Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

The DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on control and complications of type 2 diabetic patients in Indonesia Soewondo, Pradana; Soegondo, Sidartawan; Suastika, Ketut; Pranoto, Agung; Soeatmadji, Djoko W.; Tjokroprawiro, Askandar
Medical Journal of Indonesia Vol 19, No 4 (2010): November
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.097 KB) | DOI: 10.13181/mji.v19i4.412

Abstract

Aim: To collect information on diabetes management, diabetes complications, and awareness of self-control in diabetic population of the country. This study also evaluated the physician perspectives, psychological aspects, and quality of life of diabetic patients.Methods: This was a non-interventional, cross-sectional study, which recruited 1832 patients from secondary and tertiary medical centers across Indonesia. Data on demography, medical history, risk factors and clinical examination reports including laboratory assessments were collected from medical records of patients. Blood samples of all patients were collected for centralized HbA1c measurements.Results: Among 1832 patients, 1785 individuals were eligible for analysis. The mean age of the patients was 58.9+9.6 years. The mean duration of diabetes was 8.5+7.0 years. Majority (97.5%) of the patients had type 2 diabetes. 67.9% had poor control of diabetes (A1c:8.1 ± 2.0%). 47.2% had FPG>130 mg/dL (161.6±14.6 mg/dL). Dyslipidemia was reported in 60%  (834/1390) and 74% (617/834) of those received lipid lowering treatment. Neuropathy was most common  complication (63.5%); other complications were: Diabetic retinopathy 42%, nephropathy 7.3%, severe late complications 16.9%, macrovascular complications 16%, microvascular complications 27.6%. About 81.3% of patients were on OADs (± insulin), 37.7% were on insulin (±OADs). Majority used biguanides followed by sulfonylureas. Human insulin was used by 73.2%, premix regimen 58.5%, analogues usage was 24.9%. Majority of the WHO-5 well being index responses fell in positive territoryConclusion: Poor glycaemic control in majority of patients is a concern. There is a need for a large proportion of patients to be adjusted to more intensive pharmacotherapy and a multi-disciplinary approach for management should be adopted. The study fi ndings should be communicated to policymakers and physicians to help them provide proper healthcare and its facilities in Indonesia. (Med J Indones 2010; 19:235-44)Keywords: DiabCare, DiabCare Indonesia, Diabetes complications, Dyslipidaemia, Glycaemic control, Hypertension.
KELISTRIKAN DAN PEMROGRAMAN TRAINER PEMOTONG DAN PENGHITUNG BERBASIS ELEKTRO PNEUMATIK DENGAN KONTROLLER PLC PRANOTO, AGUNG
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 2, No 01 (2014): JRM: volume 02 Nomor 01 Tahun 2014
Publisher : Jurnal Rekayasa Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  Abstrak Dalam proses belajar mengajar adanya media pembelajaran tambahan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa. Media pembelajaran ini berupa suatu trainer. Pada tugas akhir ini akan di rancang sebuah trainer pemotong dan penghitung berbasis elektro pneumatik dengan kontroller menggunakan PLC. Perencanaan trainer ini diawali dengan mengetahui dan memahami  prinsip  kerja dari sistem kelistrikan dan sistem otomasi. Dari perancangan trainer pemotong dan penghitung berbasis elektro pneumatik dengan kontroller menggunakan PLC ini diharapkan dapat membantu mempermudah mahasiswa dalam menguasai pemrograman PLC dan sistem instalasi kelistrikannya. Dalam trainer ini sistem kelistrikan berfungsi untuk penentuan unit input dan output  beserta sistem wiringnya. Inputan pada trainer ini meliputi sensor  tombol – tombol, sensor proximity, dan sensor limit switch, sedangkan outputan meliputi motor DC dan valve. Setelah sistem kelistrikan dipasang  langkah selanjutnya adalah membuat program. Sebelum membuat program dilakukan penyusunan algoritma program  yang berfungsi untuk menentukan arah cara kerja trainer. Setelah itu kemudian dibuat dalam bentuk list program dengan menggunakan software cx programmer. Langkah terakhir ialah tahap pengujian cara kerja. Dalam pengujian ini ada dua tahap pengujian. Pengujian pertama ialah pengujian system kelistrikan. Hasilnya system wiring sudah terpasang semua antara unit input dan unit output. Tahap ke dua adalah pengujian program dengan cara menjalankan trainer. Hasilnya trainer dapat berjalan sesuai dengan algoritma cara kerja yang sebelumnya dibuat. Hasil pengujian dari dua tahap tersebut,  trainer pemotong dan penghitung dapat berjalan dengan baik hal ini menunjukkan antara sistem kelistrikan wiring dan sistem pemogramannya sudah benar. Kata Kunci : Pemrograman PLC, Trainer Pemotong dan Penghitung
KONSTRUKSI SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM KEINDAHAN DAN KESEDIHAN KARYA YASUNARI KAWABATA Pranoto, Agung; Damayanti, Rini
sarasvati Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/sv.v1i2.745

Abstract

This research examines the construction of female sexuality in the novel the beauty and sorrow of the works of Yasunari Kawabata. This research is qualitative research that does study of novel the beauty and sorrow of the works of Yasunari Kawabrata. The method used is the deskiptif method that is collecting data, clarification of data, manipulate data, and interpret the data in accordance with the theory that was used at the time the research was conducted. In the novel the beauty and sorrow of the works of Yasunari Kawabata, reflecting the construction of female sexuality. The construction of female sexuality that, first, the novel represents the female body through the figures. The representation of the female body in the text of the novel disegmentasikan by displaying the marker women sexy. Second, the representation of female sexual desire in the novel beauty and Sadness is presented through the desire character Otoko and Keiko to transmit sexual desires with her partner. Third, representations of female sexuality in the relation of beauty and sadness, by Yasunari Kawabata was still predominantly on the male as the subject.
Implementasi Pendekatan Saintifik-DiscoveryLearning dalam Pembelajaran Struktur Teks Eksposisi Siswa Kelas X MM1 SMKN 8 Surabaya Pranoto, Agung; Aminah, Siti
sarasvati Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/sv.v2i1.844

Abstract

In the Indonesian language curriculum that is used in the X MM Vocational School there is one of the basic competencies related to analyzing the structure and language of the exposition text. To understand the material to students, in the implementation of learning using a scientific-discovery learning approach. Based on the implementation of the scientific-discovery learning approach in learning the exposition text structure of class X MM1 students of SMKN 8 Surabaya, it can be concluded as follows. The application of the scientific approach to discovery learning model learning in exposition structure learning materials in class X MM1 students of SMKN 8 Surabaya shows the activities of students who are very good, very enthusiastic, and have the ability to think critically as expected in a constructivist learning paradigm. The level of mastery learning of students is 94.28% of students who achieve mastery individually.
Pemanfaatan Limbah Kertas Rontgen untuk Pelindung Mata Bayi Dengan Fototerapi di RS PKU Muhammadiyah Temanggung Sari, Novita Kurnia; Suharsih, Tulus; Pranoto, Agung; Riyanto, M.
Berdikari: Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks Vol 4, No 2 (2016): August
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/bdr.4210

Abstract

Fototerapi sering digunakan untuk bayi yang mengalami peningkatan bilirubin. Fototerapi adalah terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar biru berenergi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. Pada bayi yang menjalani fototerapi akan diberikan pelindung mata untuk melindungi efek buruk dari sinar biru tersebut. RS PKU Muhammadiyah Temanggung menyediakan pelayanan fototerapi. Selama fototerapi bayi diberikan pelindung mata dengan menggunakan kertas karbon yang dibungkus dengan kasa dan direkatkan menggunakan plester. Kendalanya mata bayi terkadang menjadi iritasi karena posisi pelindung mata yang mudah bergeser sehingga perawat harus berulangkali memperbaiki posisi pelindung mata bayi. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan membuat pelindung mata menggunakan limbah kertas rontgen, dilapisi kain flannel, dibentuk seperti kacamata dan diberikan perekat agar ukuran dapat disesuaikan dengan ukuran kepala bayi. Hasilnya pelindung mata ini tidak menimbulkan iritasi pada mata dan kulit bayi dan tidak mudah lepas meskipun bayi banyak bergerak. Selain itu pelinduung mata ini juga bisa dicuci dan digunakan berulang kali. Harga yang dibutuhkan untuk membuat pelita ini juga terjangkau dibandingkan dengan harga pelindung mata yang dijual di pasar. Perawat juga merasakan bahwa pelindung ini lebih efektif dan efisien. Dari sisi waktu perawat tidak perlu lagi berulangkali memperbaiki pelindung mata bayi dan membuat pelindung mata tiap kali ada bayi yang akan melakukan sesi fototerapi.Kata Kunci : pelindung mata, fototerapi, kertas rontgen.
Pemanfaatan Limbah Kertas Rontgen untuk Pelindung Mata Bayi Dengan Fototerapi di RS PKU Muhammadiyah Temanggung Sari, Novita Kurnia; Suharsih, Tulus; Pranoto, Agung; Riyanto, M.
Berdikari: Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks Vol 4, No 2 (2016): August
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/bdr.4210

Abstract

Fototerapi sering digunakan untuk bayi yang mengalami peningkatan bilirubin. Fototerapi adalah terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar biru berenergi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. Pada bayi yang menjalani fototerapi akan diberikan pelindung mata untuk melindungi efek buruk dari sinar biru tersebut. RS PKU Muhammadiyah Temanggung menyediakan pelayanan fototerapi. Selama fototerapi bayi diberikan pelindung mata dengan menggunakan kertas karbon yang dibungkus dengan kasa dan direkatkan menggunakan plester. Kendalanya mata bayi terkadang menjadi iritasi karena posisi pelindung mata yang mudah bergeser sehingga perawat harus berulangkali memperbaiki posisi pelindung mata bayi. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan membuat pelindung mata menggunakan limbah kertas rontgen, dilapisi kain flannel, dibentuk seperti kacamata dan diberikan perekat agar ukuran dapat disesuaikan dengan ukuran kepala bayi. Hasilnya pelindung mata ini tidak menimbulkan iritasi pada mata dan kulit bayi dan tidak mudah lepas meskipun bayi banyak bergerak. Selain itu pelinduung mata ini juga bisa dicuci dan digunakan berulang kali. Harga yang dibutuhkan untuk membuat pelita ini juga terjangkau dibandingkan dengan harga pelindung mata yang dijual di pasar. Perawat juga merasakan bahwa pelindung ini lebih efektif dan efisien. Dari sisi waktu perawat tidak perlu lagi berulangkali memperbaiki pelindung mata bayi dan membuat pelindung mata tiap kali ada bayi yang akan melakukan sesi fototerapi.Kata Kunci : pelindung mata, fototerapi, kertas rontgen.
Exogenous Cushing Syndrome: When do We Get the Benefit of Glucocorticoid Stress Dose? Soelistijo, Soebagijo Adi; Gunawan, Hendra; Primasatya, Chandra Adi Irawan; Ariana, Audy Meutia; Mudjanarko, Sony Wibisono; Pranoto, Agung
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 7, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Exogenous cushing syndrome is the most common cushing syndrome found in clinical practice. Its most frequent etiology is the adverse effect of glucocorticoid therapy found in clinical practice or in the form of traditional medicine. The clinical manifestations of exogenous cushing syndrome are similar to the spontaneous counterpart, albeit with the presence of glucocorticoid consumption. We present a case series of exogenous cushing syndrome due to traditional medicine and glucocorticoid consumption with opportunistic infection as its initial manifestation. The first case did not need glucocorticoid supplementation while it was initiated in the second case. Comprehensive management of exogenous cushing syndrome should involve the decision of giving glucocorticoid stress dose, treatment to the underlying disease and education in order to prevent self-glucocorticoid consumption.