Ratna Damma Purnawati
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Screening for Hypertension and Electrocardiography (ECG) for Cardiovascular Diseases Risk Armalina, Desy; Witjahjo, Bambang; Susilaningsih, Neni; Purnawati, Ratna Damma; Ismail, Akhmad; Saktini, Fanti
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 15, No 3 (2020)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v15i3.17969

Abstract

ECG is a routine, accessible, inexpensive, and non-invasive tool for diagnosis of CVD and has been commonly described in medical reports as a suitable diagnostic tool for assessing ‘silent’ heart disease. An observational descriptive study, in Gisikdrono Urban Communities, found 72% elderly with hypertension, and higher than the reported national prevalence in 2013 (25.8%). We gained 38% of elderly with abnormal ECG which is: 5% Old myocardial infarction, 3% IMO Anteroseptal, 5% LVH, 8% LAD, 3%) of Inferior Ischemia, 3% dysrhythmia, and 13% bradycardia, without complaint of heart disease before. Aging became one of the factors of declining protection in the heart and increases the risk of destruction of heart failure. Considering examination of other organs that can affect the cause of heart anomalies to the elderly and expected to raise awareness of the importance of maintaining the blood pressure.
PENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT DUA DANGKAL PADA KELINCI (ORYCTOLAGUS CUNICULUS) Rizkia Nada Suci Permatasari; Ratna Damma Purnawati; Noor Wijayahadi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.288 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23374

Abstract

Latar Belakang : Luka bakar cukup sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama di rumah tangga. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks antara faktor seluler, humoral, dan unsur jaringan ikat. Senyawa asam asetat dan fenol dalam asap cair merupakan senyawa yang memiliki sifat antioksidan dan antimikroba. Kedua senyawa tersebut telah diketahui memiliki manfaat dalam penyembuhan luka. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian asap cair dosis bertingkat terhadap penyembuhan luka bakar derajat dua dangkal pada kelinci. Metode : Penelitian True Experimental Laboratory Post-Test Only with Control Group Design. Sampel 6 ekor kelinci jantan, dibagi dalam 4 kelompok: K1 diberi aquades, K2 diberi povidone iodine 10%, P1 diberi asap cair 3% dan P2 diberi asap cair 6% selama 10 hari. Perlakuan diakhiri dengan terminasi. Pengambilan jaringan kulit dilakukan pada hari ke-10. Dilakukan pengamatan gambaran makroskopis dan mikroskopis sesuai kriteria modifikasi Nagaoka. Hasil : Hasil uji statistik Saphiro-Wilk secara makroskopis (p<0,05) data tidak terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan uji non parametrik Kruskal-Wallis (p>0,05). Secara mikroskopis (p>0,05) data terdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik One Way ANOVA (p>0,05). Secara makroskopis dan mikroskopis didapatkan bahwa pemberian asap cair dosis bertingkat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka bakar pada kelinci. Hasil terbaik didapatkan pada povidone iodine, selanjutnya asap cair 6%, asap cair 3% dan aquades. Kesimpulan : Pemberian asap cair dosis bertingkat bertingkat mempengaruhi gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka bakar kelinci dengan hasil terbaik pada povidone iodine.Kata Kunci : Luka bakar, asap cair, povidone iodine, gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT LIMPA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Asevano Christobed; Ratna Damma Purnawati; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.231 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18550

Abstract

Latar Belakang: Salah satu tanaman obat keluarga yang terdapat di Indonesia adalah sirih merah (Piper crocatum). Piper crocatum mengandung alkaloid, flavonoid, dan tannin yang merupakan antioksidan. Pemberian alkaloid dalam jangka waktu panjang menunjukkan peningkatan jumlah leukosit total, sel darah merah, dan hemoglobin. Flavonoid dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel limfosit meskipun dalam dosis rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Piper crocatum terhadap respon imun mencit dalam melawan infeksi Salmonella Typhimurium dengan proliferasi limfosit sebagai parameternya.Tujuan: Mengetahui pengarh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap proliferasi limfosit pada limpa mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium.Metode:  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.  Sampel merupakan mencit Balb/c jantan yang berumur 8-12 minggu, berat 20-25 gram, dan tidak terdapat kecacatan anatomis.  Sampel dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberi ekstrak daun Piper crocatum 10 mg/hari/mencit dan K2 yang hanya diinfeksikan Salmonella Typhimurium dengan injeksi intraperitoneal. Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) yang diinfeksikan Salmonella Typhimurium dan diberi ekstrak daun Piper crocatum dosis bertingkat (10, 30, 100 mg/mencit/hari).Hasil: Rerata indeks proliferasi limfosit pada limpa mencit masing-masing kelompok adalah K1=0,264; K2=0,222; P1=0,292; P2=0,339; dan P3=0,158. Perbedaan indeks proliferasi limfosit bernilai signifikan antara K1-P3, K2-P2, P1-P3, dan P2-P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun Piper crocatum memberikan peningkatan proliferasi limfosit pada dosis 30 mg/mencit/hari.
PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN DAN MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIK GINJAL TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI DIETILNITROSAMIN Patwi Purnamasari; Ratna Damma Purnawati; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.545 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21286

Abstract

Latar belakang: Daun sukun (Artocarpus altilis) dan madu mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi menekan kerusakan oksidatif pada ginjal. Kerusakan oksidatif pada ginjal dapat disebabkan oleh zat nefrotoksik seperti DEN.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sukun dan madu terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar yang diinduksi DEN.Metode: Penelitian ini berjenis true eksperimental dengan desain post test only control group. Sampel sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 diberikan akuades per oral dan injeksi akuades intraperitoneal. Kelompok K2, P1, P2, dan P3 diinjeksi DEN secara intrapertioneal dengan dosis 50 mg/kgBB/tikus/minggu; P1 diberikan ekstrak daun sukun per oral dengan dosis 200 mg/kgBB/tikus/hari, P2 diberikan madu per oral dengan dosis 2g/kgBB/tikus/hari, P3 diberikan ekstrak daun sukun dengan dosis 200 mg/kgBB/tikus/hari dan madu dengan dosis 2g/kgBB/tikus/hari per oral. Tikus diterminasi setelah 8 minggu perlakuan kemudian diamati gambaran mikroskopis ginjalnya yang berupa degenerasi dan nekrosis pada tubulus proksimal.Hasil: Rerata skor degenerasi kelompok K1 = 1,12; K2 = 4,2; P1 = 2,52; P2 = 4,08; P3 = 3,72. Rerata skor nekrosis kelompok K1 = 1,12; K2 = 4,32; P1 = 2,48; P2 = 3,2; P3 = 3,28. Nilai p hasil uji beda dengan uji Mann-Whitney data degenerasi sel tubulus proksimal antara K2-P1, K2-P2, K2-P3 adalah 0,008; 0,501; dan 0,007 secara berurutan. Nilai p hasil uji Mann-Whitney data nekrosis sel tubulus proksimal antara K2-P1, K2-P2, K2-P3 adalah 0,007; 0,006; dan 0,007 secara berurutan.Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun sukun dan madu dapat menurunkan kerusakan oksidatif pada ginjal akibat DEN.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH KERSEN (Muntingia calabura L.) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT BALB/C YANG HIPERURISEMIA Ida Kholifaturrokhmah; Ratna Damma Purnawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.855 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i3.13084

Abstract

Background : Cherry fruit has flavonoid function as an antioxidant. Cherry is traditionally used to treat gout. Increased production of uric acid in the metabolism or decreased excretion (expenditure) of uric acid in the kidney can affect images of kidney histopathology.Aim : Proving there are differences in kidney histopathology picture Balb / c mice were hyperuricemia among the group given cherry fruit extract (Muntingia calabura L.) with multilevel dose control group and uric acid levels Balb/c mice.Methods : This was a true-experimental research study using the pre test and post test control group design. The sample of 30 8Balb/c mice were divided into 6 groups randomly. The K1 group which was given only standard food and beverage, K2 group which were high purin diet and standard food, K3 group which were given cherry extract, and treated groups (P1,P2,P3) which were given standard food and cherry extact in graded dosage: 14 mg/20grBW, 28 mg/20grBW, and 56 mg/20grBW. The uric acid serum level of mices were measured, then the mices were terminated for observe the microscopic changes in kidneys.Results : One Way ANOVA test for proximal tubular damage showed the insignificant difference (p>0.05) in every groups. At the level of uric acid, Wilcoxon test showed significant differences (p<0.05) in every groups.Conclusion : There were not significant difference between chery extract with graded dosage to histopatological images of hyperurisemia Balb/c mice’s kidney. But the cherry fruit significant difference of hyperuricemia Balb/c mice.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PRODUKSI PEROKSIDA MAKROFAG: STUDI PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Nesha Tabita Rachel Br. Tarigan; Ratna Damma Purnawati; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.582 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18601

Abstract

Latar Belakang: Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dan terdapat di Indonesia adalah sirih merah. Sirih merah mengandung zat aktif seperti flavonoid dan alkaloid. Senyawa flavonoid dalam sirih merah dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit akan mempengaruhi sel CD4+, kemudian menyebabkan sel Th1 teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor) yang dapat mengaktifkan makrofag.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Post Test Only Control Group Design. Sampel berjumlah 25 ekor mencit Balb/c jantan dan dibagi secara random menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberikan ekstrak daun sirih merah 10 mg/hari/mencit selama 14 hari dan K2 yang hanya diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium pada hari ke 10 serta kelompok perlakuan (P1,P2,P3) yang diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella Typhimurium pada hari ke 10 dan ekstrak daun sirih merah dosis berturut-turut 10,30,100 mg/hari/mencit selama 14 hari.Hasil: Median kadar peroksida makrofag masing-masing kelompok : K1 = 0,001; K2 = 0,000; P2 = 0,007; P3 = 0,0015. Kelompok P1 memiliki rerata 0,002. Kelompok P2 memiliki perbedaan bermakna dan terdapat peningkatan tidak signifikan pada kelompok P1 dan P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis bertingkat berpengaruh terhadap peningkatan kadar peroksida makrofag. Dosis optimum daun sirih merah untuk meningkatkan kadar peroksida makrofag adalah dosis 30mg/hari/mencit.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI Salmonella typhimurium Citra Hutami Saraswati; Ratna Damma Purnawati; Neni Susilaningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.377 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14257

Abstract

Latar Belakang : Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat yang multi khasiat. Daun Piper crocatum memiliki kandungan diantaranya tanin, saponin, alkaloid dan flavonoid. Senyawa alkaloid dan flavonoid meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor) yang dapat mengaktifkan makrofag. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak sirih merah terhadap daya tahan mencit yang terinfeksi Salmonella typhimurium dengan menilai kemampuan fagositosis makrofag.Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap aktivitas fagositosis makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberikan ekstrak daun Piper crocatum 10 mg/hari/mencit dan K2 yang hanya diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium serta kelompok perlakuan (P1,P2,P3) yang diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium dan ekstrak daun Piper crocatum dosis berturut-turut 10,30,100 mg/hari/mencit.Hasil : Rerata indeks fagositosis makrofag masing-masing kelompok : K1 = 0,22; K2 = 0,14; P1 = 0,23; P2 = 0,32; P3 = 0,66. Indeks fagositosis makrofag antara kelompok kontrol dengan perlakuan dan antar kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu antara K1-K2, K2-P1, K2-P2, K2-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3.Simpulan : Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis bertingkat berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas fagositosis makrofag.
PENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA KELINCI (ORYCTOLAGUS CUNICULUS) Candra Farida; Ratna Damma Purnawati; Noor Wijayahadi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.644 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23299

Abstract

Latar Belakang : Asap cair dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan luka sayat karena mengandung senyawa kimia seperti fenol dan asam asetat yang berperan sebagai antioksidan, antiseptik dan antibakteri. Kedua senyawa tersebut dapat menurunkan pH sehingga dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme, menghambat oksidasi lemak, mencegah oksidasi lipida dengan menstabilkan radikal bebas serta meningkatkan aliran darah ke jaringan parut dan meminimalkan bekas luka. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian asap cair dosis bertingkat terhadap proses penyembuhan luka sayat pada kelinci. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design terhadap 6 ekor kelinci yang kemudian diambil secara acak dan dibagi menjadi 4 kelompok. Kecepatan penyembuhan luka sayat diukur dengan menghitung panjang serta mengamati gambaran makroskopis dan mikroskopis luka sayat yang dinilai dengan kriteria modifikasi Nagaoka. Hasil : Data pengukuran panjang luka sayat diolah secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney, sedangkan untuk gambaran makroskopis dan mikroskopis luka sayat diolah dengan uji nonparametrik. Pada panjang luka, didapatkan hasil yang berbeda bermakna (p<0,05) antara kelompok aquades dengan povidone iodin, kelompok aquades dengan asap cair 6% serta kelompok povidone iodin dengan asap cair 3%. Pada gambaran makroskopis dan mikroskopis luka didapatkan hasil yang berbeda tidak bermakna (p>0,05) pada semua kelompok. Kesimpulan : Pemberian asap cair dosis bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka sayat dengan urutan hasil terbaik didapatkan mulai dari povidone iodin, asap cair 6% kemudian asap cair 3%Kata Kunci : Luka sayat, asap cair, povidone iodin, gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka