Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sistem penunjang keputusan Dalam penentuan alternatif pengelolaan kawasan karst Maros-pangkep secara berkelanjutan menggunakan Analitychal hierarchy process (AHP) Rachman kurniawan; Eriyanto Eriyanto; Rukman Sardjadidjaja; Alinda F M zain
KOMPUTASI Vol 7, No 1 (2010): Vol. 7, No. 1, Juli 2010
Publisher : Ilmu Komputer, FMIPA, Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.122 KB) | DOI: 10.33751/komputasi.v7i1.1771

Abstract

Kawasan Karst Maros-Pangkep (KKMP) memiliki tipe karts menara (tower karts)yang sangat khas terletak dikabupaten maros dan kabupaten pangkep sulawesi selatan, Merupakan salah satu karts yang di rekomendasikan menjasdi kawasan alam warisan dunia (natural world heritage,NWH). Secara umum kawasan ini dan kawasan karts lainnya hanya di kenal sebagai kawasan yang memiliki kompetensi bahan galian untuk bahan bangunan dan bahan baku semen. Sesungguhnya kawasan ini juga memiliki potensi lain yang tidak kalah penting, Yaitu nilai ekonomi seperti lahan pertanian, Obyek wisata alam dan penambangan, Nilai sosial budaya seperti situs arkeologi dan areal peribadatan, serta jasa nilai lingkungan (enviromental services)seperti sumber daya air, Keanekaragaman hayati dan keunikan bentang alam. Oleh karena itu, pengelolaan KKMP perlu di lakukan dengan memperhatikan kelestariannya guna menjaga kelangsungan jasa lingkungan yang ada. kompleksitas pengelolaan KKMP tersebut memerlikan penentuan strategi berdasarkan berbagai keahlian. Pemanfaatan keahlian pakar dapat membantu menentukan alternatif pengelolaan KKMP secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan menentukan alternatif pengelolaan KKMP berdasarkan preferensi pakar. Preferensi pakar di lakukan terhadap 15 pakar dari instansi pemerintah, Perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat. Preferensi fakar ini di kaji menggunakan analitycal hierarchy process(AHP)untuk menentukan alternatif KKMP. Hasil penelitian penunjukn bahwa pemerintah masih merupakan aktor yang paling berperan dalam proses penentuan dan pelaksanaan pengelolaan KKMP. Selain itu diperlukan upaya untuk mendorng KKMP menjadi NWH dengan membentuk badan pengelola kawasan secara khusus berdasrakan kerjasama antar pemerintah daerah menggunakan sistem pengelolaan berkelanjutan yang memperhatikan keseimbangan antara pencapaian tujuan kelestarian lingkungan, Peningkatan ekonomi dan kestabilan sosial budaya masyarakat.hal ini akan bermanfaat sebagai masukan bagi penyusunan kebijakan sistem pengeloaan KKMP secara berkelanjutan.
ANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU Fatimah Ahmad; Hadi Susilo Arifin; Endes N. Dahlan; Sobri Effendy; Rachman Kurniawan
Jurnal Hutan Tropis Vol 13, No 2 (2012): Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 13 No 2 Edisi September 2012
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.544 KB) | DOI: 10.20527/jht.v13i2.1533

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pola hubungan ketersediaan ruang terbuka hijau dengan suhu di Kota Palu. Metode penelitian adalah berdasarkan data ekstraksi dan analisis matematis. Beberapa hasil penelitian yang diperoleh (1) bahwa kurun waktu 13 tahun dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2010 ditemukan bahwa ruang-ruang hijau terbuka menurun dari 48,86% menjadi 29,48%, (2) penurunan ruang-ruang hijau terbuka yang diketahui akan meningkatkan suhu udara maksimalsecara signifikan, dan (3) Persentase ideal hutan kota adalah 18 648 ha (47%) dari luas kota Palu.Kata kunci : ruang terbuka hijau, suhu
SUBAK SEBAGAI BENTENG KONSERVASI PERADABAN BALI I Made Geria; Sumardjo; Surjono H. Sutjahjo; Widiatmaka; Rachman Kurniawan
AMERTA Vol. 37 No. 1 (2019)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Subak as Bali Civilization Fortress. The degradation of nature has potential to weaken the harmony between humans and their environment in a number of subak. Subak culture is only effective at the level of the superstructure, but the level of implementation is that subak have begun to be degraded due to land conversion, transfer of professions, poor economies, and young people who do not want to continue subak tradition. The purpose of this research is to see the existence of subak civilization then creates the policy strategy to develop Subak’s role as an ecological civilization tourism destination. The effectiveness method was used to see the existence of subak and AWOT Method as subak developing strategy to an ecoculture-tourism. Based on the results of effectiveness analysis and AWOT, it shows that subak culture as Bali civilization at the superstructure level is still exists and strong. However, at implementation level, there had been a weakening especially in urban areas. The implementation and preservation of the Sarbagita community based on the three components study was quite effective even for the superstructure component into a very effective category with an effectiveness value of 83.84%. So the components of the superstructure need to be maintained as a fortress of civilization in Sarbagita. However, the components of the social structure and infrastructure had quite low values, which are 59.55 percent and 50.32 percent respectively, which was included in the effective category but located in critical value. So it needs to improve level of social structure and infrastructure so that the three components of the subak civilization run effectively. Keywords: AWOT, subak civilization, effectiveness Abstrak. Degradasi alam berpotensi melemahkan harmonisasi antara manusia dan lingkungannya di sejumlah subak. Budaya subak hanya efektif pada tingkat suprastruktur, tetapi dalam implementasinya subak telah mulai terdegradasi karena konversi lahan, pengalihan profesi, ekonomi miskin, dan kaum muda yang tidak ingin melanjutkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keberadaan peradaban subak, kemudian strategi kebijakan dalam mengembangkan peran subak sebagai tujuan wisata peradaban ekologis. Metode efektivitas digunakan untuk melihat keberadaan subak dan metode AWOT sebagai strategi pengembangan subak untuk wisata peradaban ekologi. Berdasarkan hasil analisis efektifitas dan AWOT menunjukkan bahwa budaya subak sebagai peradaban Bali di tingkat suprastruktur masih ada dan kuat. Namun, pada level implementasi telah terjadi pelemahan, terutama di daerah perkotaan. Pelaksanaan dan pelestarian masyarakat Sarbagita berdasarkan tiga komponen (sebutkan komponennya) yang diteliti efektif bahkan untuk komponen superstruktur masuk kedalam kategori sangat efektif dengan nilai efektivitas sebesar 83.84%. Sehingga komponen superstruktur perlu dipertahankan sebagai benteng peradaban di Sarbagita. Namun untuk komponen struktur sosial dan infrastruktur mempunyai nilai cukup rendah yaitu berturut-turut 59.55 persen dan 50.32 persen yang termasuk dalam kategori efektif tetapi berada pada titik kritis. Sehingga perlu dilakukan perbaikan pada tataran struktur sosial dan infrastruktur agar ketiga komponen peradaban subak berjalan efektif. Kata Kunci: AWOT, peradaban subak, efektivitas