Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANI MELALUI PENERAPAN TEKNIK PASCAPANEN DENGAN TEKNIK PELILINAN PADA BUAH TOMAT DI NAGARI TANJUNG BONAI KEC LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR Ifmalinda Ifmalinda; Omil Charmyn Chatib
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 1 No 2 (2017)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.364 KB) | DOI: 10.25077/logista.1.2.9-14.2017

Abstract

ABSTRAK Nagari Tanjung Bonai khususnya Jorong Tanjung Modang merupakan daerah sentra pengembangan tanaman hortikultura. Hasil produksi tanaman hortikultura selain di pasarkan dalam nagari Lintau Buo Utara sendiri juga dipasarkan ke Propinsi Riau yaitu kota Pekanbaru. Permintaan masyarakat terhadap produk ini selalu meningkat dari waktu ke waktu terutama untuk daerah Pekanbaru. Permasalahan yang dialami mayarakat tani adalah komoditi hortikultura yang dijual dibeli dengan harga murah dan tidak mampu bersaing di pasaran. Produk luar negeri yang berada di pasaran mempunyai nilai mutu yang sesuai standar mutu, penampilan dan masa simpan yang lebih baik dari produk yang mereka jual. Selama ini masyarakat tani dalam memasarkan komoditi hortikultura langsung dibawa kepasaran tanpa ada perlakuan pascapanen. Petani tidak punya pengetahuan dalam hal penerapan teknik pascapanen, sementara komoditi hortikultura ini adalah komoditi yang cepat rusak sehingga akan mempengaruhi terhadap mutu dan umur simpan. Penanganan pascapanen dengan pelapisan lilin pada buah tomat dapat mencegah kerusakan dan memperpanjang umur simpan dan menjaga kesegaran serta harga jual masyarakat di pasaran bisa dipertahankan. Hasil yang telah dicapai pada kegiatan ini yaitu masyarakat telah mempunyai pengetahuan dan bisa menggunakan lilin lebah sebagai salah satu teknik penanganan pascapanen. Kelompok tani dapat melihat secara nyata dengan pelapisan lilin dapat memperpanjang umur simpan buah, mempertahankan kesegaran buah dan mempertahan warna kulit buah. Buah tomat tanpa pelilinan akan mengalami kerusakan lebih cepat dan umur simpan lebih pendek. Kata kunci : Pelilinan , Pascapanen, Tanjung Bonai AGRICULTURE COMMUNITYEMPOWERMENT THROUGH THE APPLICATION OF POST HARVEST ENGINEERING WITH WAXING TECHNIQUES ON TOMATO IN NAGARI TANJUNG BONAI KEC LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR Dr. Ifmalinda, S.TP, MP1) and Omil Charmyn Chatib, S.TP, M.Si2) Department of Agricultural Engineering Faculty of Agriculture Technology University of Andalas, Padang Email: Ifmalinda_1273@yahoo.com ABSTRACT Nagari Tanjung Bonai in particular Jorong Tanjung Modang is the center of horticultural crop development. The production of horticultural crops in addition to being marketed in Lintau Buo Utara itself is also on the market to Riau Province, Pekanbaru city. Public demand for this product always increases from time to time especially for Pekanbaru area. The problems experienced by farmers are horticultural commodities that are sold are bought cheaply and can not compete in the market. Overseas products on the market have a quality value that conforms to the quality standard, appearance and better shelf life of the products they sell. So far, farmers in marketing horticultural commodities directly brought to the market without any postharvest treatment. Farmers have no knowledge in the application of post-harvest techniques, while horticultural commodities are rapidly damaged commodities that will affect quality and shelf life. Postharvest handling with wax coating on tomatoes can prevent damage and extend shelf life and maintain freshness and the selling price of the community on the market can be maintained. The result that has been achieved in this activity is that the community already has knowledge and can use beeswax as one of postharvest handling technique. Farmer groups can see significantly with wax coatings to extend fruit shelf life, maintain fruit freshness and maintain fruit skin color. Unleaded tomato fruit will be damaged faster and shorter shelf life. Keyword: Waxing, Post Harvest, Tanjung Bonai
PENGEMBANGAN KLASTER TANAMAN CABAI DI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Eri Gas Ekaputra; Feri Arlius; Omil Charmyn Chatib; Fadli Irsyad
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 1 No 3.b (2018)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.391 KB)

Abstract

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang paling diminati di masyarakat seperti halnya bawang merah, dan bawang putih. Hal ini dikarenakan komoditas tersebut dibutuhkan disetiap lapisan masyarakat, terutama di Provinsi Sumatera Barat. Permintaan terhadap cabai biasanya akan semakin tinggi menjelang hari istimewa seperti lebaran, tahun baru, dan hari besar nasional. Tingginya permintaan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga cabai di pasaran, diperparah dengan musim hujan dan cuaca ekstrim, hal ini akan menyebabkan produksi cabai menjadi terhambat hingga gagal panen pastinya akan terjadi kenaikan harga yang cukup signifikan. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan klaster nasional cabai tersebut adalah perlu adanya dukungan teknologi pertanian serta upaya penumbuhan kelembagaan sehingga diperlukan pendampingan yang intensif. Kepentingan masing-masing petani yang beragam dapat menjadi tantangan sekaligus peluang dalam penyadaran petani untuk berkelompok. Sehingga perlakuan dominasi pengumpul cabe dengan melakukan kegiatan spekulatif menjual cabai di suatu wilayah dengan harga yang tinggi mengakibatkan adanya supply shock yang pada akhirnya dapat memicu inflasi pada wilayah sentra cabai. Perubahan iklim wilayah yang terjadi pada tingkat probabilitas yang bervariasi berkisar antara 58 % - 100 %. Parameter iklim yang mengalami tren signifikan yaitu; kecepatan angin kumulatif dan maksimum dengan tren negatif pada probabilitas 100%, kelembaban relatif rata-rata dan minimum dengan tren positif pada probabilitas sebesar 100 %, dan Evaporasi dengan tren positif pada probabilitas rata-rata 95 %. Berdasarkan perhitungan neraca air pada Stasiun Candung didapatkan jadwal tanam cabai yang tepat berada pada Bulan Februari. Sedangkan pada Stasiun Matur, jadwal yang tanam cabai dapat dilakukan pada Bulan Mei, dan Stasiun Gobah pada Bulan Januari. Diharapkan kepada petani cabai untuk menyesuaikan jadwal tanam cabai pada bulan tersebut agar mendapatkan kuantitas dan kualitas cabai yang diharapkan.
PEMANFAATAN SLUDGE HASIL IKUTAN BIOGASDARI KOTORAN SAPI UNTUK PEMBUATAN KOMPOS Delvi Yanti; Santosa Santosa; Eri Gas Ekaputra; Mislaini Mislaini; Omil Charmyn Chatib; Fadli Irsyad
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.924 KB) | DOI: 10.25077/jhi.v2i2.338

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos, sehingga petani dapat menyediakan pupuk secara mandiri. Metode yang digunakan dalam mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos adalah penyuluhan dan percontohan atau demonstrasi. Penyuluhan disampaikan menggunakan metode atau sistem Focus Group Discussion (FGD). Percontohan atau demostrasi dilakukan di lokasi kegiatan yang meliputi bagaimana cara atau proses pembuatan kompos (perbandingan banyaknya sludge dengan bahan kompos lain). Hasil kegiatan adalah kelompok tani Indah Sakato telah memahami cara pembutan kompos dengan memanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi. Dari hasil percontohan bahan campuran yang terbaik dalam pembuatan kompos untuk sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi adalah eceng gondok, karena kandungan unsur N, P, dan K yang paling besar dibandingkan dengan bahan yang lain dan juga memenuhi standar kualitas kompos berdasarkan (SNI 19-7030-2004).
Pemanfaatan Sludge Hasil Ikutan Biogas Dari Kotoran Sapi Untuk Pembuatan Kompos Pada Kelompak Tani Indah Sakato Kenagarian Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Delvi Yanti; Santosa Santosa; Eri Gas Ekaputra; Mislaini Mislaini; Omil Charmyn Chatib; Fadli Irsyad
Warta Pengabdian Andalas Vol 23 No 1 (2016): Warta Pengabdian Andalas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos, sehingga petani dapat menyediakan pupuk secara mandiri.Metode yang digunakan dalam mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos adalah penyuluhan dan percontohan atau demonstrasi.Penyuluhan disampaikan menggunakan metode atau sistem Focus Group Discussion (FGD). Percontohan atau demostrasi dilakukan di lokasi pengabdian yang meliputi bagaimana cara atau proses pembuatan kompos (perbandingan banyaknya sludge dengan bahan kompos lain).Hasil kegiatan adalah kelompok tani Indah Sakato telah memahami carapembutan kompos dengan memanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi. Dari hasil percontohan bahan campuran yang terbaik dalam pembuatan kompos untuk sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi adalah eceng gondok, karena kandungan unsur N, P, dan K yang paling besar dibandingkan dengan bahan yang lain dan juga memenuhi standar kualitas kompos berdasarkan (SNI 19-7030-2004).
APLIKASI EDIBLE COATING PATI SINGKONG PADA BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TEROLAH MINIMAL SELAMA PENYIMPANAN Ifmalinda Ifmalinda; Omil Charmyn Chatib; Dini Megatama Soparani
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 23, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.415 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.23.1.19-29.2019

Abstract

Buah pepaya sebelum dikonsumsi harus dikupas kulitnya dan bijinya dibuang. Pepaya yang sudah dikupas dan dipotong akan mudah mengalami kerusakan. Buah akan menjadi lunak dan lembek yang akan menyebabkan umur simpan akan menjadi lebih pendek serta akan mempengaruhi mutu dari buah pepaya. Upaya untuk mempertahankan mutu dan umur simpan buah papaya yang terolah minimal adalah mengendalikan proses fisiologis dan aktivitas mikroorganisme. Salah satu metode yang dilakukan untuk menghambat proses tersebut adalah dengan pelapisan edible coating. Tujuan penelitian adalah untuk menetukan konsentrasi edible coating pati singkong yang terbaik untuk mempertahankan mutu dan umur simpan pada buah pepaya terolah minimal. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak lengkap Faktorial yang terdiri dari perlakuan konsentrasi edible coating dan suhu penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi edible coating 2% pada penyimpanan suhu dingin merupakan konsentrasi terbaik untuk mempertahankan mutu buah pepaya terolah minimal selama penyimpanan.
IDENTIFIKASI CHILLING INJURY PADA CABAI (Capsicum annum L) BERDASARKAN SIFAT FISIK DAN ION LEAKAGE Ashadi Hasan; Omil Charmyn Chatib; Khandra Fahmy; Aulia Rahman Zulmi
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 23, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jtpa.23.1.1-9.2019

Abstract

Cabai termasuk pada produk hortikultura yang mudah rusak (perishable) dan busuk. Suhu yang rendah dapat mempertahankan kesegaran, tapi suhu rendah juga menyebabkan chilling injury. Chilling injury terjadi ditandai dengan terjadinya kebocoran pada ion buah (electrolyte leakage) dan terjadi perubahan fisik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi perubahan sifat fisik dan ion leakage dari cabai akibat chilling injury. Pengidentifikasian dilakukan dengan mengamati perubahan warna, susut bobot, dan nilai ion leakage yang terjadi selama 30 hari pada penyimpanan suhu 10oC. Pengidentifikasian dilakukan setiap 4 hari selama 16 hari dan setiap 2 hari hingga hari ke 30. Chilling injury mulai terjadi pada penyimpanan hari ke 18, dengan nilai slope dari ion leakagenya sebesar 0,1153. Nilai slope tertinggi menandakan bahwa cabai pada hari itu mulai mengalami chilling injury. Pada hari ke 18, nilai susut bobot mulai memingkat dan perubahan warna terutama pada nilai chroma dan hue mengalami perubahan daripada sebelum penyimpanan.
POTENSI PENINGKATAN EFISIENSI EKSEGI PADA MESIN KOMPRESI UAP UNTUK REFRIGERAN HALOKARBON DAN HIDROKARBON Omil Charmyn Chatib
Journal of Agricultural and Biosystem Engineering Research Vol 3 No 2 (2022): Journal of Agricultural and Biosystem Engineering Research: Regular Issue
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jaber.2022.3.2.7179

Abstract

Proses penggunaan energi pada dasarnya mengacu kepada hukum termodinamika pertama, tetapi hukum tersebut dianggap kurang mempertimbangkan beberapa aspek-aspek penting dari penggunaan energi. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan eksergi untuk melihat seberapa efisien suatu alat dapat bekerja. Potensi untuk meningkatkan efisiensi eksergi dapat mengacu pada hukum termodinamika kedua yang menitikberatkan kepada available energy. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa dengan mengisolasi setiap komponen pada mesin kompresi uap terhadap lingkungan sekitar dapat meningkatkan efisiensi eksergi. Sedangkan jika dilihat dari besarnya peluang untuk meningkatkan efisiensi tersebut, refrigeran MC-22 menjadi fluida yang paling besar peluangnya dibandingkan dengan refrigran yang lain.
Exergoeconomic Analysis of Integrated Rice Mill Systems with Gasifiers Omil Charmyn Chatib; I Wayan Budiastra; Mohamad Solahudin; Y. Aris Purwanto; Leopold Oscar Nelwan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.011.2.128-137

Abstract

Applying the concept of utilizing rice mill waste as an energy source can support the increase in the productivity of renewable energy. The exergonomic concept can be used as one of the steps to see opportunities for husks to be used as an energy booster in a rice mill system that has been integrated with a gasifier. Specific Exergy Cost (SPECO) is used as the method, that combines exergy and economic analysis by applying the cost concept to the thermal system. Based on the analysis results, gas producers can replace diesel fuel in small-sized rice mill systems. Compared with these inputs, husks and energy products from the gasifier can produce nearly 6 and 4 times the exergy, respectively. In addition, gas utilization producers can also reduce fuel expenditure costs by up to 84.67%.