada bayi yang dilahirkan, hal ini dikarenakan terjadinya infeksi pada saat bayi dalam kandungan. Berdasarkan SDKI tahun 2007, tercatat 35% ibu hamil mengalami toksoplasma. Tahun 2008 kejadian toksoplasma pada ibu hamil meningkat menjadi 47%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Toksoplasma pada ibu hamil di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami infeksi toksoplasma yaitu sebanyak 30 orang. Pada penelitian ini seluruh populasi dijadikan sebagai subjek yaitu 30 orang (kelompok kasus) dan 30 orang kelompok (kontrol). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain case control. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian toksoplasmosis yaitu variabel pendidikan. Hasil analisis multivariat, didapatkan OR dari variabel pendidikan adalah 4.344 (CI 95% : 1.804-16.427) artinya ibu hamil dengan pendidikan rendah beresiko 4 kali mengalami toksoplasmosis daripada ibu hamil yang berpendidikan tinggi.Kata kunci: faktor risiko, ibu hamil, toxoplasma AbstractToxoplasmosis in pregnant women, can lead to miscarriage and death in babies born due to infection by the time the baby in the womb. SDKI 2007, there were 35% of pregnant women experience toxoplasma and in 2008 the incidence of toxoplasmosis in pregnant women increased to 47%. The objective of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of toxoplasma in pregnant women at Arifin Achmad Pekanbaru in 2013. Population in this study were all pregnant women who become infected with Toxoplasma as many as 30 people. The entire population of this study serve as a subjects in this study, in the number of samples of 30 persons (cases) and 30 person group (control). This research used quantitative analytical research with case control design. The data were analyzed using univariate, bivariate with chi-square test and multivariate. The results showed that the variables significantly associated with the incidence of toxoplasmosis is the variable of education. Multivariate analysis of variables obtained OR education is 4.344 (95% CI: 1804-16427) means that pregnant women with low education are at risk 4 times suffered from toxoplasmosis in pregnant women with high education.Keywords: risk factor, pregnant woment, toxoplasma
Midwifery Care Neonatal With BPM Murtinawita Spit On Pekanbaru: Midwifery Care Neonatal With BPM Murtinawita Spit On Pekanbaru Kiki Megasari
Journal of Midwifery and Nursing Vol. 2 No. 1 (2020): Health Science
Publisher : Institute Of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.333 KB)

Abstract

Spit is the most common clinical symptoms found in infants who have gastroesophageal reflux (RGE). Gastroesophageal reflux is defined as the return of gastric contents into the esophagus involuntarily without effort from the baby, while the regurgitation is the term used when the stomach contents are removed by mouth. As for the 25% of parents, especially mothers, Consider that mumbling is a worrying condition for Themselves. Although normal, excessive mumbling can cause various complications that will interfere with the growth of the baby. The general objective of this study is to be Able to perform Midwifery care in infants with spit problems through a management approach and document Midwifery Midwifery care in babies spit. According to research conducted Occurs spit up a lot at the age of 0-3 months, the frequency sometimes Reaches 1 to 4 times a day. 25% of babies experience mumbling more than 4 times a day for the first 3 months. Spit will be a pathological symptom if the frequency is more than 2 times a day for more than 2 days / week so, advice for the mother to pay more attention to the baby again if suckling position the baby to suckle properly, and to always Belch the baby after breastfeeding.
Analysis of Therapeutic Communication of Delima Midwives in Antenatal Care Services in Pekanbaru City Kiki Megasari; Widya Juliarti
Journal of Midwifery and Nursing Vol. 3 No. 1 (2021): Health Science
Publisher : Institute Of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The number of MMR in Indonesia is high among ASEAN countries, one of the causes is the low level of health services obtained during pregnancy. This condition can be prevented by regular and focused ANC by midwives who are skilled at therapeutic communication so that the visit of K1-K4 pregnant women can be realized. Pekanbaru has a coverage of K4 pregnant women visits that are still below the target, lower than K4 coverage in several other districts in Riau Province, one of the causes is due to the lack of maximal therapeutic communication for midwives in providing midwifery care. The purpose of this study was to determine how the stages of Therapeutic Communication of Midwives Delima in Antenatal Care services in Pekanbaru City. This study uses a qualitative approach, observation techniques, in-depth interviews, literature and documentation. The data collection technique was purposive, the informants were 4 midwives, 4 pregnant women patients in 4 clinics in the city of Pekanbaru. This research approach uses the phenomenological method with constructivism paradigm and symbolic interactionism theory. The results showed that the therapeutic communication performed by the midwife was not in accordance with the recommended therapeutic communication phases so that the benefits of the care were not maximized.
Mother's Knowledge of Stunting in Toddlers at the Arrabih Pratama Clinic, Pekanbaru Widya Juliartri; Kiki Megasari
Journal of Midwifery and Nursing Vol. 3 No. 1 (2021): Health Science
Publisher : Institute Of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting (dwarfism) is a condition in which toddlers have less length or height compared to age, chronic nutritional problems caused by insufficient nutritional intake for a long time.The stunting limitation is height for age based on the Z-score equal to or less than -2 SD below the standard mean. The prevalence of stunting under five has increased from 2016, namely 27.5% to 29.6% in 2017, the incidence of stunting in Riau province in 2019 reached 10.9%. The purpose of this study was to describe the knowledge of mothers about stunting in children under five at the Pratama Arrabih clinic, Pekanbaru. This research is a descriptive quantitative study using a cross sectional research design. The research was conducted at the Pratama Arrabih clinic from 27 November to 8 December 2020. The population in this study were all mothers who had babies and toddlers and visited the Arrabih Pekanbaru clinic in 2020.. Based on the results of the research that has been done, it was found that of the 30 respondents, most of them 43.3% (13 people) had less knowledge about stunting. The conclusion of this study is that the knowledge of mothers about stunting in toddlers is still lacking. It is hoped that all health workers will assist the government in expanding the coverage of education about stunting so that the public knows about stunting and for further researchers to be able to conduct research with different methods, variables, different sampling techniques and further investigate what factors affect knowledge. mom about stunting
Faktor Psikologi Dan Kondisi Kesehatan Ibu Berhubungan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia0-6 Bulan Kiki Megasari
JOMIS (Journal of Midwifery Science) Vol 1 No 1 (2017): JOMIS (Journal Of Midwifery Science)
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.566 KB)

Abstract

ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi spesifik yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal terutama untuk usia 6 bulan pertama. Namun kenyataannya tidak semua orang tua yang dapat memberikan ASI kepada bayinya. Susu formula menjadi alternatif bagi ibu untuk memenuhi nutrisi bayinya jika ASI tidak terpenuhi. Padahal, pemberian susu formula terlalu dini kepada bayi dapat menyebabkan efek buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2015 bahwa bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 58,5%. Sementara itu, cakupan terendah pemberian ASI Eksklusif terdapat di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru sebanyak 47,04% dari 2756 bayi yang berusia 0-6 bulan. Banyak faktor yang menyebabkan orang tua memberikan susu formula secara dini kepada bayinya, diantaranya adalah pengetahuan yang kurang, pendidikan yang rendah, pekerjaan ibu, keadaan psikologi ibu yang kurang baik, rendahnya peran petugas kesehatan dan rendahnya kondisi kesehatan ibu. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor Psikologi dan Kondisi Kesehatan Ibu Berhubungan dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulandi Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik Kuantitatif dengan pendekatan Cross-Sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 97 responden dengan teknik sampling Acsidental Sampling. Analisa data yang digunakan adalah Univariat dan Bivariat dengan Uji Chi Square, dan pengolahan data menggunakan sistem komputerisasi. Hasil penelitian bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan keadaan psikologis ibu dengan pemberian susu formula(p=0,039) dan kondisi kesehatan ibu dengan pemberian susu formula (p=0,000). Dan hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian susu formula(p =0,172), antara pendidikan dengan pemberian susu formula(p=0,925), antara pekerjaan dengan pemberian susu formula(p=0,883), dan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian susu formula(p=1,000). Saran yang dapat di berikan yaitu perlu adanya sosialisasi bagi masyarakat khususnya ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Mensosialisasikan kepada anggota keluarga khususnya suami dalam mendukung ibu menyusui dengan memberikan ASI saja kepada bayi. Petugas kesehatan disarankan memberi penyuluhan bukan hanya kepada ibu saja tetapi kepada semua lapisan masyarakat, perlunya dukungan Pemerintah untuk membatasi produk-produk susu formula di sarana kesehatan.
FENOMENA PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL OLEH LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN TRANSGENDER (LGBT) DI KOTA PEKNABARU Kiki Megasari Yulrina Ardhiyanti, Syukaisih
Menara Ilmu Vol 11, No 78 (2017): Vol. XI Jilid 1 No. 78, November 2017
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v11i78.427

Abstract

Perilaku penyimpangan seksual yang muncul di kalangan masyarakat adalah salah satudari sekian banyak masalah seksual yang sedang marak saat ini yang dikenal dengan istilahLesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Konsekuensi logis dari perilakupenyimpangan seksual adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (Veneral Diseases/VD),atau penyakit akibat hubungan seksual (Sexually Transmitted Diseases/STD). Dampak negatiffenomena LGBT tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan namun juga mengikis dan menggugatkeharmonisan hidup bermasyarakat. Dari sudut agama dan sosiologi, LGBT akanmenyebabkan peningkatan gejala penyimpangan sosial dan kemaksiatan hingga tidak dapatdikendalikan. Dilihat dari sisi psikologi, dapat mempengaruhi kejiwaan dan memberi efekyang sangat kuat pada syaraf. Pelaku LGBT setiap tahun cenderung meningkat bukan hanya dikota besar saja tetapi juga merambah ke pelosok desa dengan kejadian fenomena gunung estermasuk di Kota Pekanbaru.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin danFaktor Pendorong perubahan perilaku penyimpangan seksual oleh LGBT di Kota Pekanbaru.Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan wawancara mendalam danobservasi terbatas.Informan pada penelitian ini adalah mereka yang memiliki perilaku penyimpanganseksual LGBT yang berdomisili di pekanbaru yang dapat diajak berkomunikasi sesuai dengantujuan penelitian dan sebagai informan kunci adalah teman dekat dari informan utama.Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kualitatif Isi(content analisys).Hasil dalam penelitian ini adalah mengungkapkan bahwa masih kurangnyapengetahuan mereka terutama tentang dampak dari perilaku menyimpangan seksual olehLGBT; Mereka menginginkan keberadaan mereka dihargai; Motivasi mereka menjadi LGBTadalah mencari sensasi kasih sayang yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya; Merekaberanggapan bahwa inilah jalan hidup mereka yang telah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esadan tidak berdosa jika perilaku LGBT ini terus dijalani karena mereka beranggapan bahwaperilaku ini tidak akan bisa berubah menjadi normal; Media massa, Tempat hiburan malam,Peran orang tua, peran teman sebaya dan lingkungan serta peran guru dalam mendidik siswasangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku mereka. Dengan demikian diharapkankerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, danketakwaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga akhirnya mereka dapat hidupnormal meninggalkan perilaku penyimpangan seksual yang selama ini mereka lakukan.Kata Kunci : Perilaku, Penyimpangan Seksual, LGBTKepustakaan : 20 (2006-2013)
PERILAKU PASIEN ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORSI DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU Kiki Megasari
Menara Ilmu Vol 13, No 1 (2019): Vol. XIII No. 1 Januari 2019
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v13i1.1168

Abstract

Abortion is a health problem caused by people's behavior that tends to assume thatabortion is the best way to deal with unwanted pregnancies. Data obtained on the numberof abortion cases in Indonesia and the number of complications Abortus in Riau Provincecontinues to increase every year. This study aims to determine the relationship betweenknowledge, attitudes and actions abortus patients on the incidence of abortion in RSUDArifinAchmad Riau Province. This research is a type of Analytic-Quantitative researchwith Corelation Study design with Total Sampling technique. The data was collected bydistributing questionnaires to Abortus patients treated in RSUD ArifinAchmad RiauProvince amounting to 32 people. The results of this research is the knowledge level ofrespondents 62.5% Less, Response Attitude 56.2% Negative, Action respondents 53.1%tend to accept Abortion behavior. There is a significant relationship between knowledge,attitudes and actions on Abortion events with p = 0,000 <0,05. Value (r) knowledge ofAbortion Incidence 0.703, KD 49.4. The value of (r) attitudes toward the incidence ofAbortion 0.851, KD 72.4. The value (r) of action against the occurrence of Abortion 0.840,KD 70.5. The conclusion of this research is that Attitudes have a very strong effect onAbortion occurrence that is equal to 74,2% (r = 0,851). It is expected that health workerscan provide information and counseling to pregnant women about the dangers of abortion.Keywords: Abortion Patient Behavior, Abortion Occurrence
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS REJOSARI kiki megasari
Jurnal Ilmu Kebidanan Vol 7 No 2 (2018): Al-Insyirah Midwifery: Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences)
Publisher : STIKes Al-Insyirah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.062 KB)

Abstract

ABSTRACT Acute Respiratory Infection (ARI) is an important health problem because it is the first cause of under-five mortality in developing countries. Most cases occur in India (43 million), China (21 million), Pakistan (10 million) and Bangladesh, Indonesia, Nigeria each 6 million episodes. The incidence of ARI in Indonesia is still relatively high, especially in underfives, morbidity rate reaches 3% and mortality rate (mortality) from ARI disease reaches 15.5%. In Pekanbaru, ARI is also a major public health problem. Although in the last 3 years the number of cases has decreased cases, but the incidence is still relatively high. The purpose of this study is to determine the factors associated with the incidence of ARI in Toddlers Rejosari Puskesmas Pekanbaru. This research is type of Quantitative research with research design Correlation Analysis with cross sectional approach. The sample in this research is mothers who have children of children under five who visited Rejosari health center in accordance with inclusion and exclusion criteria amounted to 69 respondents. Data collection through questionnaire distribution with Univariate and Bivariate analysis and chi square statistical test. The results showed that there was a correlation between knowledge of mother with the incidence of ARI with (P Value 0,011 value OR = 4,239), environment (P Value 0,002 value OR = 7,2). And the results showed no relationship between age with the incidence of ARI (P Value 1.000 value OR = 1.014. Keywords: ARI in Toddler, Age Factor, Knowledge, Environment
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI DI PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU Kiki Megasari
Jurnal Ilmu Kebidanan Vol 8 No 1 (2019): Al-Insyirah Midwifery: Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences)
Publisher : STIKes Al-Insyirah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.538 KB)

Abstract

Indonesia's population has reached around 262 million. The high population must be balanced with efforts to improve the quality of the population. One effort to improve the quality of human life can be done through efforts to improve reproductive health, especially for young people and the younger generation, this will increase the index of human resources in the future. This is because the number of adolescents in Indonesia today is quite large, one third of the composition of Indonesia's population is adolescents, so adolescent reproductive health remains one of the priority health programs in Indonesia because there are still many teenagers who pay less attention to reproductive health in Indonesia. at risk of reproductive health. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes toward reproductive health behavior in the Midwifery Study Program STIKes Hang Tuah Pekanbaru. This type of research is Analytical Quantitative with Cross Sectional design method. The population in this study were all students of the Midwifery D-III Study Program at STIKes Hang Tuah Pekanbaru who attended 170 research participants with the Total Sampling technique and using Univariate and Bivariate Data Analysis. The results showed that there was a significant relationship between knowledge and behavior of reproductive health (pValue = 0.00 <0.05 POR = 4.850), and there was a significant relationship between attitudes and behaviors of reproductive health (pValue = 0.0042 <0.05 values POR = 7,700). It is expected that teachers or lecturers can cooperate with parents to provide good knowledge and guidance on reproductive health from an early age and can provide a good source of information about reproductive health. For teens to better equip themselves with knowledge about reproductive health, fill time with things that are useful and increase self-awareness to behave according to social and religious norms. Further research needs to be done on reproductive health with more developed variables and with broader respondents so that solutions can be found to solve reproductive health behavior problems.