Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search
Journal : Animal Agricultural Journal

PRODUKSI DAN LAJU PRODUKSI GAS METHAN PADA BIOGAS DARI FESES SAPI MADURA JANTAN YANG MENDAPATKAN PAKAN UNTUK PRODUKSI YANG BERBEDA (Production and Production Rate of Methan Gas in Biogas from Madura Cattle Dung Fed at Different Level Feeding) Dewi, Giovani Surya; Sutaryo, Sutaryo; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 4 (2014): Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.146 KB)

Abstract

ABSTRAK      Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan untuk produksi berbeda terhadap produksi methan dari feses sapi Madura. Ternak yang digunakan adalah 12 ekor sapi Madura jantan dengan bobot badan awal (BB) 143,41 kg (CV = 7,11%). Penelitian ini dilakukan berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) untuk 3 perlakuan (T1 = pakan diberikan untuk memenuhi asupan bahan kering (BK) 1,8% BB, T2 = pakan diberikan pada 2,7% BB, T3 = pakan diberikan pada 3,6% BB) dan 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah produksi feses, kualitas feses, produksi gas, dan laju produksi gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi feses berbeda sangat nyata (p<0,01). Kualitas feses dan produksi gas menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Simpulan hasil penelitian ini adalah pemberian pakan dengan produksi berbeda memberikan pengaruh terhadap produksi feses yang dihasilkan, namun tidak berpengaruh pada produksi gas.Kata kunci : Feses; pakan; metan; laju produksi. ABSTRACTThe aim of this study was to determine the effect of different feeding level on the methane production of Madura cattle dung. This study used 12 male Madura cattle with initial body weight (BW) of 143,41 kg (CV = 7,11%). The experimentel design wascompletely randomized design (CRD) 3 treatments (T1= feed level at 1,8% BW; T2 = feed level at 2,7% BW; T3 = feed level at 3,6% BW) and 4 replications. Parameters measured were feces production, feces quality, gas production, and production rate. The results showed that feces production was significantly different (p<0,01). Feces quality and gas production showed no significantly different (p>0,05). Different feeding level was gave influence on feces production but was no effect on gas production.Keywords: feces; feed; methane; production rate
PENGARUH JUMLAH PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP KONDISI FISIOLOGI KAMBING KACANG (The Effect of Different Feeding Level on Physiological Condition of Kacang Goat) Dhuhitta, Aryya Mulya; Sukarno, Sularno Darto; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 4 (2014): Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.29 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhjumlah pakan yang berbeda terhadap fisiologi kambing Kacang. Materi yang digunakan adalah kambing kacang jantan dengan umur muda dan dewasa. Bahan pakan yang diberikan berupa complete feed (bentuk pelet) dengan kandungan protein kasar(PK) sebesar 18,8% dantotal digestible nutrients (TDN) sebesar 76,29% yang tersusun dari tangkai gandum, molases, bekatul dan bungkil kedelai. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola tersarang (nested design) dengan 2 kelompok umur dan 2 level pemberian pakan yang tersarang pada setiap kelompok umur. Parameter yang diamati pertambahan bobot badan harian(PBBH), kosumsi bahan kering(BK), suhu rektal, denyut nadi, frekuensi nafas. Pakan diberikan 2x sehari pada pukul 08.00 dan 17.00. Pengambilan data fisiologis dilakukan pada pukul 05.00, 10.00, 14.00 dan 19.00 seminggu 2x. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot badan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada kondisi fisiologis kambing Kacang,tetapi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi BK dan PBBH.  Levelpakan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) pada denyut nadi dan frekuensi nafas, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap PBBH dan suhu rektal kambing Kacang. Simpulan hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan konsumsi BK menyebabkan peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal.Kata Kunci : Denyut nadi; Frekuensi nafas; Kambing Kacang;  Suhu rektal ABSTRACT The aim of this research was to knowthe effect of different feeding level on physiologicalcondition of Kacang goat. Animal used were16 heads of Kacang goat divided into 2 groups young and old age (8 heads) each. The goats were fed a complete feed (pellets) composed of wheat stalk, molasses, rice bran and soybean meal formulated to contain 18.8% crude protein (CP) and 76.29% total digestible nutrients (TDN). A nested design of completely randomized design was appllied in this study for two age groups and two levels of feeding that nested in each age group. Parameters observed were daily gain, feed intake, rectal temperature, pulse, and breathing frequency. Feed was given twice daily at 08:00 and 17:00, and on the following day therest of feed was weighed to calculate feed intake. Physiological data was done at 05:00, 10:00, 14:00 and 19:00 twice a week. The results of this study showed that body weight was not significantly (P>0.05) affect the physiological oscilation of the Kacang goat but significantly (P<0.01) affect the feed intake and daily body weight gain. Feed intake showed a significantly effect (P<0.01) on the pulse and breathing frequency, but not significantly effect (P>0.05) on the rectal temperature PBBH and Kacang goats. The conclusion of this study showed that the differentiation of Dry Matter (DM) consumption affected the increasing of pulse and breathing frequency to kept a normal rectal temperature.Key words: pulse; breathing frequency; rectal temperature;Kacang goat.
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN B KOMPLEKS TERHADAP PENYUSUTAN BOBOT BADAN AKIBAT TRANSPORTASI PADA KAMBING KACANG UMUR MUDA DAN DEWASA (Effect of Vitamin B Complex on Body Weight Shrinkage as a Result of Transportation at Young and Mature Kacang Goa Hadad Gibran, Edo Muhamad; Sukarno, Sularno Darto; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2015
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.242 KB)

Abstract

ABSTRAK           Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian vitamin B kompleks terhadap penyusutan bobot badan akibat transportasi selama 7 jam pada kambing Kacang umur muda dan dewasa. Materi yang digunakan adalah 16 ekor kambing Kacang jantan dengan kisaran bobot 13,04 ± 2,31 kg (CV = 17,6825),dan vitamin B kompleks injeksi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola tersarang (nested design) untuk 2 kelompok, 2 perlakuan dan 4 ulangan. Kelompok percobaan dalam penelitian ini adalah kelompok muda (bobot 11,14 ± 1,63) kg dan kelompok dewasa (bobot 14,943 ± 0,71 kg) yang masing-masing mendapat perlakuan berupa tanpa pemberian vitamin B kompleks (T0) dan dengan pemberian vitamin B kompleks (T1). Transportasi dilakukan dari jam 9.00-16.00 dengan jarak tempuh ±300 km. Parameter yang diamat adalah bobot awal dan bobot akhir untuk menghitung penyusutan bobot badan dan bobot feses. Hasi lpenelitian menunjukkan bahwa penyusutan bobot badan kambing pada T0 dan T1 pada umur muda maupun dewasa tidak berbeda nyata (p>0,05), begitu juga dengan keluaran bobot fesesnya. Simpulan dari penelitian ini adalah vitamin B kompleks tidak mempengaruhi penyusutan bobot badan akibat transportasi pada kambing Kacang umur muda dan dewasa.Kata kunci: kambing Kacang; penyusutan; transportasi; vitamin B kompleks ABSTRACT           This study aimed to assessthe effect of vitamin B complex to the shrinkage of body weight due to 7 hours transportation at a young and mature age of Kacang goats. The materials used were16 male Kacang goats at average body weight (BW)  of13.04 ± 2.31 kg (CV = 17.6825) and vitamin B complex injection were used in this study.  The experimental design used was a completely randomized design nested design for 2 groups, 2 treatments and 4 replications. Experimental groups in this study were young group (BW of 11.14 ± 1.63 kg) and adult group (BW of 14.94 ± 0.71 kg) in which each group were treated without(T0) and with giving vitamin B complex (T1). Transportation was conducted from 9:00 to 16:00 at a distance of ± 300 km. Parameters observed include the initial BW and final BW to calculate BW shrinkage and fecal weight. The results showed that the shrinkage of BW at T0 and T1 goats at young age and mature were not significantly different (p> 0.05), as well as the weight of feces excreted. The conclusion of this study was vitamin B complex did not affect body weight shrinkage as a result of transportation at young and mature Kacang goats.Key word :Kacang goat; shrinkage; transportation; vitamin B complex
PENGARUH PENGGUNAAN WHEY SEBAGAI PELARUT FESES SAPI MADURA SEBAGAI SUBSTRAT BIOGAS TERHADAP PRODUKSI METAN, KECERNAAN NITROGEN DAN TOTAL AMONIA NITROGEN (The Effect of Whey as Solvent of Madura Cattle Manure as Substrate in the Biogas Digesteron the Metha Lipiyanto, Ony; Sutaryo, Sutaryo; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 2 (2014): Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.765 KB)

Abstract

ABSTRAK           Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan whey dalam substrat biogas dengan bahan baku feses sapi Madura terhadap produksi metan, kecernaan nitrogen dan total ammonia nitrogen (TAN). Penelitian ini menggunakan 2perlakuan yaitu dengan bahan isian feses sapi Madura dicairkan dengan air (FA) dan dengan bahan isian feses sapi Madura dicairkan dengan whey (FW), kesemuanyadengan perbandingan 1:1. Pengambilan data dilakukan selama 2 kali hydraulic retention time. Analisis data menggunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) dari perlakuan penggunaan whey terhadap produksi metan,produksi metan FW dibandingkan dengan FA (1465 vs 613 ml/l volume digester aktif).Kecernaan nitrogen antara FA dan FW (12,64% vs 37,35%) dan TAN antara FA dan FW (907 mg/l vs 657 mg/l) menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah whey dapat meningkatkan produksi metan.Kata kunci : Feses; whey; metan; kecernaan nitrogen; TAN ABSTRACT The purpose of this research was to determine the effect of utilization of whey as solvent of madura cattle feces as a substrat in digester biogas on  methane production, nitrogen digestibility and total ammonia nitrogen (TAN). This research was used two treatments namely digester treating Madura cattle manure and water (FA) and digester treating Madura cattle manure  and whey (FW) at ratio of 1:1. Data retrieval for 2 times thehy draulic retention time. Was statistically analysed usingt-test. The results showed that there were significant effect (P<0.05) beetwen the treatment on the methane production. The methane production of FW and FA  were 1465 and 613 ml/l digester volume. Nitrogen digesbility between FA and FW (12.64% vs.37.35%) and TAN between FA and FW (907 mg/lvs.657mg/l) were not significantly different(P>0.05). This study concluced that the use of whey could increase methane production.Key words: Feces; whey; methane; nitrogen digestibility; TAN
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TUBUH DOMBA LOKAL JANTAN (The effect of Different Feeding Time to Body Protein Content of Local Ram) Wibowo, Septrian Yusantyo; Purbowati, Endang; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 4 (2014): Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.235 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk pendugaan protein tubuh domba lokal jantan yang diberikan waktu pemberian pakan yang berbeda. Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan, bobot rata – rata24,12 kg ± 2,5 kg (CV=10,51%) dan umur satu tahun.Pakan yang diberikan berupa complete feedbentuk pelet dengan kandungan protein kasar(PK) sebesar 16,6% dan total digestible nutrients (TDN) sebesar 67,36% yang terdiri dari jerami gandum, bungkil kedelai, molases, tepung gaplek, bekatul dan mineral. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 3 perlakuan yakni, T1(siang), T2(malam) dan T3 (siang dan malam) serta 4 ulangan.Parameter yang diamati pada penelitian adalah pertambahan komposisi kadar protein tubuh yang didapat menggunakan metode Urea Space. Pengambilan data dilakukan pada minggu awal dan akhir perlakuan dengan cara pengambilan darah pada menit ke-0 dan menit ke-12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan waktu pemberian pakan pada siang dan malam hari tidak ada pengaruh nyata terhadap pertambahan protein tubuh domba yaitu dengan rerata pertambahan protein tubuh sebesar 0,55 kg, dikarenakan komposisi tubuh banyak dipengaruhi oleh perbedaan konsumsi pakan, umur dan genetik.Kata kunci : Domba lokal jantan; Protein tubuh; Complete feed; Waktu pemberian pakan ABSTRACT This research was aimed to estimate body protein of local ram fed at different feeding time. The materials used was twelve one year old local rams with average body weight of 24.12 kg (CV=10.51%). The feed given was formed as complete feed (pellets) with crude protein (CP) of 16,6% and total digestible nutrients (TDN) of 67,63%, consisting of wheat straw, soybean meal, molasses, cassava flour and bran. This research was used completely randomized design with 3 treatments and 4 replications. The Treatments wereT1 (day time feeding : 06.00-18.00), T2 (night time feeding : 18.00-06.00), and T3 (day and night), respectively.  Parameters observed in this research was body protein content which was measuredby using Urea Space methods. The data was collected at the first and last week of the experimental period. The results of this study indicated that different feeding time of the day and night did not show significant effect on the body proteins which was averaged of 0,55 kg. This study could be concluded that feeding time (day and/or night) had no effect on body protein development.Key words : Local Ram; Body protein;Complete feed;Feeding Time
RESPON FISIOLOGIS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN WAKTU YANG BERBEDA (Physiological Responseon Local Ram Fed at Different Feeding Time) Prasojo, Imam Hakim; Sukarno, Sularno Darto; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 3 (2014): Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.939 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kondisi fisiologis domba lokal jantan yang diberian pakan pada siang dan malam hari.Materi penelitian berupa 12 ekor dombalokal dengan bobot badan rata-rata 24,12+ 2,5 kg (CV=10,51%) dan umur ± 1 tahun. Pakan yang diberikan berupa complete feedberbentuk pelet dengan PK 16,6%dan TDN 67,36%.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan (T1: pemberian pakan jam 6 pagi sampai jam 6 sore, T2: jam 6 sore sampai jam 6 pagi dan T3: selama 24 jam) dan 4 ulangan.Parameter yang diamati adalah konsumsi bahan kering(BK), pertambahan bobot badan harian (PBBH), dan fisiologis domba.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan dengan waktu yang berbedatidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konsumsi BK, PBBH, frekuensi nafas dan temperatur rektal dengan rataan 1.058,23 g/hari,73 g/hari, 82 kali/menit dan 38,90C. Akan tetapi denyut nadi mengalami perbedaan yang nyata(P<0,05) antara T2 (93 kali/menit) dengan (T1 103 kali/menit) dan T3 (111 kali/menit).Simpulan penelitian ini adalah pemberian pakan siang, malam, dan siang malam hari pada domba lokaljantan terhadap konsumsi BK, PBBH, frekuensi nafas dan temperatur rektal relatif sama, tetapi  T2 memiliki rataan denyut nadi yang lebih rendah dari pada T1 dan T3. Kata kunci : Domba lokal jantan;konsumsi BK; PBBH; fisiologis domba ABSTRACT This study was aimed to evaluate the physiological response of local ram fed at day and night time. Material used was 12 one year old rams with average body weight of 24.12 ±2.5 kg. The feed was given in form of pelleted complete feeding formulated to give 16.6% CP and 67.36% TDN. This study was done based on completely randomized design with 3 treatments were feed given at 06.00-18.00 (12 hours; day feeding = T1), feed given at 18.00-06.00 (12 hours; night feeding = T2) and feed given at 06.00-06.00 (24 hours; day and night feeding = T3) and 4 replications.The feeding time treatments Parameters observed were dry matter intake (DMI), average daily again (ADG) and animal physiological responses. The result showed that feeding time among day, night and day-night was similar (P>0.05) for DMI, ADG, breathing frequency and rectal temperature with average 1.058,23 g/day,73 g/day, 82 time per minute and 38,90C, but significantly different (P<0.05) between T2 93time per minute with T1 103 time per minuteand T3 111time per minuteon pulse.The conclusion could be drawn from this study was feeding time (day, night and day-night) hadno effect on DMI, ADG and physiological responses, except T2 had the average pulse rate lower that T1 and T3.   Key words :   Local ram; DMI; ADG;physiological response
STATUS MINERAL Fe DAN Mn PADA KAMBING DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KENDAL (Fe and Mn Status of the Goats in the Upland and Lowland Areas of Kendal Regency) Prasetyo, Eko; Purnomoadi, Agung; Achmadi, Joelal
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 1 (2014): Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.29 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji perbedaan produksi pada kambing yang dipelihara pada ketinggian yang berbeda di Kabupaten Kendal berdasarkan dari status mineral Fe dan Mn dengan mengamati kandungan pada tanah, air, pakan dan serum darah kambing. Pengambilan sampel tanah, air minum, pakan dan serum kambing dilakukan di kedua kecamatan yaitu Kecamatan Patebon dengan ketinggian + 4 m dpl dan Kecamatan Sukorejo + 1000 m dpl. Sampel darah berasal 30 ekor kambing dengan umur + 1 tahun yang tiap wilayahnya masing – masing 15 ekor. Pengambilan sampel pakan, tanah dan air minum dilakukan di daerah pemeliharaan kambing. Kadar mineral Fe dan Mn  dianalisis dengan menggunakan alat atomic absorbance spectrophotometer (AAS). Data data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk mengatahui perbedaan yang terdapat pada dataran tinggi dan dataran rendah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan Fe dan Mn pada serum kambing di dataran tinggi dengan dataran rendah tidak berbeda nyata (P>0,05). Status mineral Fe kambing di dataran tinggi lebih tinggi dan dataran rendah mengalami defiseinsi. Status mineral Mn di kedua wilayah sudah tercukupi.Kata kunci : zat besi; mangan; kambing; dataran tinggi; dataran rendah  ABSTRACT             The aim of this research was to study the mineral Fe and Mn status of the goats in the upland and lowland areas of Kendal Regency, by observing the Fe and Mn contents in soil, water, feed, and goats blood serum. Samples of soil, water, and feeds were taken in the upland area in District of Sukorejo (+ 1000 m above sea level) and lowland area in District of Patebon (+ 4 m above sea level). Samples of blood serum were taken from 30 goats (+ 1 year old) namely 15 goats in the upland and 15 goats in the lowland area. Mineral Fe and Mn concentrations of samples were analysed using atomic absorbance spectrophotometer (AAS). The data were analysed using t-test. The result of this research showed that there were no difference between Fe and Mn concentration of goat serum in the upland and lowland area. Mineral Fe status of the goats in upland area and lowland area were deficient. Mn status in both area was enough for daily needs of goatKeyword : iron; manganese; goats; upland; lowland
PENGARUH KANDUNGANTOTAL DIGESTIBLE NUTRIENTS RANSUM TERHADAP KELUARAN KREATININ PADA SAPI MADURA JANTAN Akbar, Ilham; Rianto, Edy; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 2, No 3 (2013): Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.855 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jumlah kreatinin pada sapi Madura yang diberi pakan dengan kandungantotal digestible nutrients(TDN) yang berbeda.Penelitian dilakukan di kandang Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Penelitian menggunakan sapi Madura jantan 12 ekor dengan bobot 153,75kg (CV= 7,78%). Jumlah bahan kering pakan diberikan 3% dari bobot badan sapi dengan pakan kasar menggunakan rumput gajah yang dikeringkan (hay) dan konsentrat terdiri dari bahan pakan dedak, pollard, bungkil kedelai dan gaplek.Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).Perlakuan pakan yang diberikan memiliki protein kasar 14% dengan variasi TDN antara 50%; 60% dan 70%.Keluaran kreatinin pada pengambilan urin ke Itidak berbeda nyata (P>0,05) sebesar 202,83 mg/hari, pada pengambilan urin ke II tidak berbeda nyata (P>0,05) sebesar 369,67 mg/hari dan pada pengambilan ke III tidak berbeda nyata (P>0,05) sebesar 415,31 mg/hari.Keluaran kreatinin berhubungan positif dengan bobot badan ternak.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan TDN pakan tidak berpengaruh terhadap keluaran kreatinin sapi Madura jantan.Semakin tinggi bobot badan ternak, semakin tinggi keluaran kreatininnya.
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR DADA DENGAN BOBOT BADAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN KENDAL (Correlation between Chest Girth and Body Weight of Female Jawarandu Goat in Kendal Regency) Purwanti, Aprilia Intan; Arifin, Mukh; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 4 (2014): Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.712 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menduga bobot badan (BB) kambing Jawarandu betina melalui pengukuran lingkar dada (LD). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Jawarandu betina yang berumur 3-12 bulan sebanyak 25 ekor dan >12-48 bulan sebanyak 75 ekor. Pengambilan sampel kambing dilakukan dengan cara purposive sampling. Variabel yang diamati adalah bobot badan dan lingkar dada kambing Jawarandu betina. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka korelasi (r) pada kelompok umur 3-12 bulan sebesar 0,840, pada kelompok umur >12-48 bulan sebesar 0,902 dan pada semua kelompok umur sebesar 0,938. Hasil korelasi antara lingkar dada dengan bobot badan diperoleh persamaan regresi linier untuk kambing Jawarandu betina kelompok umur 3-12 bulan BB = -22,500+0,693LD, pada kelompok umur >12-48 bulan BB = -47,523+1,109LD dan pada semua kelompok umur BB = -45,145+1,074LD. Persamaan regresi linier tersebut dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing Jawarandu betina yaitu pada semua kelompok umur dengan tingkat keakuratan sebesar 99,95%. Simpulan hasil penelitian ini yaitu persamaan regresi linier dengan variabel lingkar dada  dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing Jawarandu betina pada semua kelompok umur dengan akurat.Kata kunci : Bobot badan; Kambing Jawarandu; Lingkar dada ABSTRACT             This study was aimed to estimate the body weight of female Jawarandu goats based on the chest girth (CG) measurement. The materials used in this study were females Jawarandu goat aged 3-12 months and 12-48 months old as many as 25 and 75 heads, respectively. Goats were selected based on purposive sampling methods. The variables measured were body weight (BW) and CG of age group of goats. The results found that, the correlation (r) between CG and BW in the 3-12 month age group was 0.840, while in the age group >12-48 months was 0.902, while   for all age groups was 0,938 respectively. The correlation between CG and BW was formed in linear regression equations of BW (kg) = 0.693CG (cm) -22.500 for age of 3-12 months, and BW (kg)= 1.109CG (cm) - 47.523 for the age group of >12-48 months, and for all groups age was BW (kg) = 1.074CG(cm) -45.145. These linear regression equations could be used to estimate the body weight of the female Jawarandu goats in all age groups with the accuracy of 99.95%. Conclusion of this study was the linear regression equation with variable chest girth can be used to estimate the body weight of female Jawarandu goats in all age groups accurately.Keywords : Body weight, chest girth, Jawarandu goat.
TOTAL BAKTERI ANAEROB, PRODUKSI GAS DAN LAJU PRODUKSI GAS BIO-DIGESTER DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI PADA BAHAN BAKU FESES SAPI POTONG Hakim, Luqman Nauval; Nurwantoro, Nurwantoro; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 2 (2012): Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.567 KB)

Abstract

This study aims to determine the total production of biogas, anaerobic bacterial counts, and the rate of biogas production with the addition of rice husk in cattle fecal material. The research was carried out on October 9, 2010 through June 14, 2011 in Dairy Cattle Science Laboratory, Faculty of Animal Science, Diponegoro University, Semarang. Research materials in the form of fresh feces of cattle by 200 males Java g biogas as the main ingredient, rice husks as much as 8.46 g of additional material, and as much water as a diluent 385.09 g stuffing materials digester. The equipment used is a set of tools digester, pH meter, thermometer, electric scales, aluminum foil, buckets, stirrers, measuring cups and shots. Experiments using completely randomized design (CRD) consisting of 2 treatments and 4 replications. Treatment is T0 (control) with stuffing materials 100% feces and T1 (treatment) with stuffing materials feces and rice hulls. Observed variables include the total gas, total anaerobic bacteria, and the rate of gas production. The data were tested by t test. The results showed that the addition of rice husk in biogas stuffing materials not significant (P> 0.05) on the production of gas and the gas production rate, whereas total anaerobic bacteria showed that there were significant effects (P <0.05). The average biogas production is 206.875 ml for 28 days at T0 and T1 243.75 ml. Total anaerobic bacteria in T0 (control) 0.75 × 107 cfu / g lower (P <0.05) than T1 (treatment) 3.24 × 107 cfu / g. Rice husks can not be used as an additive in the feces of beef cattle to produce biogas.Keywords: biogas, anaerobic bacteria, cow feces, rice husksABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total produksi biogas, jumlah bakteri anaerob, dan laju produksi biogas dengan penambahan sekam padi pada bahan baku feses sapi potong. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2010 sampai 14 Juni 2011 di Laboratorium Ilmu Ternak Perah, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Materi penelitian berupa feses segar dari sapi Jawa jantan sebanyak 200 g sebagai bahan utama pembuatan biogas, sekam padi sebanyak 8,46 g sebagai bahan tambahan, dan air sebanyak 385,09 g sebagai pencair bahan isian digester. Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat alat digester, pH meter, termometer, timbangan elektrik, alumunium foil, ember, pengaduk, gelas ukur dan suntikan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut adalah T0 (kontrol) dengan bahan isian 100% feses dan T1 (perlakuan) dengan bahan isian feses dan sekam padi. Variabel yang diamati meliputi total gas, total bakteri anaerob, dan laju produksi gas. Data hasil penelitian diuji dengan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan sekam padi pada bahan isian biogas tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap produksi gas dan laju produksi gas, sedangkan total bakteri anaerob menunjukkan terdapat pengaruh yang nyata (P < 0,05). Rata-rata produksi biogas adalah 206,875 ml selama 28 hari pada T0 dan pada T1 243,75 ml. Total bakteri anaerob pada T0 (kontrol) 0,75 × 107 cfu/g lebih rendah (P < 0,05) daripada T1 (perlakuan) 3,24 × 107 cfu/g. Sekam padi belum bisa digunakan sebagai bahan tambahan dalam feses sapi potong untuk menghasilkan biogas.Kata kunci: biogas, bakteri anaerob, feses sapi, sekam padi