Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Davedan Show Di Amphi Theatre Nusa Dua Bali Ni Made Ruastiti; Ni Wayan Parmi; Ni Nyoman Manik Suryani; I Nyoman Sudiana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 33 No 2 (2018): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v33i2.365

Abstract

Artikel ini disusun dari hasil penelitian yang bertujuan untuk dapat memahami pertunjukan Davedan Show di Amphi Theatre Nusa Dua Bali. Penelitian ini dilakukan karena adanya ketimpangan antara asumsi dan kenyataan di lapangan. Pada umumnya wisatawan yang datang ke Bali hanya senang dan antusias menonton seni pertunjukan pariwisata berbasis seni budaya lokal saja. Tetapi kenyataan ini berbeda. Walaupun Davedan Show tidak dibangun dari seni budaya lokal saja, tetapi kenyataannya wisatawan sangat senang menonton pertunjukan tersebut. Pertanyaannya: bagaimanakah bentuk pertunjukan Davedan Show tersebut?; mengapa wisatawan senang menonton pertunjukan itu?; apa implikasinya bagi pelaku, masyarakat, dan industri pariwisata di Nusa Dua, Bali?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, khususnya implementatif partisipatoris yang mengutamakan kerjasama antara periset dengan para informan terkait. Sumber data penelitian ini adalah pertunjukan Davedan itu sendiri, pihak manajemen, para penari, penonton, hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Seluruh data yang telah dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, FGD, dan studi kepustakaan itu dianalisis secara kritis dengan menggunakan teori estetika postmodern, teori praktik, dan teori relasi kuasa pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Davedan Show disajikan dalam bentuk oratorium. Hal itu dapat dilihat dari cara penyajian, koreografi, dan iringan pertunjukannya. Davedan Show yang menampilkan tema Treasure of The Archipelago, membuka gerbang petualangan baru itu diiringi musik rekaman etnik Nusantara secara medley, berkelanjutan dengan struktur pertunjukan: seni budaya Bali, Sumatra, Sunda, Solo, Kalimantan, dan seni budaya Papua; (2) Davedan Show banyak diminati wisatawan manca negara karena penciptaan pertunjukan itu dilatari oleh ideologi pasar, ideologi estetika, dan ideologi budaya Nusantara; (3) Hingga kini Davedan Show berkembang secara berkelanjutan di Nusa Dua Bali karena berimplikasi positif pada ekonomi para pihak terkait, pengayaan bagi seni pertunjukan daerah setempat, dan identitas bagi kawasan wisata Nusa Dua, Bali.This article was compiled from the research results that aimed to understand the Davedan Show at Amphi Theater Nusa Dua, Bali. This research was conducted due to the imbalance between the assumption and the reality in real life. Generally, tourists visiting Bali are more excited and enthusiastic to watch the tourism performing arts that are based on local traditional art and culture. However, the reality is different. The questions are: how is the form of the Davedan show?; why do the tourists enjoy watching the show ?; what are the implications for the performer, the society, and the tourism industry in Nusa Dua, Bali?. This research applied qualitative research methods, especially the participative implementation that prioritized cooperation between the researchers and the related informants. The data sources of the research were the Davedan show, management, dancers, audiences, and similar research results produced by previous researchers. All data that had been collected by observation, interview, FGD, and literature study were then analyzed with aesthetic postmodern theory, theory of practice, and theory of power relationship. The results showed that: (1) Davedan Show was presented with the concept of a new presentation in the tourism performing arts in Bali. It could be seen from the material, the form, the way of presentation, and the management of the show. Davedan Show, presenting the theme of Treasure of the Archipelago and opening the new adventure gate, was accompanied by ethnic music recordings of the archipelago in a medley then continued with the performance structures of: Balinese, Sumatran, Sundanese, Solo, Borneo and Papuan art and culture; (2) Davedan Show attracted many foreign tourists because the show was based on the existence of market, aesthetic, and cultural ideologies of the archipelago; (3) Currently, Davedan Show has developed in Nusa Dua, Bali sustainably because of its positive implications to the economics aspect of the stakeholders, the enrichment of Balinese performing arts, and the identity of Nusa Dua tourism area of Bali.
“Nga-wayang”: A New Dance Creation from a Globalized Sociocultural Environment Ni Putu Ari Sidiastini; I Wayan Rai S; Ni Made Ruastiti
Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management Vol. 1 No. 1 (2022): Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.268 KB) | DOI: 10.31091/jacam.v1i1.1593

Abstract

This scientific article aims to discuss a new dance creation entitled “Nga-wayang”, whose creation idea depicts the character Gatot Kaca in a two-dimensional wayang kulit show. No one has worked on a dance that was transformed from a two-dimensional wayang kulit performance into a new three-dimensional dance creation. The creation of the “Nga-wayang” dance uses qualitative methods. The creation process is carried out in stages: ngarencana, nuasen, makalin, nelesin, and ngebah. The search for ideas was carried out using participatory observation techniques and in-depth interviews with related parties. The deepening of the character of Gatot Kaca's character is carried out through library research and discography. The process of creating this new dance creation is carried out using transformation theory and aesthetic theory. The cultivation of this work of art has resulted in a new dance creation entitled “Nga-wayang”. As a new dance creation, “Nga-wayang” is presented full of new ideas based on the influence of the art ecosystem in the influence of globalization in terms of poses, variety of movements, techniques, dynamics, tempo, and level play based on multimedia such as LCD projectors, LED lights, and smoke. The process of composing this dance has been carried out since this material was developed as a final choreography class assignment, the presentation of which has been continuously refined. “Nga-wayang” is a new dance creation that departs from the experience of the cultural environment in the era of globalization, namely the ecosystem as an art reinforcement.
Rupaning Vrihannala Ketut Tara Listiawan; Ni Made Ruastiti; Ni Wayan Suartini
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 1 No 2 (2021): Terbitan Kedua Bulan Oktober tahun 2021
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.779 KB)

Abstract

Rupaning Vrihannala Is A New Dance Creation Based On The Mahabharata In The Story Of Wirataparwa. This Work Is Presented In The Form Of A Duet Dance, By Two Male And Female Dancers, And Is Presented In The Form Of A Freelance Dance With A Performance Structure : Pengawit, Pengawak, Pengecet And Pakaad. This New Dance Creation, Which Was Developed Based On Local Balinese Wisdom, Shows The Love Story Of Arjuna And Dewi Utari During The Panca Pandawa Disguise In The Wirata Kingdom.The Purpose Of This Dance Work Is To Visualize The Truth Values Contained In The Mahabrata Epic, Especially Related To The Wisdom Of Arjuna As A Dance Teacher In The Kingdom Of Wirata. The Admiration For The Wise, Handsome, Good Archery, And Romantic Arjuna Has Inspired The Creation Of This New Dance Creation. The Romance Between Arjuna And Dewi Utari Is Accompanied By Gamelan Gong Kebyar, Supported By Gerong Vocals. This New Dance Creation Was Created Using The Method Of Creating Works Of Art, Which Was Carried Out In Stages, Namely Ngerencana, Nuasen, And Ngebah. All Data That Has Been Collected Through Observation, Interviews, And Literature Studies Were Analyzed Using Art Creation Theory, Symbol Theory, And Imagination Theory. The Process Of Creating This Dance Work Resulted In A New Creation Dance, Rupaning Vrihannala, About The Romance Of Arjuna And Dewi Utari When They Were Disguised As Dance Teachers In The Wirata Kingdom. To Support The Characterizations, Balinese Fashion Make-Up Is Used As A Characteristic, A Symbol Of Local Culture.Keywords: Rupaning Vrihannala, Proses Penciptaan, Struktur Pertunjukan, Tari Kreasi Baru.
Strategi Pembelajaran Gerak Dasar Tari Bali Untuk Anak-Anak di Sanggar Tari Warini Komang Ojas Govardhana; Ni Made Ruastiti; Ni Nyoman Kasih
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.794 KB)

Abstract

Tujuan Penelitian ini dilakukan adalah untuk dapat memahami dan menjelaskan Strategi Pembelajaran Gerak Dasar Tari Bali untuk Anak-anak di Sanggar Tari Warini. Penelitian ini dilakukan karena dilatari oleh seringnya Sanggar Tari Warini menyabet juara dalam lomba-lomba tari Bali, padahal di Bali banyak terdapat kursus-kursus tari serupa yang tersebar di Bali. Pertanyaannya adalah: (1) bagaimanakah strategi pembelajaran gerak dasar tari Bali yang dilakukan di Sanggar Tari Warini sehingga anak didiknya terus mendapatkan juara?; (2) metode apa yang digunakan oleh Ibu Arini?; (3) apa dampak dari proses pembelajaran gerak dasar tari Bali bagi anak-anak yang bersangkutan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode Kualitatif digunakan untuk mengkaji strategi pembelajaran. Dampaknya dikaji dengan menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Sanggar Tari Warini suskes mendidik anak-anaknya menjadi penari andal karena sanggar tersebut menggunakan strategi pembelajaran pedagogi, heutagogi dan imitasi; (2) Untuk menghasilkan lulusan yang handal, Sanggar Tari Warini mengimplementasikan gerak-gerak dasar tari Bali dengan menggunakan tahapan pembelajaran Gerak Dasar Tari Bali I, Gerak Dasar Tari Bali II dan Gerak Dasar Tari Bali Putra; (3) penerapan Gerak Dasar Tari Bali yang dilakukan secara bertahap tersebut berdampak pada mantapnya penguasaan gerak dasar tari Bali dan tingginya rasa percaya diri anak-anak yang belajar di Sanggar Tari Warini untuk menari. Kata Kunci :Strategi, Pembelajaran, Gerak Dasar Tari Bali, Anak-Anak, Sanggar Tari Warini
PROSES PENCIPTAAN, BENTUK DAN PESAN TARI GEN DI YAYASAN BUMI BAJRA SANDHI Ketut Novia Apsari; Ni Made Ruastiti; Anak Agung Ayu Mayun Artati
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk dapat memahami dan menjelaskan karya seni pertunjukan Tari GEN. Tari GEN ini terinspirasi dari aksara sebagai proses penciptaan. Tari ini memiliki kekhasan dan keunikan sendiri mulai dari awal mula proses penciptaannya, bentuk pertunjukan dan pesan yang disampaikan Tari GEN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan landasan teori estetika dan ikat kait. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ide penciptaan dalam Tari GEN ini berawal dari keinginan pencipta mengangkat aksara sebagai proses penciptaan. Bentuk pertunjukan Tari GEN terdiri dari tiga struktur yakni: (1). Menggambarkan suasana yang magis. (2). Menggambarkan suasana yang ceria. (3). Semua penari melihat bulan sambil menyanyikan lagu Panedeng Masa Kartika. Gerak yang digunakan Tari GEN adalah gerakan yoga asanas, serta menggunakan beberapa gerakan Tari Bali. Pola lantai yang digunakan dalam Tari GEN adalah diagonal, vertikal, horizontal, spiral dan lingkaran yang dibantu menggunakan level tinggi, rendah dan sedang. Riasan pada wajah menggunakan corak berwarna putih ke beberapa penari saja sedangkan penari lainnya tampil tidak memakai riasan wajah atau natural. Busana yang berwarna-warni menjadikan kesan dari anak-anak jelas terlihat. Gending yang dinyanyikan pada tarian berjudul Panedeng Masa Kartika. Alat musik yang digunakan yaitu berupa selonding, riong, ceng-ceng, kendang, suling, kemong/kajar, rebab dan gong dengan digarap menyesuaiakan kebutuhan garapan. Artictic stage dan lighthing design Tari GEN menggunakan layar berlukiskan aksara bali visual art. Pesan pada Tari GEN adalah mengajak seluruh masyarakat khususnya di Bali agar melestarikan bahasa daerah atau aksara Bali.Kata Kunci: Tari GEN, Proses Penciptaan, bentuk, pesan
Keterpinggiran Kelompok Kesenian Cak Bedulu Dalam Seni Pertunjukan Pariwisata Bali Ni Made Ruastiti
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 34 No 2 (2019): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v34i2.700

Abstract

Artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk dapat mengetahui dan memahami keterpinggiran Tari Cak Bedulu dalam seni pertunjukan pariwisata Bali. Penelitian ini dilakukan karena dilatari adanya ketimpangan antara asumsi dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Semestinya sebagai pelopor seni pertunjukan pariwisata Bali, kelompok kesenian ini paling sering ditampilkan dalam aktivitas kepariwisataan. Namun kenyataannya hal ini berbeda. Walaupun Cak Bedulu merupakan pelopor kesenian Cak untuk pariwisata Bali, kelompok kesenian ini justru mengalami keterpinggiran. Pertanyaannya: (1). Mengapakah kelompok kesenian ini mengalami keterpinggiran?; (2). bagaimanakah bentuk pertunjukannya?; dan (3). apakah implikasinya bagi masyarakat dan seni pertunjukan Bali?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah pertunjukan Cak Bedulu, para pihak terkait, dan masyarakat di Desa Bedulu, Bali. Data yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, FGD, dan studi pustakaan dianalisis dengan teori estetika, teori seni pertunjukan pariwisata, dan teori relasi kuasa pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Kelompok kesenian Cak Bedulu mengalami keterpinggiran karena cara penyajiannya kini sudah tidak sesuai lagi dengan ideologi pasar, ideologi seni pertunjukan pariwisata, dan ideologi budaya masyarakat di Desa Bedulu; (2). Kesenian Cak Bedulu disajikan dalam bentuk sendratari dengan lakon Ramayana. Hal itu dapat dilihat dari cara penyajian, struktur pertunjukan, dan tata rias busana pertunjukannya; (3) Keterpinggiran Cak Bedulu secara tidak langsung berimplikasi pada hilangnya media berkesenian, hilangnya masukan finansial dari kegiatan berkesenian, dan hilangnya identitas budaya lokal.
THE WAYANG WONG ANAK-ANAK PERFORMANCE DEVELOPMENT Ni Made Ruastiti; I Wayan Rai S.; Gede Yoga Kharisma Pradana
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 7 No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/abdidos.v7i2.1543

Abstract

So that the art of wayang wong in Bali can be maintained, the research team has created Wayang Wong Anak-Anak. As a vehicle for socializing cultural values, this model is very important to be developed. The development of this wayang Wong model intensively involves young Balinese people. The problems : 1) How is the process of fostering Wayang Wong Anak-Anak?; 2) What is the form of the Wayang Wong Anak-Anak?. As a result of applied research, a number of data collection have been carried out, including document studies, observations, exercises, and in-depth interviews with informants. The results : 1) The process of fostering Wayang Wong Anak-Anak has been carried out through : (a) applying the performance concepts; (b) conducting exercises to find a model of Wayang Wong Anak-Anak that suits the tastes and abilities of the youth, (c) a trial for a Wayang Wong Anak-Anak show, (d) finalizing a model for a Wayang Wong Anak-Anak; 2) the coaching in the development of wayang wong has succeeded in implementing the Wayang Wong Anak-Anak, namely : themes, variety of movements, and performances that are in accordance with the abilities and character of the youth.