Royke M. Rampengan
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JURNAL ILMIAH PLATAX

Study of Seagrass Beds Condition Nearby Waters in Mokupa Village, Tombariri District, Minahasa Regency Nicole Theresa Lasut; Sandra O. Tilaar; Calvyn F. A. Sondak; Royke M. Rampengan; Chatrien A. L. Sinjal; Unstain N. W. J. Rembet
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 11 No. 2 (2023): ISSUE JULY-DECEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i2.47685

Abstract

The existence of seagrass beds in a shallow water environment has an important ecological role for the organisms that depend on this ecosystem. This research was conducted with the aim of knowing the types of seagrass and the condition of the seagrass beds in the waters near Mokupa Village, where the beach is between Mokupa Resort and Lotus Resort Manado. The method used is a quadrant transect (vertically to the shoreline), the coordinates point 1°24'53" N 124°42'22" E is transect 1, 1°24'54" N 124°42'22" E is transect 2,  and 1°24'56.7" N 124°42'23.5" E is transect 3. In this study, 5 species of seagrass were found, namely: Syringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, and Halophila ovalis. Cymodocea rotundata had the highest average seagrass cover per species, 15.349%, and Enhalus acoroides had the lowest average seagrass cover, 0.053%. The condition of the seagrass beds at the study site was included in the unhealthy category with a seagrass cover of 31.432%. Keywords: Mokupa Waters, Seagrass conditions, Cover, Seagrass bed Abstrak Keberadaan padang lamun di lingkungan perairan dangkal memiliki peranan ekologis yang penting bagi organisme yang bergantung dalam ekosistem ini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis lamun dan kondisi padang lamun di perairan sekitar Desa Mokupa, dimana pantai berada di antara Mokupa Resort dan Lotus Resort Manado. Penelitian ini mengikuti Pedoman Status Padang Lamun KEPMEN LH 200/2004. Metode yang digunakan yaitu transek kuadran (tegak lurus garis pantai), dengan titik koordinat Transek 1 1°24'53" N 124°42'22" E, Transek 2 1°24'54" N 124°42'22" E, Transek 3 1°24'56.7" N 124°42'23.5" E. Pada penelitian ini ditemukan 5 jenis lamun yaitu: Syringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides dan Halophila ovalis. Cymodocea rotundata memiliki rata-rata penutupan lamun per jenis tertinggi yaitu 15,349%, dan Enhalus acoroides memiliki rata-rata penutupan lamun terendah yaitu 0,053%. Kondisi padang lamun di lokasi penelitian termasuk dalam kategori kurang sehat dengan penutupan lamun sebesar 31,432%. Kata kunci: Perairan Mokupa, Kondisi lamun, Penutupan, Padang lamun
Amplitude of the Tidal Harmonic Constituents M2, S2, K1, and O1 in Waters Around the City of Bitung in North Sulawesi Royke M. Rampengan
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 1 No. 3 (2013): EDISI MEY - AGUSTUS 2013
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.1.3.2013.2569

Abstract

ABSTRACT This study was conducted to describe the amplitude of the tidal harmonic constituents M2, S2, K1, and O1 in waters around the city of Bitung in North Sulawesi.  Calculations performed using the admiralty method.  Based on calculations, it was found that the average amplitude of M2 is 34.8, S2 is 22.5, K1 is 20.3, and O1 is 11.7. The tidal behaviour in the study area is mixed tide predominant semidiurnal, with average Formzahl number of about 0.6. Keywords : amplitude, tidal, Bitung   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan amplitudo pasut harmonik M2, S2, K1, dan O1 di perairan sekitar kota Bitung di Sulawesi Utara. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode admiralty. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa rata-rata amplitudo M2 adalah 34,8, S2 adalah 22,5, K1 adalah 20,3, dan O1 adalah 11,7. Perilaku pasang surut di daerah penelitian adalah air campuran dominan semidiurnal, dengan rata-rata jumlah Formzahl sekitar 0,6. Kata kunci : amplitudo, pasut, Bitung
Foraminifera On The Beach Of Malalayang Dua Petrick Billy; Jane M. Mamuaja; Royke M. Rampengan; Medy Ompi; Esry T. Opa; Joppy Mudeng
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20660

Abstract

Beach as one on the landform that reflects the work of hydro-oceanographic factors, generally in the form of loose sedimentary material. Loose sediment is a collection of organic and inorganic particles that accumulate widely and are irregular in shape. One example of organism in marine waters that contributes to the availability of organic particles in the beach landform is foraminifera. Foraminifera is a single-celled organism that has the ability to form shells from substances of CaCO3 which originate from itself or from the surrounding environment. This study was aimed to classify physical sediments on the Malalayang Dua beach according to the points of sediment sampling, and see how the composition of foraminifera in the beach area and analyze the presence of foraminifera in relation to the granulometry of beach sediments. From the result of the study, it is found that the composition of grain size of sediment on the beach of Malalayang Dua is different, in stasion 1A, 1B, 2A, and 2B the sediment were mostly composed by fine grains while in station 3A and 3B were of coarse-grained sediment. A number of a species of foraminifera (dead test) was found in the study, and the number of tests was highes in fine sediments compared to coarse sediment.Keywords : Beach Landform, Malalayang Dua Coast, Foraminifera ABSTRAKGisik sebagai salah satu bentuklahan yang merefleksikan kerja faktor-faktor hidro-oseanografi, umumnya berwujud material sedimen lepas. Sedimen lepas adalah kumpulan partikel organik dan anorganik yang terakumulasi secara luas dan bentuknya tidak beraturan. Salah satu organisme di perairan laut yang berkontribusi terhadap ketersediaan partikel organik di gisik adalah foraminifera. Foraminifera merupakan organisme bersel tunggal yang mempunyai kemampuan membentuk cangkang dari zat-zat CaCO3yang berasal dari dirinya sendiri atau dari lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan sedimen gisik di pantai Malalayang Dua menurut titik-titik pengambilan sampel sedimen, dan melihat bagaimana komposisi foraminifera di kawasan gisik serta menganalisis keberadaan foraminifera dalam kaitannya dengan granulometri sedimen gisik. Dari hasil penelitian komposisi ukuran butir sedimen pada lahan gisik di pantai Malalayang Dua berbeda menurut stasiun yang ditetapkan, di ruang pantai ke arah Timur yaitu stasiun 1A, 1B, 2A, 2B komposisi sedimennya berukuran halus, sedangkan di ruang pantai ke arah Barat yaitu stasiun 3A dan 3B komposisi sedimennya berukuran kasar, komposisi sedimen di setiap stasiun gisik litoral dan sublitoral menampilkan adanya perbedaan tingkat kekasaran partikel sedimen. Dari hasil penelitian ditemukan 9 cangkang foraminifera. Pada komposisi sedimen gisik yang berukuran halus ditemukan jumlah cangkang foraminifera yang lebih banyak dibandingkan dengan gisik yang komposisi sedimen berukuran kasar.Kata kunci : Lahan Gisik, Pantai Malalalayang Dua, Foraminifera