Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Dampak Paket Kebijakan Otomotif 1999 terhadap Daya Saing Produk C Bahagia, Senator Nur; Priyanto, Bayu
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 1, Juni 2002
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3372.78 KB)

Abstract

Selama hampir tiga dasa warsa industry otomotif nasional telah tumbuh dan berkembang sehingga mencapai kandungan hampir mencapai 45% untuk kendaraan niaga dan kurang dari 40% untuk kendaraan penumpang pribadi. Perubahan besar telah terjadi dengan adanya krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997, ditambah lagi dengan kekalahan Indonesia di panel WTO mengenai MOBNAS mengakibatkan berbagai konsekuensi, diantaranya adalah diputuskannya oleh WTO bahwa kebijakan lokalisasi komponen otomotif dengan system insentif tidak boleh diteruskan, regulasi perpajakan dibidang otomotif nasional harus diganti dengan yang adil. Untuk itulah muncul Paket Kebijakan Industri Otomotif 1999. Yang menjadi permasalahan yang akan dikaji adalah bagaimana dampak regulasi 1999 terhadap produk otomotif nasional dan apakah produk nasional khususnya produk “C” masih bisa bertahan dalam persaingan setelah regulasi 1999 tersebut berlaku? Untuk mengkaji masalah ini pendekatan yang digunakan adalah analisis sistem rantai nilai (Value Chain System). Hasil kajian menunjukan bahwa regulasi tidak menimbulkan dampak yang berarti bagi penurunan biaya proses perakitan “C” di dalam negeri, tetapi sangat berarti dampaknya bagi produk CBU. Dengan penurunan bea masuknya membuat harga produk CBU di tangan konsumen menjadi jauh lebih rendah dibanding sebelum regulasi, hal ini membuat struktur pasar diperkirakan dapat bergeser ke produk CBU, khususnya untuk produk yang volume permintaan konsumennya rendah. Dampak terhadap persaingan baru pasca regulasi ditentukan oleh citra produk dan Nilai Tukar. Munculnya pesaing baru dalam bentuk CBU diperkirakan akan lebih banyak merebut pangsa pasar dari kelompok produk yang berada di papan bawah dibanding menyedot dari produk yang berada di posisi citra yang jauh lebih tinggi seperti produk 'C'.Katakunci: Otomotif, Deregulasi, Value Chain dan Persaingan
The Preparation Hydroxyapatite – Zirconia Composites as Bioceramic Materials Eneng Maryani; Sri Cicih Kurniasih; Naili Sofiyaningsih; Bayu Priyanto
Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia Vol 27, No 1 (2018): Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia
Publisher : Balai Besar Keramik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (901.035 KB) | DOI: 10.32537/jkgi.v27i1.4038

Abstract

Hydroxyapatite (HAP) is a material often used as a bioceramic because of its special characteristics such as has the same mineral composition as the original bone and teeth, does not cause cytotoxic effects, biocompatible, bioactive and promote osteoconductivity. However HAP shows poor mechanical properties so it is less applicable to biological applications that must accept heavy loads. Therefore, it is necessary to modify the hydroxyapatite structure through the process of reinforcement (composite formation) with other materials such as zirconia (ZrO2). In this research, hydroxyapatite – zirconia composite prepared from each component made from local natural mineral. The compositions of prepared hydroxyapatite – zirconia composites are 75:25, 50:50, and 25:75. In all composite compositions prepared after calcination at 1000 oC, hydroxyapatite phase change into whitlockite and tetrahedral zirconia phase formed. Composite of HAP-ZrO2 =75:25 is the most suitable proportion because they still the highest hydroxyapatite content and all zirconia is in the tetrahedral phase
The Preparation Hydroxyapatite – Zirconia Composites as Bioceramic Materials Eneng Maryani; Sri Cicih Kurniasih; Naili Sofiyaningsih; Bayu Priyanto
Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia Vol 27, No 1 (2018): Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia
Publisher : Balai Besar Keramik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32537/jkgi.v27i1.4038

Abstract

Hydroxyapatite (HAP) is a material often used as a bioceramic because of its special characteristics such as has the same mineral composition as the original bone and teeth, does not cause cytotoxic effects, biocompatible, bioactive and promote osteoconductivity. However HAP shows poor mechanical properties so it is less applicable to biological applications that must accept heavy loads. Therefore, it is necessary to modify the hydroxyapatite structure through the process of reinforcement (composite formation) with other materials such as zirconia (ZrO2). In this research, hydroxyapatite – zirconia composite prepared from each component made from local natural mineral. The compositions of prepared hydroxyapatite – zirconia composites are 75:25, 50:50, and 25:75. In all composite compositions prepared after calcination at 1000 oC, hydroxyapatite phase change into whitlockite and tetrahedral zirconia phase formed. Composite of HAP-ZrO2 =75:25 is the most suitable proportion because they still the highest hydroxyapatite content and all zirconia is in the tetrahedral phase
PENGARUH PUTARAN MESIN TERHADAP HASIL SERBUK LEMPUNG PADA MESIN PENGGILING BAHAN KERAMIK Chusnul Azhari; Bayu Priyanto
Jurnal Online Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Vol. 12 No. 2 (2017): Jurnal Isu Teknologi
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebanyak 72 % pengusaha IKM keramik tidak dapat menghasilkan serbuk lempung 80 % dari kapasitas mesin dikarenakan pengaturan parameter mesin ball mill tidak sesuai. Parameter tersebut antara lain putaran mesin, diameter bola alumina dan waktu pengoperasiannya. Pengaruh besaran putaran mesin terhadap hasil serbuk lempung. Kapasitas mesin yang digunakan pada penelitian ini adalah 5 kg menggunakan diameter bola alumina 20 mm dengan waktu pengoperasian mesin selama 10 jam tanpa berhenti. Bongkahan lempung yang digunakan seberat 5.000 gram dan syarat kehalusan lempung yang dihasilkan harus lolos ayakan 100 mesh karena merupakan bahan baku terbaik dalam pembuatan keramik jenis gerabah. Disimpulkan bahwa serbuk lempung yang dihasilkan seberat 4.246,378 gram pada putaran optimum mesinyaitu 79,796 rpm yang dihitung dari persamaany = -21126,63636 + 635,9484848 x- 3,984848485 x2 sedangkan hasil serbuk lempung terbanyak yang lolos 100 mesh adalah 4.825 gram pada putaran mesin80 rpm. disarankan untuk mengunakan berat bola alumina dan bongkahan lempung yang bervariasi serta waktu penggilingannya lebih besar dari 10 jam supaya pengaruh variabel bebas tersebut dapat terlihat. Apabila menginginkan hasil lebih baik lagi disarankan untuk menggunakan bahan selain lempung sebagai bahan yang akan digiling sedangkan bola alumina sebagai media grinding dapat diganti dengan menggunakan bola stainless steel.