Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-ilmu Sosial

Vape sebagai subkultur pemuda milenial Kota Malang (studi kasus pada komunitas vape di Kota Malang) Eggi Alvado Da Meisa; Nur Hadi; Kun Sila Ananda
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 2 No. 9 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Vape is a tool for smoking, but not through combustion, but through heating a liquid commonly called liquid. In Indonesia, smoking has become a common thing in society. Many efforts have been made in the community to prevent and reduce cigarette consumers, one of the current trends in Indonesia is the existence of e-cigarettes that are used as an alternative to quitting smoking. With the large number of vape users in Indonesia today, these vape users form a group that has an organizational structure in it, namely the vape community. The focus of this research is on vaping as a youth subculture in the vape community in Malang City. The research method used in this study uses qualitative methods, with the stages of observation, interviews, and data analysis. The results of this study, young people who use vaping and are members of the community have formed a new subculture. Vape merupakan sebuah alat untuk merokok namun tidak melalui pembakaran, melainkan melalui pemanasan cairan yang biasa disebut dengan liquid. Di Indonesia kebiasaan merokok sudah menjadi hal yang umum di masyarakat. Banyak upaya yang dilakukan di masyarakat untuk mencegah dan mengurangi konsumen rokok, salah satu trend yang ada di Indonesia saat ini adanya rokok elektrik yang digunakan sebagai alternatif untuk berhenti merokok. Dengan banyaknya pengguna vape di Indonesia saat ini, para pengguna vape tersebut membentuk sebuah kelompok yang terdapat struktur organisasi didalamnya yakni komunitas vape. Fokus penelitian ini diantaranya mengenai vape menjadi subkultur pemuda pada komunitas vape di Kota Malang. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan tahapan observasi, wawancara, analisis data. Hasil penelitian ini, anak muda yang menggunakan vape serta tergabung dalam komunitas telah membentuk subkultur baru, terdapat maksud dan tujuan tertentu yang ingin dimunculkan ketika seseorang menggunakan vape, baik secara individu maupun kelompok.
Eksklusi sosial penyandang disabilitas terhadap mata pencaharian di Kecamatan Wlingi (studi kasus pada penyandang disabilitas di Kecamatan Wlingi) Nila Nandita Sari; Faiza Nisa Abida; Niswatul Azizah; Kun Sila Ananda
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 2 No. 10 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The physical limitations of persons with disabilities are the cause of the difficulty of persons with disabilities in obtaining employment. It is the limitations in carrying out activities and work that cause persons with disabilities to be considered less productive so that the presence of persons with disabilities in some communities is considered far from social and economic independence. The purpose of this study is to describe the role of disability in livelihoods using the theory of Normalization (Wolf Wolfsenberg) and to analyze more deeply the causes of social exclusion received by persons with disabilities on livelihoods in the Wlingi District environment using Marginal Janice Perlman theory. This study uses a qualitative research method with a case study approach. Data collection techniques in this study by conducting observations, interviews, and documentation. In this study, data analysis was carried out by reducing data, presenting data, and drawing conclusions. From the results of this study, it can be concluded that the role of persons with disabilities in livelihoods that previously had negative stigma in the community can be eliminated by work activities and works carried out by persons with disabilities. This can especially be seen from the activities carried out by a person with a disability who works as a masseuse, then is able to make salted eggs and sells the result of his skills, namely doormats. While the factors that cause social exclusion are internal factors, among others, from within oneself and the family, while external factors arise from the community's perspective regarding the existence of persons with disabilities. Keterbatasan fisik penyandang disabilitas menjadi penyebab akan sulitnya penyandang disabilitas dalam memperoleh pekerjaan. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas dan pekerjaan itulah yang menyebabkan penyandang disabilitas dianggap kurang produktif sehingga keberadaan penyandang disabilitas di beberapa lingkungan masyarakat dianggap jauh dari kemandirian sosial dan ekonomi. Tujuan penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan peran disabilitas terhadap mata pencaharian dengan menggunakan teori Normalization serta untuk menganalisis lebih dalam penyebab terjadinya eksklusi sosial yang diterima oleh penyandang disabilitas terhadap mata pencaharian di lingkungan Kecamatan Wlingi dengan menggunakan teori Marjinal Janice Perlman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa peran penyandang disabilitas di mata pencaharian yang sebelumnya memiliki stigma negatif di masyarakat dapat dihilangkan dengan kegiatan pekerjaan dan karya yang dilakukan oleh penyandang disabilitas. Hal ini khususnya dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan seorang penyandang disabilitas yang berprofesi sebagai tukang pijat, kemudian mampu membuat telur asin serta menjual hasil keterampilan yaitu keset. Sedangkan faktor yang menyebabkan terjadinya eksklusi sosial adalah faktor internal yang antara lain dari dalam diri sendiri dan keluarga, sedangkan faktor eksternal timbul dari prespektif masyarakat mengenai keberadaan penyandang disabilitas.