Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Bahoyak : Pengaruh Postmodern di dalam Pertunjukan Saluang Dendang di Minangkabau Budi Alexander; Rafiloza Rafiloza; Asril Asril
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 4, No 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.294 KB) | DOI: 10.36982/jsdb.v4i2.595

Abstract

AbstractThis paper aims to discuss how the characteristics of the saluang show succeeded in being influenced by the postmodern that entered the lives of the people in Minangkabau. Bahoyak is a revealing medium used in the development of saluang jokes that have been somewhat influenced by postmodern culture. This is a new way of development in saluang kicking performances when society is easy to accept and there is no sense of burden when faced with postmodern culture. The people of Minangkabau especially fellow rang pagurau have the same hobby in enjoying the show saluang dendang, even though it is influenced by the development of the cultures that exist in Minangkabau society especially in the audience saluang dendang. The musical concept in saluang kicking on Bahoyak is prioritized with the sharpness of the kicker in making a sarcophagus and the development of the instrument in this show that makes the pagurau dragons dissolve in the show saluang dendang even though the show is already far away and experiencing a shift from the show tradisinya.Keywords : Bahoyak, Minangkabau, postmodern, characteristic, saluang dendangAbstrakTulisan ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana ciri khas dalam pertunjukan saluang dipengaruhi oleh postmodern yang masuk dalam kehidupanmasyarakat di Minangkabau. Bahoyak merupakan sebuah media ungkap yang digunakan dalam pengembangan saluang dendang yang telah dipengaruhi oleh budaya postmodern. Hal ini merupakan sebuah cara pengembangan baru dalam pertunjukan saluang dendang ketika masyarakat dengan mudahnya menerima dan tidak ada rasa beban ketika dihadapkan dengan budaya postmodern. Masyarakat Minangkabau  khususnya sesama rang pagurau  mempunyai hobi yang sama dalam menikmati pertunjukan saluang dendang, sekalipun itu dipengaruhi oleh perkembangan budaya-budaya yang terdapat dalam lingkungan masyarakat Minangkabau. Konsep musikal dalam saluang dendang pada Bahoyak diutamakan pada kejelian pendendang dalam membuatkan sebuah pantun sindiran dan perkembangan instrument di dalam pertunjukan ini, sehingga membuat rang pagurau larut di dalam pertunjukan saluang dendang, meskipun pertunjukan tersebut sudah mengalami penggeseran dari pertunjukan tradisinya.Kata kunci : Bahoyak, Minangkabau, postmodern, ciri khas, saluang dendang
Hibriditas pada Ronggeng di Minangkabau Aznal Mad’Hattari; Asep Saepul Haris; Asril Asril
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 4, No 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.926 KB) | DOI: 10.36982/jsdb.v4i2.594

Abstract

AbstractHumans are creatures that are always voluntarily volunteered or coerced. From prehistoric times it has been mentioned that humans are always looking for new areas, if in the areas began to be short of food supply or hit by disasters. It also happens on this day. The reasons are also related to finding better livelihoods, seeking better education which is also related to livelihoods, as well as other problems such as war or natural disasters. More interestingly, some ethnics have a tradition of migrating like merantau as it is in the Minangkabau tribe. This is called hybridity. Hybridity can also show that every cultural process contains mixed and cross-border interactions. There is no culture that is completely genuine and pure, which is found in the ronngeng pasaman. Ronggeng pasaman is present in the community due to several factors such as the movement of the population to a place that will merge into one and make the region into a multi-cultural area.Keywords : Hybridity, Ronggeng, Pasaman, Multi-culturalAbstrakManusia adalah makhluk yang selalu berpindah baik secara sukarela maupun karena paksaan.Dari zaman prasejarah telah disebutkan bahwa manusia selalu mencari daerah baru jika di daerah tempatnya berada sebelumnya mulai kekurangan bahan pangan atau dilanda bencana.Hal itu juga terjadi hingga saat ini.Alasannya juga berhubungan dengan mencari mata pencaharian yang lebih baik, mencari pendidikan yang lebih baik yang nantinya juga terkait dengan mata pencarian, serta masalah lainnya seperti peperangan atau bencana alam.Lebih menarik lagi, beberapa etnis memiliki tradisi berpindah itu dengan istilah merantau seperti yang terdapat di dalam suku Minangkabau.Hal ini disebut dengan hibriditas. Hibriditas juga dapat menunjukkan bahwa setiap proses budaya mengandung percampuran dan interaksi lintas batas. Tidak ada suatu kebudayaan yang sepenuhnya asli dan murni, salah satunya terdapat pada ronngeng pasaman. Ronggeng pasaman hadir ditengah masyarakat dikarenakan oleh beberapa faktor seperti perpindahan penduduk ke suatu tempat yang nantinya melebur menjadi satu dan menjadikan wilayah tersebut menjadi daerah yang multi-kultural.Kata kunci : Hibriditas, Ronggeng, Pasaman, Multi-Kultural
PERAN GANDANG TASA DALAM MEMBANGUN SEMANGAT DAN SUASANA PADA PERTUNJUKAN TABUIK DI PARIAMAN Asril Asril
Humaniora Vol 27, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.255 KB) | DOI: 10.22146/jh.6411

Abstract

Performing Tabuik in society Pariaman, West Sumatra, is a tradition of cultural influence of Shi’ite Islam that has inherited the local community since about two centuries ago. Tabuik performances are “heroic” and colossal. Pariaman society presented this performance by presenting two Tabuik support group. In certain parts of the performance, these two groups are presented opposite each other. One of the most important elements in each Tabuik performance is gandang tasa, the percussion ensemble. Gandang Tasa role in a variety of contexts and series of performances Tabuik. Gandang tasa most important role is to build the spirit of supporting performances that can trigger mood Tabuik be “hot”, especially on hard-dimensional performances, so that it will make a massive fight among the supporters of Tabuik. The method used in this study is a qualitative method that emphasizes the role of the drum in the quality of every part of the Tabuik performance which refers to a variety of atmosphere that was built in the Tabuik perfomance. Gandang Tasa be decisive in establishing the spirit, atmosphere, and the dynamics in each performance of Tabuik.
ORNAMEN MASJID ASASI SIGANDO KOTA PADANGPANJANG Mirda Aryadi; Asril S; Febri Yulika
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 1 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i1.17902

Abstract

AbstrakMasjid Asasi Sigando menerapkan ornamen sebagai salah satu bagian dari bangunannya. Fungsi secara umum dari penempatan ornamen pada masjid Asasi sebagai penghias, hal ini juga berlaku pada bangunan yang khas Minangkabau lainnya. Penempatan ornamen pada masjid ini, hampir terdapat pada seluruh dinding luar. Ornamen yang diterapkan pada bagian dinding masjid seperti singok, pereang, papan banyak, papan sakapieng, dan salangko. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berifat deskriptif. Ornamen Masjid Asasi memiliki keindahan dari segi motif yang belum dikaji secara keilmuan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara obervasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil tentang ornamen Masjid Asasi bahwa ide penciptaan motif ornamen berlandaskan pada bentuk alam seperti, tumbuhan, hewan, alam benda dan manusia. Selain itu penempatan masing-masing motif juga disusun pada bagian masjid yang memiliki nama tertentu.Kata Kunci: masjid asasi, ornamen, motif.AbstractAsasi Sigando Mosque uses ornaments as one part of the building. The general function of the placement of ornaments on the Asasi mosque as decoration, this also applies to other typical Minangkabau buildings. Placement of ornaments on this mosque, almost found on the entire outer wall. Ornaments applied to the walls of the mosque such as singok, pereang, papan banyak, papan sakapieng, and salangko. This research uses descriptive qualitative research methods. Asasi Mosque ornaments have beauty in terms of motifs that have not been studied scientifically. Data collection is carried out by means of observation, interviews, documentation and literature study. The result of Asasi Mosque ornaments is that the idea of creating ornamental motifs is based on natural forms such as plants, animals, natural objects and humans. In addition, the placement of each motif is also arranged on the part of the mosque that has a certain name. Keywords: asasi mosque, ornaments, motifs.
KOREOGRAFI TARI SATAMPANG BANIAH OLEH SANGGAR SARI BUNIANNAGARI ANDALEH BARUAH BUKIK SEBAGAI PELESTARIAN BUDAYA LOKAL Viola Vianda Sari; Asril Asril; Edwar Zebua
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2018): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v7i2.10973

Abstract

AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Koreografi TariSatampang Baniah yang telah dikembangkan oleh Yeni Eliza di Sanggar Sari Bunian Nagari Andaleh Baruah Bukik Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar sebagai bentuk pelestarian seni budaya lokal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yakni mendeskripsikan dan menganalisis unsur-unsur atau elemen-elemen yang mendukung pertunjukan TariSatampang Baniah. Untuk menbahas penelitian tentang koreografi ini digunakan teori koreografi oleh Robby Hidajat, teori bentuk oleh Soedarsono, teori pelestarian oleh Edi Sedyawati dan teori perkembangan oleh Umar Kayam.Penelitian yang dilakukan ini menemukan hasil bahwa, TariSatampang Baniah yang awalnya tari tradisi di Nagari Andaleh Baruah Bukik sekarang telah dikembangkan oleh Yeni Eliza di Sanggar Sari Bunian. Usaha pengembangan ini dilakukan untuk menghidupkan kembali dan melestarikan TariSatampang Baniah yang sudah hampir punah di Nagari Andaleh Baruah Bukik. Upaya Yeni Eliza ini membuahkan hasil, melalui koreografi yang dikembangkannya TariSatampang Baniah sekarang dikenal ditingkat Nasional dan Internasional.                                                                                                                                  Kata Kunci: tari satampang baniah, koreografi, pelestarian. AbstractThe purpose of this study was to find out the “choreography of satampang baniah dance which had been the developed by Yeni Eliza insari bunian bukik in Sungayang subdistrict Tanah Datar district as a from of preservation of local cultural art. This research that is qualitatif research that is describes and analyzes elements or elements that suport the performence of satampang baniah dance. To discuss this choreography theory was used by Robby Hidajat, from theory by Soedarsono , conservation theory by Edy Sedyawati and development theory by Umar Kayam. This research found that satampang baniah dance was originally dancethe tradition in nagari Andaleh Baruah Bukik has now been developed by Yeni Eluza in sari bunian studio. This development efforrt was carried out to revive and preserve the almost extinct satampang baniah dance in nagari andaleh baruah bukik. Yeni Eliza efforts paid off, through the choreograpy she developed satampang baniah dance now know at the national and international level.  Keywords: satampang baniah dance, choreography, preservation.
REDESIGN LOGO CAFE DAN RESTO RUMAH BAKO PAYAKUMBUH Maharian Agung; Asril Asril; Syafwandi Syafwandi; Mega Adyna Movitaria
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.27245

Abstract

This article aims to reveal the process of designing (redesigning) the logo of the Rumah Bako Cafe and Resto. This redesign was carried out based on various weaknesses found in the previous Rumah Bako Resto logo. This redesign was approached with theory, logo, aesthetics, color, and art style. The method used in this study is the 4D method, namely: define (definition), design (design), develop (development), and dessiminate (spread). The new logo of Rumah Bako Payakumbuh Cafe and Resto is the result of processing circle shapes with fonts and images. The picture taken is as a product icon, namely culinary. The choice of position and location is very taken into account. Through the main media, namely logos and supporting media such as t-shirts, totte bags, key chains, stickers, x-banners, and banners that aim as promotional media.Keywords: redesign, logo, café, resto.  AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengungkap proses perancangan (Cafe ) logo Cafe dan Resto Rumah Bako. Redesign ini dilakukan berdasarkan berbagai kelemahan yang ditemukan pada logo Resto Rumah Bako yang terdahlu.  Redesign ini didekati dengan teori, logo, estetika, warna, dan gaya seni.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 4D yaitu: define (definisi), design (perancangan), develop (pengembangan), dan dessiminate (penyebaran). Logo baru dari Cafe dan Resto Rumah Bako Payakumbuh adalah hasil dari pengolahan bentuk lingkaran dengan font dan gambar. Gambar yang diambil adalah sebagai ikon produk yaitu kuliner. Pemilihan posisi dan letak sangat diperhitungkan. Melalui media utama yaitu logo dan media pendukung seperti baju kaos, tottebag, gantungan kunci, stiker, x-banner, dan spanduk yang bertujuan sebagai media promosi.Kata Kunci: redesign, logo, café, resto. Authors:Maharian Agung : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSyafwandi : Institut Seni Indonesia PadangpanjangMega Adyna Movitaria : Institut Agama Islam Sumatera Barat References:Anggakarti, D. M., & Benyamin, M. F. (2021). Adaptasi Gambar Hias sebagai Gambar Latar pada Aplikasi Desain. Journal VISUALIDEAS, 1(1), 3–7.Arbi, M. S., Irwan, M. S., & Hafiz, A. (2019). Ayam Jantan Dalam Karya Seni Grafis. Serupa The Journal of Art Education, 7(3).Arredondo, E., Castaneda, D., Elder, J. P., Slymen, D., & Dozier, D. (2009). Brand name logo recognition of fast food and healthy food among children. Journal of Community Health. https://doi.org/10.1007/s10900-008-9119-3Atika, J. (2019). Kajian Interior Ruang Tidur pada Anak. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia Dan Industri Kreatif, 1(1), 28–38.Fadilah, A., Mappalahere, M. T., & Mukaddas, A. B. (2021). Kajian Estetika Sangkar Burung Puyuh (Jaba Kawubu) di Kampung Rupe Kecamatan Langgudu Nusa Tenggara Barat. BALOLIPA: Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 1(1), 43–50.Jaya, M. A. (2018). Transformasi Tempat Ketiga (Third pl#ace) dari Ruang Dalam (indoor) Menuju Ruang Luar (Outdoor): Studi Kasus Kota Palembang. Arsir. https://doi.org/10.32502/arsir.v2i1.1240Jia, Y., Shelhamer, E., Donahue, J., Karayev, S., Long, J., Girshick, R., Guadarrama, S., & Darrell, T. (2014). Caffe: Convolutional Architecture for Fast Feature Embedding. MM 2014 - Proceedings of the 2014 ACM Conference on Multimedia. https://doi.org/10.1145/2647868.2654889Lee, C., Hallak, R., & Sardeshmukh, S. R. (2016). Innovation, entrepreneurship, and restaurant performance: A Higher-Order Structural Model. Tourism Management. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2015.09.017Luffarelli, J., Mukesh, M., & Mahmood, A. (2019). Let the Logo Do the Talking: The Influence of Logo Descriptiveness on Brand Equity. Journal of Marketing Research. https://doi.org/10.1177/0022243719845000Mubarat, H., & Ilhaq, M. (2021). Telaah Nirmana sebagai Proses Kreatif Dalam Dinamika Estetika Visual. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni, 23(1), 125–139.Mulyawartini, G. A. (2019). Melalui Kegiatan Meronce Bentuk Dan Warna Dapat Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Pada Kelompok B Tk Harapan Kelayu. Jurnal EDISI, 1(1), 118–133.Munawaroh, S. D. (2018). Pengaruh Media Bola Warna terhadap Kemampuan Mengenal Warna Anak Kelompok A di TK Dahlia Jagir Sidoresmo Surabaya. Jurnal PAUD Teratai, 7(1).Putri, S. M., & Hartati, M. (2021). Pakaian Tradisional Perempuan Melayu Jambi. Seminar Nasional Humaniora, 1(1), 116–133.Said, A. A. (2019). Mendesain Logo. TANRA: Jurnal Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Dan Desain Universitas Negeri Makassar. https://doi.org/10.26858/tanra.v6i3.13014Sakriyani, A. (2018). Pembuatan Company Profil Politeknik NSC Surabaya Menggunakan Adobe After Effects CC 2014. Politeknik NSC Surabaya.Susilawati, H., Akhmad Fauzi Ikhsan, M. T., & Salman, F. (2020). Prototyping Alat Pendeteksi Kematangan Buah Kopi Berbasis Arduino Menggunakan Sensor Apds Gy-9960. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Teknik Elektro Telekomunikasi Indonesia, 11(1).Van Der Vorst, J. G. A. J., & Beulens, A. J. M. (2002). Identifying Sources of Uncertainty to Generate Supply Chain Redesign Strategies. International Journal of Physical Distribution & Logistics Management. https://doi.org/10.1108/09600030210437951Wagner, M., Rietz, C., Kaspar, R., Janhsen, A., Geithner, L., Neise, M., Kinne-Wall, C., Woopen, C., & Zank, S. (2018). Quality of life of the Very Old. Zeitschrift Für Gerontologie Und Geriatrie, 51(2), 193–199.Wangarry, M. A., & Saidi, A. I. (2018). Pengaruh iklan Media Luar Ruang pada Ruang Publik di Kota Jakarta Selatan. Jurnal Seni & Reka Rancang.
MENGAGAH HARIMAU: SENI TARI RITUAL BUDAYA MASYARAKAT PULAU TENGAH KABUPATEN KERINCI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS SUREALIS Al Ikhsan; Asril Asril; Dharsono Dharsono
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.27477

Abstract

The creator of this artwork is entitled "Against the Tiger: Cultural Rituals of the Central Island Community of Kerinci Regency as the Creation of Surrealism Painting". This work is motivated by the Pengagah Harimau dance which is created from the movement of the tiger silat which is converted into a dance with the same movements as the tiger's. After observing the ritual of the Pengagah Harimau dance, the artist became interested in creating a surrealist painting with the idea of the ritual of the Pengagah Harimau dance. The design of the creation of the Pengagah Harimau dance is expressed in a different form from the original, but still has the same elements and meanings as the movement of the Menggah Harimau. The design that will be made is a scribble from each tiger dance and is presented in the form of a painting with a cereal technique.This surrealist painting creation method is a method used to observe something, a person and an environment or situation sharply, in detail, and record it accurately in several ways, namely observation and interviews. From the results of the interviews, the authors document the results in the form of photos and recordings. The location chosen as the object of research is in Pulau Tengah Village, Kerinci Regency.The result of the creator of this Menggah Harimau dance painting is surrealism painting in the form of opening motion, gazing motion, defending motion, crossed claws, matai ateh, nak nepo, and being conceded by imo. The materials or tools used in the creation of surrealist paintings are canvas, spanram, base paint, acrylic paint, gun stepller, and brushes. For the creation process, the spanram canvas is installed, the first work is done, and the work is framed. Creating this surrealism painting comes from the Menggah Harimau dance, Central Island Village, Kerinci Regency.Keywords: enchanting tiger, kerinci dance ritual.AbstrakPenciptaan karya seni ini berjudul “Mengagah Harimau: Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Sebagai Penciptaan Seni Lukis Surealisme”. Karya ini dilatarbelakangi oleh tari Mengagah Harimau yang tercipta dari gerak silat harimau yang diubah menjadi tarian dengan gerakan yang sama seperti gerak harimau, setelah mengamati ritual tari Mengagah Harimau, pengkarya menjadi tertarik untuk menciptakan karya lukis surealis dengan ide ritual tari Mengagah Harimau. Rancangan penciptaan tari Mengagah Harimau ini diekspresikan menjadi bentuk yang berbeda dari yang aslinya, akan tetapi tetap mempunyai unsur dan makna yang sama dengan membentuk gerak Mengagah Harimau. Desain yang akan dibuat merupakan coretan dari masing-masing tarian harimau dan disajikan ke dalam bentuk wujud lukisan dengan teknik serealis. Metode penciptaan karya seni lukis surealis ini adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seorang dan suatu lingkungan atau situasi secara tajam, terinci, dan mencatatnya secara akurat dalam beberapa cara yaitu observasi dan wawancara. Dari hasil wawancara, pengkarya mendokumentasikan hasil tersebut dalam bentuk foto dan rekaman. Lokasi yang dipilih sebagai sebagai objek penelitian yaitu di Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci. Hasil pencipta karya seni lukis tari Mengagah Harimau ini adalah seni lukis surealisme dalam bentuk gerak pembuka, gerak mengagah, gerak membela, cakar silang, matai ateh, nak nepo, dan kemasukan imo. Bahan atau alat yang digunakan dalam penciptakan karya seni lukis surealis adalah kain kanvas, spanram, cat dasar, cat akrilik, gun stepller, dan kuas. Untuk proses penciptaan dilakukan pemasangan kain kanvas spanram, proses penggarapan karya pertama, dan proses bingkai karya. Menciptakan karya seni lukis surealisme ini bersumber dari tari Mengagah Harimau Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci.Kata Kunci: mengagah harimau, ritual tari kerinci. Authors: Al Ikhsan : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDharsono : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Couto, Nasbahry. (1999), Gaya Dalam Seni Rupa Pemahaman Bahasa Seni Rupa Modern. Padang: Jurusan Seni.Halawa, W. E., Triyanto, R., Budiwiwaramulja, D., & Azis, A. C. K. (2020). Analisis Gambar Ilustrasi Hombo Batu Nias Gunungsitoli. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 193-203.Ikhsan, Al. (2021). “Mangagah Harimau”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 4 Februari 2021, Kerinci.Kartika, Dharsono Sony, (2016). Kreasi Artistik. Karanganyer. Surakarta: UNS.Prabu, W. N. D. (2017). Imaji Pop Surealisme Figur Gendut Dalam Lukisan. Journal of Urban Society's Arts, 4(1), 36-48.
Tradisi Badikia dalam Ritual Managakan Batu Mejan di Nagari Ulakan Kabupaten Padang Pariaman Ririn Yusliar Rahman; Firdaus Firdaus; Asril Asril
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 5, No 1 (2021): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bcdk.v5i1.2489

Abstract

This article discusses Badikia tradition in the Managakan Batu Mejan ritual practiced by members of the Syattariyah congregation in Ulakan Tapakis, Padang Pariaman Regency. Badikia tradition are carried out to commemorate 100 days of death. The purpose of the study was to determine the form, structure, and function of the presentation of Badikia in the Managakan Batu Mejan ritual. Using qualitative methods, research data were collected by means of observation, interviews, literature studies, and documentation, to produce analytical descriptions based on theories and conceptual frameworks about rituals. The formulation of the research results shows that Badikia in the Managakan Batu Mejan ritual is a means of religious ritual for followers of the Syattariyah order, which functions to perform sunnah worship by reading sentences of praise to Allah SWT and the Prophet Muhammad SAW, which creates inner satisfaction for the perpetrators.Keyword: Badikia; ritual, Managakan Batu Mejan, Syattariyah; UlakanAbstrakArtikel ini membahas Tradisi Badikia dalam ritual Managakan Batu Mejan yang dipraktikkan oleh jamaah tarekat Syattariyah di  Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Tradisi Badikia dilaksanakan untuk memperingati 100 hari kematian. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bentuk, struktur, serta fungsi dari penyajian Badikia dalam ritual Managakan Batu Mejan. Menggunakan metode kualitatif, data penelitian dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi, untuk menghasilkan deskripsi bersifat analitik berdasarkan teori dan kerangka konseptual tentang ritual. Formulasi hasil penelitian menunjukkan bahwa Badikia dalam ritual Managakan Batu Mejan merupakan sarana ritual agama bagi pengikut tarekat Syattariyah, yang berfungsi untuk melakukan ibadah sunah dengan cara membacakan kalimat puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, yang menimbulkan kepuasan bathin bagi pelakunya.Kata Kunci: Badikia; ritual; Managakan Batu Mejan; Tarekat Syattariyah; Ulakan
Ekspresi Plak Pleng Pada Interior Ruang Tamu: Penciptaan Kriya dengan Pendekatan Eksplorasi Atas Ornamen Kerajaan Lamuri M. Iqbal Saputra; Asril Asril
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 5, No 2 (2022): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bcdk.v5i2.2491

Abstract

Plak Pleng is one type of tombstone found at the Lamuri Kingdom site in Lamreh Village, Mesjid Raya District, Aceh Besar. Plak Pleng  in the form of square prisms have ornaments consisting of geometric motifs and lotus flowers which are very unique and interesting to be developed and used as a source for creating interior works on elements of the living room. The creation of this work uses the theory of form, function, and aesthetics. The process of creating this work goes through three stages, namely exploration, design, and embodiment. Exploration of work about the source of the idea of creation, namely about Plak Pleng ornaments and elements of the living room. Drafting of sketches and designs. The embodiment stage is to turn the design into a work. The main material used is Surian wood with a melamine finish. The techniques used are construction techniques, carving, lathe, filigree and coloring with air brush and spray gun techniques. The number of works is seven pieces, namely a table, a single seat sofa, a single seat sofa without a backrest, a three seater sofa, a flower vase, a wall lamp, and a wall clock.Keywords: Plak Pleng; interiors; living room; ornament; Lamuri KingdomAbstrakPlak pleng merupakan salah satu jenis batu nisan yang terdapat di situs Kerajaan Lamuri berada di Desa Lamreh Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Plak pleng berbentuk prisma persegi memiliki ornamen terdiri dari motif geometris dan bunga teratai yang sangat unik dan menarik untuk dikembangkan dan dijadikan sumber penciptaan karya interior pada elemen ruang tamu. Penciptaan karya ini menggunakan teori bentuk, fungsi, dan estetika. Proses penciptaan karya ini melalui tiga tahapan yaitu eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Eksplorasi pencaharian tentang sumber ide penciptaan yaitu tentang ornamen Plak Pleng dan elemen ruang tamu. Perancangan pembuatan sketsa dan desain. Tahap perwujudan yaitu mewujudkan desain menjadi karya. Bahan utama yang digunakan adalah kayu surian dengan finishing melamine. Teknik yang digunakan adalah teknik konstruksi, ukir, bubut, kerawang dan pewarnaan dengan teknik air brush dan spray gun. Jumlah karya sebanyak tujuh buah yaitu meja, sofa single seat, sofa single seat tanpa sandaran, sofa three seater, vas bunga, lampu dinding, dan jam dinding.Kata Kunci: Plak Pleng; interior; ruang tamu; ornamen; Kerajaan Lamuri
KELINTANG MANNA: MUSIK PENGIRING TARI ANDUN DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT SERAWAI IDANG SERAWAI; ASRIL ASRIL; MISDA ELINA
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6, No 1 (2020): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v6i1.852

Abstract

Kelintang Manna adalah seperangkat alat musik yang berasal dari daerah Bengkulu Selatan yang digunakan sebagai pengiring tari Andun dalam upacara perkawinan masyarakat Serawai. Kelintang Manna merupakan ansambel musik tradisi, yang terdiri dari 6 unit kelintang dan satu redap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur musik yang berkaitan dengan melodi, ritme, dan bentuk lagu Kelintang manna yang ada di Kelurahan Kota Medan Kecamatan Kota Manna Bengkulu Selatan, serta peran Kelintang Manna sebagai musik pengiring tari Andun dalam upacara perkawinan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif  dengan kerja pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan, bahwa bentuk penyajian Kelintang Manna terdiri dari beberapa unsur musik, yaitu ritme, melodi, bentuk lagu, adapun hubungan Kelintang Manna dengan tari Andun adalah sebagai pengiring tari yang membentuk suasana tenang dan sakral pada tari andun dalam upacara perkawinan masyarakat Serawai. ABSTRACT Kelintang Manna is a set of musical instruments originating from the South Bengkulu area which is used as an accompaniment to the Andun dance in the marriage ceremony of the Serawai community. Kelintang Manna is a traditional music ensemble, which consists of 6 units of transverse and one dimmer. The purpose of this study is to describe the shape and structure of music related to melodies, rhythms, and forms of the song Kelintang manna in the Medan City Sub-District, Manna City South Bengkulu District, and the role of Kelintang Manna as the accompanying music of the Andun dance in a marriage ceremony. This research uses a descriptive research method with a qualitative approach to the work of collecting data using observation, interviews, and documentation techniques. The results showed that the form of the presentation of Kelintang Manna consisted of several musical elements, namely rhythm, melody, song form, while the relationship between Kelintang Manna and Andun dance was as a dance accompaniment that formed a calm and sacred atmosphere in the danun dance in the marriage ceremony of the Serawai community.