Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman

Hubungan Perubahan Kerapatan Vegetasi dan Bangunan terhadap Suhu Permukaan Lahan: Studi Kasus di Aglomerasi Perkotaan Surakarta Prasetyo Wibisono; Nur Miladan; Rizon Pamardhi Utomo
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v5i1.63639.148-162

Abstract

Tingginya tingkat urbanisasi pada suatu kota menimbulkan permasalahan yang kompleks, diantaranya meningkatnya aktivitas masyarakat yang berdampak pada berkurangnya lahan vegetasi pada kawasan perkotaan. Seringkali ditemukan bahwa kerapatan vegetasi wilayah suburban lebih tinggi daripada di pusat kota. Dengan demikian, terdapat perbedaan suhu yang cukup signifikan antara wilayah suburban dan pusat kota. Hal tersebut memicu terbentuknya pulau panas di perkotaan atau yang biasa disebut Urban Heat Island (UHI). Salah satu fenomena UHI dapat dilihat di Kota Surakarta. Peningkatan perubahan tutupan lahan terbangun dan peningkatan konsentrasi aktivitas masyarakat di Kota Surakarta dapat memicu peningkatan suhu permukaan kota. Bertolak pada masalah tersebut penelitian ini berupaya mengetahui hubungan perubahan kerapatan vegetasi dan bangunan di aglomerasi perkotaan Surakarta terhadap suhu permukaan lahan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2000-2021, kerapatan vegetasi mengalami penurunan setiap tahunnya. Berbeda dengan kerapatan vegetasi, kerapatan bangunan pada kawasan penelitian mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perubahan kerapatan vegetasi dan bangunan juga diikuti terjadinya peningkatan suhu sebesar 4,24°C. Hal tersebut terjadi akibat peningkatan lahan terbangun tiap tahunnya yang tidak diimbangi dengan peningkatan lahan bervegetasi sebagai peneduh dalam wilayah perkotaan. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, diketahui bahwa adanya perubahan kerapatan vegetasi dan bangunan memiliki hubungan sedang terhadap terjadinya perubahan suhu permukaan dengan pengaruh sebesar 30,2%. Berdasarkan uji T parsial, diketahui bahwa perubahan kerapatan vegetasi dan kerapatan bangunan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan suhu permukaan secara terpisah.
Tingkat Kesesuaian Fisik Spasial Kawasan Strategis Sektor Perdagangan dan Jasa: Studi Kasus Kawasan Nusukan, Kota Surakarta Nuraini Nuraini; Rizon Pamardhi Utomo; Raden Chrisna Trie Hadi Permana
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v5i1.70118.184-203

Abstract

Kawasan Nusukan (Joglo dan sekitarnya) ditetapkan sebagai kawasan strategis sektor perdagangan dan jasa sejak sebelum RTRW Kota Surakarta direvisi hingga RTRW versi terbaru tahun 2021-2041. Setelah dua kali ditetapkan sebagai kawasan strategis sektor perdagangan dan jasa, masih ditemui beberapa permasalahan fisik yang menghambat pemenuhan kriteria fisik spasial Kawasan Nusukan sebagai kawasan pusat perdagangan dan jasa. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain belum adanya perkembangan signifikan pada guna lahan perdagangan dan jasa, belum tersedianya jenis perdagangan dan jasa kategori hiburan yang biasanya terdapat pada kawasan pusat perdagangan dan jasa, masih adanya parkir on-street yang mempersempit ruang gerak kendaraan, kurang tersedianya jalur pedestrian, dan kemacetan pada jam-jam sibuk. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat kesesuaian fisik spasial Kawasan Nusukan sebagai kawasan strategis sektor perdagangan dan jasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pembobotan metode weighted product dan analisis skoring. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dari aspek kestrategisan lokasi, Kawasan Nusukan tergolong cukup strategis yaitu memiliki nilai sentralitas tinggi, terhubung dengan pusat-pusat kegiatan yang ada di sekitarnya melalui jaringan moda transportasi umum dengan tingkat kemudahan akses dari segi keterkaitan jarak dan kelancaran lalu lintas kategori sedang. Dari aspek karakteristik spasial aktivitas ekonomi, pola aktivitas perdagangan dan jasa sudah menunjukkan pola klaster, tingkat densitas sedang dengan keragaman aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi. Dari segi kelengkapan infrastruktuktur, sebanyak 41% zona perdagangan dan jasa menyediakan ruang parkir, sehingga masih ditemuinya parkir pada badan jalan. Ketersedian pedestrian hanya sejumlah 27% dari total panjang jalan yang membutuhkan pedestrian sehingga antar bangunan perdagangan dan jasa kurang terkoneksi. Berdasarkan variabel yang telah diujikan, nilai kesesuaian fisik spasial Kawasan Nusukan sebagai kawasan strategis perdagangan dan jasa termasuk dalam kategori sedang, yang berarti sudah cukup memenuhi kriteria fisik spasial kawasan pusat pelayanan perdagangan dan jasa, serta hanya diperlukan sedikit upaya peningkatan dari segi infrastruktur untuk mencapai kondisi ideal.
Faktor Prioritas dalam Penentuan Lokasi Food Center di Purbalingga Melita Agustine Mega Puspita; Murtanti Jani Rahayu; Rizon Pamardhi Utomo
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 5, No 2 (2023)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v5i2.72527.112-124

Abstract

Keberadaan pedagang kaki lima di Kabupaten Purbalingga semakin meningkat tiap tahunnya dan memberikan dampak negatif karena menempati ruang publik secara sporadis, khususnya di Kawasan Alun-alun Kabupaten Purbalingga dan Gelanggang Olah Raga (GOR)Goentoer Darjono. Permasalahan tersebut ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga dengan membangun Purbalingga Food Center sebagai lokasi relokasi bagi Pedagang Kaki Lima (PKL) tetapi pembangunan tersebut bukan tanpa masalah. Pemilihan Purbalingga Food Center sebagai lokasi relokasi PKL menimbulkan perbedaan pandangan dari berbagai pihak. Pemerintah berupaya memilih lokasi Purbalingga Food Center berdasarkan pertimbangan potensi lahan milik pemerintah  yang dapat mewadahi PKL dan dekat dengan pusat kota. PKL mengeluhkan lokasi tersebut kurang potensial untuk mendatangkan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor prioritas pemilihan lokasi Purbalingga Food Center sebagai lokasi relokasi PKL berdasarkan persepsi stakeholder. Penelitian menggunakan pendekatan deduktif dengan teknik analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui faktor-faktor prioritas yang mempengaruhi pemilihan lokasi Purbalingga Food Center. Hasil analisis mengungkapkan bahwa prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Purbalingga Food Center sebagai lokasi relokasi PKL menurut stakeholder terfokus pada tujuh faktor prioritas, yaitu rencana dan kebijakan pengembangan kota, lahan milik pemerintah, peraturan zonasi kegiatan PKL, kedekatan dengan aktivitas utama, fasilitas listrik, fasilitas air bersih, serta kemudahan lokasi untuk dilihat dengan jelas (visibilitas).