Kemunculan variasi bahasa dalam masyarakat merupakan keheterogenan penutur dan kedinamisan bahasa, seperti variasi yang terdapat pada tuturan TNI angkatan udara satuan radar (TNI AU SATRAD) 222 Jombang. Bahasa dalam militer dikenal dengan bahasa yang beku, formal, dan resmi, namun hal ini berbeda dengan variasi bahasa pada tuturan TNI tersebut. Ara anggota memiliki jargon yang hanya dipahami oleh anggota satuan tersebut. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pembentukan dan makna tindak tutur pada jargon angkatan Udara tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan grounded teori. Sumber penelitian adalah tuturan anggota TNI AU SATRAD 222 Jombang, data adalah tuturan yang di dalamnya terdapat jargon. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dokumentasi, transkrip, dan FGD. Instrument yang digunakan adalah catatan lapangan, table identifikasi dan klasifikasi data. Teknik analisis data dengan seleksi data memakai teknik coding, analisis data berdasarkan teori, dan penarikan kesimpulan berupa teori yang bersumber dari data. Keabsahan data diuji dengan teknik trianggulasi sumber data yakni informan, metode pengambilan, dan teori yang digunakan, pemeriksaan teman sejawat dan ekspert jugdmen. Hasil penelitian pembentukan jargon berasal dari bahasa Indonesia yang telah berubah maknanya, proses morfologis, dan akronimisasi, sedangkan tindak tutur yang ditemukan adalah bentuk asertif berupa penjelasan dan direktif berupa kalimat Tanya yang berfungsi memerintah dengan menerapkan kesantunan dan kesopanan. Pembentukan jargon dan tindak tuturnya diharapkan dapat berimplikasi terhadap pendidikan bahasa Indonesia, BIPA dan UKBI.Kata Kunci: jargon, pembentukan jargon, tindak tutur The emergence of language variations in society is a result of the heterogeneity of speakers and the dynamics of the language, such as the variations found in the speech of the Indonesian Air Force radar unit (TNI AU SATRAD) 222 Jombang. The language in the military is known as frozen, formal, and official language, but this is different from the language variations in the TNI speech. Ara members have jargon that only members of the unit understand. The purpose of the study was to describe the formation and meaning of speech acts in the Air Force jargon. This type of research is qualitative with a grounded theory approach. The source of the research is the speech of members of the Indonesian Air Force SATRAD 222 Jombang, the data is speech that contains jargon. Data collection techniques were interviews, observations, documentation, transcripts, and FGDs. The instruments used are field notes, table identification and data classification. Data analysis techniques with data selection using coding techniques, data analysis based on theory, and drawing conclusions in the form of theories sourced from data. The validity of the data was tested using the triangulation technique of data sources, namely the informant, the method of retrieval, and the theory used, peer examination and expert judgment. The results of the research on the formation of jargon come from Indonesian which has changed its meaning, morphological processes, and acronyms, while the speech acts found are assertive forms in the form of explanations and directives in the form of interrogative sentences which function to command by applying politeness and politeness. The formation of jargon and speech acts is expected to have implications for Indonesian language education, BIPA and UKBI.Keywords: jargon, jargon formation, speech act