Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

EXPRESSING COMPLIMENTS IN ENGLISH AND INDONESIAN LANGUAGE: A COMPARATIVE STUDY Harlinah Sahib
SAWERIGADING Vol 19, No 3 (2013): SAWERIGADING, Edisi Desember 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.696 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i3.455

Abstract

Penelitian ini mengkaji pernyataan pujian yang dilakukan oleh penutur Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia baikyang diungkapkan oleh pria maupun wanita. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesamaan dan perbedaandalam mengungkapkan pujian dalam kedua bahasa tersebut.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yangbersifat kuantitatif. Data diperoleh melalui teknik lapangan dengan teknik kuesioner dan juga kepustakaan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa penutur bahasa Inggris dalam mengungkapkan pujian cenderung lebih langsung.Akan tetapi penutur bahasa Indonesia cenderung bersifat tidak langsung karena perbedaan budaya. AbstractThis study discusses the expressing of compliments uttered by both English and Indonesian native speakerseither male or female. This study of compliment has objectives to describe the similarities and the differences inexpressing compliments in the both languages. Data is obtained through field research by using questionnaire andlibrary research. The result shows that English and Indonesia native speakers tend to express compliments directly.In the other hand, Indonesian people express it indirectly since cultural diversity.
MORRIS’ SEMIOTIC IN RELIGION PERCEPTION AND CONCEPTION IN GANE OF POLINAKI TRADITIONAL WEDDING RITUAL IN KULAWI ETHNIC Indah Lestari; Burhanuddin Arafah; Harlinah Sahib; Mustafa Makka
Language Literacy: Journal of Linguistics, Literature, and Language Teaching Vol 4, No 2: December 2020
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.094 KB) | DOI: 10.30743/ll.v4i2.3063

Abstract

The purpose of this research is to examine the concept of religion in Gane, a ritual speech which is still alive and practiced by Kulawi ethnic in Sigi regency, Central Sulawesi. Nowadays, Gane ritual speech is no longer in demand by most of the Kulawi ethnic, especially the educated young generation, because they have been eroded by the influence of modernization and globalization in addition to the influence of the entry of religion held by the majority of the Kulawi ethnic today and modern education. The text of Gane is obtained from a ritual speech named Polinaki which is contained in traditional wedding in Kulawi. The text is analyzed qualitatively using behavioral semiotic approach proposed by Charles Morris. Behavioral semiotic is creating a particular action or behavior to achieve a certain goal and applying syntactic, semantic, and pragmatic dimensions for analyzing a text. The results show that in syntactic dimension, Gane is a text with literary style consisting of unique characteristics in terms of structure, function, and meanings. In semantic dimension, Gane holds contextual, emotive, conative, and poetic meanings observed through its function. In pragmatic dimension, the impacts of Gane influence the perception and conception of religion.
Prohibited Expression in Wedding Advice: Entextualization of Pasang ri Kajang Harlinah Sahib
ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities Vol. 2 No. 1 (2019): MARCH
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829 KB) | DOI: 10.34050/els-jish.v2i1.6237

Abstract

This research is entitled Prohibited expression in wedding Advice: Entextualization of Pasang ri Kajang.The objectives of this research is: 1). To disclose denotational text uttered in wedding advice of ethnic Kajang. 2).To reveal interactional text in wedding advice of ethnic Kajang.3). In addition to denotational and interactional text, this research used semiotic mediational approach to relate between denotational and interactional text of wedding advice Qualitative method was used in obtaining the data whereas the researcher herself had a role as a key instrument which has the to master the field being researched and the preparation to come to the object of the research. The data of wedding advice were obtained through, observation, interview, and note taking. Whereas the result of the research shows that denotational text is related to the structure of utterances or text sentences. Interactional text on the other hand is a text based upon social relation which emphazises on social aspect of language. Apart from denotational and interactional text, semiotic mediational approach was used to relate the two texts denotational text and interactional text ( text-context) which is shown by indexical cues.
Shifting Among The Noble Teenagers of Mambalan Village Gunung Sari Zainudin Abdussamad Abdussamad; Hamzah A. Machmoed; Abidin Pammu; Harlina Sahib
ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities Vol. 3 No. 3 (2020): SEPTEMBER
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.796 KB) | DOI: 10.34050/elsjish.v3i3.11304

Abstract

This study aims to reveal the phenomenon of language shift among the noble teenagers of mambalan Village. Research has been carried out with the noble teenagers as the participants of this research. To improve understanding of the complexity of this research, this research used descriptive qualitative method by using some tools in collecting the data such as, questionnaires, interview, data recording, note taking and observation. After obtaining the data, the data analyzed by Gathering and understanding data transcription carefully, coding the data transcription word per word and displaying the words into the relevant conversation. The study found that there is language shift occurred among the noble teenagers of mambalan village. The finding is strengthened by vocabularies and sentences which shifted from high Sasak language to low Sasak language.
Social Criticism in the Songs of Conflict in Palestine Nur Hikmah; Hamzah A. Machmoed; Harlinah Sahib
ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities Vol. 4 No. 3 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.475 KB)

Abstract

This research was about the song of conflict in Palestine which aimed to find out social criticism portrayed in the songs of conflict in Palestine, Palestine Will Be Free, Forever Palestine, and We Will not Go Down. This research applied descriptive qualitative method in revealing the data. The research based on the based on Barthes’ theory about semiotics. The findings revealed that there were some social criticisms toward Israel aggression in these songs, such as political, injustice, and religious issue.
Sikap Bahasa Masyarakat Gantarang Terhadap Bahasa Konjo: Studi Kasus di Desa Benteng Gantarang Indarwati Indarwati; Nurhayati Nurhayati; Lukman Lukman; Harlina Sahib
Jurnal Sinestesia Vol. 12 No. 1 (2022)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27219283.142

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan sikap bahasa masyarakat penutur bahasa Konjo di kecamatan Gantarang terhadap bahasa Konjo, khususnya yang ada di desa Benteng Gantarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode survei, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,3% responden Tidak Setuju (TS), 16,7 % memilih bersikap Netral (N), 10% responden Sangat Tidak Setuju (STS); jika bahasa Konjo harus diajarkan/diperoleh anak-anak di rumah; hanya 16,7% yang Setuju (S). Adapun pernyataan ke-2, yakni bahasa Konjo harus dijadikan bahasa utama dalam komuniasi sehari-hari di rumah ditanggapi tidak setuju sebanyak 56,7% responden, responden yang Setuju (S) sebesar 20% dan 13,3% memilih bersikap Netral (N). Pernyatan ke-3, yakni bahasa Konjo harus digunakan di sekolah dasar (khususnya kelas 1 sampai kelas 3), ditanggapi tidak setuju sebanyak 70% dan hanya 13,3% yang Setuju (S), dan sisanya Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian, pernyataan ke-4, yakni bahasa Konjo perlu diajarkan di sekolah, sebanyak 56,7% responden menyatakan Tidak Setuju (TS) dan 26,7% menyatakan Setuju (S), dan 10% responden memilih bersikap Netral (N). Pada pernyataan ke-5, yakni ketika bertemu dengan sesama orang Konjo harus menggunakan bahasa Konjo ditanggapi setuju sebanyak 66,7% responden menyatakan Setuju (S), 26,7% menyatakan Sangat Setuju (SS), dan sisanya menyatakan sikap Netral (N) dan Tidak Setuju (TS). Pada pernyataan ke-6, yakni Anak-anak perlu dibimbing menggunakan bahasa Konjo yang sopan/santun ditanggapi 46,7% responden menyatakan Setuju (S), 33,3% menyatakan Sangat Setuju (SS), dan 13,3% memilih bersikap Netral (N). Pernyataan ke-7, Sebanyak 53,3% responden menyatakan Setuju (S) dan 36,7% menyatakan Sangat Setuju (SS), dan sisanya Tidak Setuju (TS) dan Netral (N) dengan pernyataan “Bahasa Konjo melestarikan budaya daerah”. Adapun pernyataan ke-8, yakni Bahasa Konjo adalah kebanggaan orang Konjo ditanggapi setuju sebanyak sebanyak 56,7% responden menyatakan Setuju (S), 23,3% Sangat Setuju (SS), dan 13,3% responden memilih bersikap Netral (N), serta sisanya Tidak Setuju (TS). Sebanyak 53,35% responden memilih sangat setuju dan 40% setuju, dan sisanya menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa bahasa Konjo melestarikan budaya daerah.
Pelatihan Seni Musik dan Tari Tradisional Sulawesi Selatan pada Masyarakat Desa Bila Kecamatan Amila Kabupaten Bone Harlinah Sahib; Maulana Dalyan Tahir
Khazanah Pengabdian Vol. 2 No. 2 (2020): KHAZANAH PENGABDIAN
Publisher : Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK     Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini yaitu untuk melakukan kegiatan pelatihan seni musik dan tari tradisional Sulawesi Selatan yang dapat dimanfaatkan untuk menarik minat warga masyarakat terutama generasi muda untuk melestarikan budaya tradisional khususnya pada seni musik dan tari. Metode pelaksanaan kegiatan yang digunakan yaitu dengan metode ceramah dan pelatihan. Pertama yaitu melakukan sosialisasi atau pengenalan tentang  jenis-jenis tari dan musik tradisional yang terdapat di Sulawesi Selatan. Kedua, melakukan pengenalan alat-alat musik tradisional Sulawesi Selatan. Ketiga, menjelaskan dan memperkenalkan jenis-jenis tarian Sulawesi Selatan. Keempat, melatih masyarakat Desa Bila Kecamatan Amali Kabupaten Bone.       Kegiatan pelatihan tari dan musik pada masyarakat Desa Bila Kecamatan Amali Kabupaten Bone pada umumnya berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti. Hal ini dapat pula dilihat dari antusias dan peran serta masyarakat Desa Bila Kecamatan Amali Kabupaten Bone yang ingin mengikuti pelatihan seni musik dan tari Tradisional Sulawesi Selatan. Selain itu mitra berperan serta, aktif dalam membantu   pengawasan pelatihan tari dan musik, menyediakan ruangan atau tempat pelatihan, memobilitasi kelompok-kelompok masyarakat, dengan aktif terlibat dalam pelatihan musik dan tari. Mitra mempersiapkan beberapa kelompok yang tergabung dalam kelompok yang akan dilatih dalam pelatihan seni musik dan tari tradisional Sulawesi Selatan. Pihak Pemerintah Desa Bila Kecamatan Amali kabupaten Bone mengharapkan agar kegiatan pelatihan tari dan musik tradisional ini akan tetap berkesinambungan, mengingat kegiatan ini sangat penting dalam pembinaan etos budaya generasi muda khususnya pelestarian budaya lokal terutama seni musik dan Tari Taradisional masyarakat Sulawesi Selatan.
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Fitriani Basri; Harlina Sahib; Kaharuddin Kaharuddin
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 2 No. 8: Januari 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara pada siswa menurun, oleh karena itu peran guru sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan tersebut. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek penelitian tertuju pada informan (guru) untuk memberikan informasi mengai peran guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Data dalam penelitian ini berupa data lisan dan data tulisan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara melauli pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 8 peran guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V dalam pembelajarn Bahasa Indonesia di SDN 51 Kendari yakni: (1) peran guru sebagai pendidik, (2) peran guru sebagai motivator, (3) peran guru sebagai demonstrator, (4) peran guru sebagai emansipator, (5) peran guru sebagai mediator, (6) peran guru sebagai fasilitator, (7) peran guru sebagai pembimbing, dan (8) peran guru sebagai evaluator.
Love Language Expressions among Newlyweds and Long-Married Couples: Interpersonal Communication’s Perspective Hikmanisa Bahtiar; Hamzah A. Machmoed; Harlinah Sahib
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 9 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v9i2.3183

Abstract

The purpose of this research was to explore the dynamics of love language and the nature of interpersonal communication in encouraging healthy communication in marriage. The research employed a mixed-methods approach to investigate the love languages of newlywed and long-married couples. The sample used is nonprobability sampling, where the population consists of married individuals. Thus, a purposive sampling strategy was employed. For this reason, 64 married individuals from the Bone area were included in the research, divided into 32 newlyweds and 32 long-married couples, each in the Tanete Riattang Barat sub-district, where three of each marital length willingly participated in an in-depth interview. Descriptive and thematic analysis were the types of analysis employed. The findings revealed several key points. Firstly, there is a wide spectrum of love language expressions. Second, "physical touch" was found to be the primary love language among newlyweds. In contrast, long-married couples expressed love primarily through "acts of service. Third, the research further revealed a significant correlation between the duration of marriage (whether newlyweds or long-married couples) and their primary love language, revealing that the duration of marriage may change the way couples express their feelings. Finally, it is worth noting that the findings were limited by a lack of awareness of the sociolinguistic nature of the research population.