Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANI MELALUI USAHA MANDIRI TEPUNG BERAS DI NAGARI BUKIT TANDANG KEC. BUKIT SUNDI KAB. SOLOK Ifmalinda, Ifmalinda; Asmuti, Ayendra; Tjandra, Moh. Agita; Azrifirwan, Azrifirwan; Putri, Iriwad
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2 No 2(Jul-Des) (2018)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang 25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nagari Bukit Tandang khususnya Jorong Parit merupakan daerah sentra pengembangan tanaman pangan khususnya tanaman padi di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok juga merupakan sentra produksi padi dan beras di Propisinsi Sumatera Barat yang terkenal dengan beras Soloknya. Kondisi dengan penen padi dan produksi beras yang melimpah ini menggambarkan bahwa daerah Nagari Bukit Tandang  relatif potensial untuk dikembangkan sebagai distributor dan usaha mandiri  tepung beras di Kecamatan Bukit Sundi dan Kabupaten Solok. Progam pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan metode andragogi. Metode ini dilakukan dengan cara pemberian materi dengan penyuluhan dan melakukan praktek secara bersama-sama.Kegiatan yang dilakukan adalah 1) penyuluhan dan praktek penggunaan alat penepungan, 2) penyuluhan dan praktek penggunaan alat pengering semi mekanis menggunakan energi tenaga surya, 3) penyuluhan dan praktek penggunaan plastik kemasan dan alat sealer. Kegitan ini dilakukan pada kelompok tani Harapan Jaya. Data diperoleh  dari hasil penepungan,  pengeringan secara manual dan menggunakan alat. Proses penepungan dengan disk mill mampu memproduksi tepung sehari 20-30 kg/hari (delapan jam kerja/hari) berat basah tepung beras. Sedangkan menggunakan lesung dapat memproduksi tepung beras 5-6 kg/hari (delapan jam kerja/hari). Hasil pengeringan  tepung dengan rumah pengering dapat meningkatkat kualitas tepung lebih bersih dengan kuantitas tepung yang tetap, apabila dibandingkan dengan pengeringan yang dilakukan di para-para menggunakan talam. Satu hari rumah pengering dapat mengeringkan tepung 2- 3 kali. Jika cuaca cerah rumah pengering dapat mengeringkan tepung 4 kali, sedangkan kondisi cuaca tidak cerah, hanya mampu mengeringkan tepung 2 kali penepungan. Rata-rata rumah pengering mampu mengeringkan tepung dalam sehari 10kg/hari. Sedangkan menggunakan para-para dan talam hanya mampu memproduksi 4 kg/hari. Kata kunci: Teknologi Pertanian, Tepung Beras, Pengemasan, Bukit Sundi   ABSTRACT   Nagari Bukit Tandang specifically Jorong Parit is a center of food crop development especially rice plants in Kabupaten Solok, also the center of rice and rice production in West Sumatra Province which is famous for its Solok rice. This condition with abundant penen rice and rice production illustrates that the Nagari Bukit Tandang area is relatively potential to be developed as a distributor and independent business of rice flour in  Kecamatan Bukit Sundi and Kabupaten Solok. This community service program is carried out using the andragogy method. This method is carried out by giving material with counseling and practicing together. The activities carried out were 1) counseling and practice of using shading tools, 2) counseling and practice of using semi-mechanical dryers using solar energy, 3) counseling and practice of using plastic packaging and sealer tools. This activity was carried out on the Harapan Jaya farmer group. Data is obtained from the results of shading, drying manually and using tools. The process of holding with a disk mill is able to produce 20-30 kg / day (eight hours of work / day) flour starch wet weight of rice flour. While using mortar can produce rice flour 5-6 kg / day (eight working hours / day). The results of drying the flour with the dryer house can increase the quality of the flour cleaner with a fixed quantity of flour, when compared with the drying carried out whith use tray. One day drying house can dry flour 2-3 times. If the weather is sunny, the drying house can dry the flour 4 times, while the weather conditions are not bright, it is only able to dry the flour 2 times the sinking. The average drying house is able to dry flour in a day of 10kg / day. While using tray can only produce 4 kg/day. Keywords: Agricultural Technology, Rice Flour, Packaging, Bukit Sundi
Prediksi Tingkat Kematangan Buah Jeruk Siam Gunung Omeh (Citrus Nobilis Var. Microcarpa) dengan Pengolahan Citra Ifmalinda Ifmalinda; Khandra Fahmy; Elsa Fitria
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 3 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1285.671 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.3.335-342

Abstract

AbstractEvaluation of the quality of Gunung Omeh Citrus fruit based on the level of maturity or skin color of fruit and other physical properties are still done conventionally. Human assessment of maturity level is subjective and has different perceptions. Humans also have limitation in terms of labor and time. An alternative to increasework productivity on citrus fruit quality evaluation required a system that can help human to work automatically, quickly and objectively and consistently. Digital image is a technique that can process visual perception, in this case is color of the fruit skin surface or object, without direct contact to the object. This study aims to analyze the quality of parameters based on the level of maturity or color, and physical properties of Siam Omeh Citrus. Levels of maturity of citrus fruit used are at the age of picking 150 days before flower blossom, 180 days before flower blossom, 210 days before flower blossom and 240 days before flower blossom. By conventional method, the maturity can be indicated through measurement of diameter, hardness of fruit flesh and total dissolved solid, meanwhile by image processing method, it can be obtained through area parameter and color index (red, greenand blue). The area parameters of image processing do not show differences on various levels of maturity. Color index (red, green and blue) from image processing can be used as reference to identify the level of maturity.There is correlation on color index (red, green and blue) and total dissolved solid, fruit hardness of Gunug Omeh citrus. There is a correlation between the area of image processing and the weight of citrus.AbstrakEvaluasi mutu buah jeruk siam Gunung Omeh berdasarkan tingkat kematangan atau warna kulit buahdan sifat fisik lainnya masih dilakukan secara konvensional. Penilaian manusia terhadap tingkat kematangan bersifat subjektif dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Manusia juga mempunyai keterbatasan dalam hal tenaga kerja dan waktu. Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktifitas kerja seperti dalam evaluasi mutu buah jeruk diperlukan suatu sistem yang dapat membantu pekerjaan manusia secara otomatis, kerjanya relatif cepat dan hasilnya objeksif serta konsisten. Citra digital merupakan suatu teknik yang dapat mengolah persepsi visual dalam hal ini adalah warna dari permukaan kulit buah atau objek tanpa berhubungan langsung dengan objek tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis parameter mutu berdasarkan tingkat kematangan atau warna, dan sifat fisik buah jeruk siam Gunung Omeh. Tingkat kematangan buah jeruk yang digunakan, yaitu pada umur petik 150 sbm, 180 sbm, 210 sbm dan 240 sbm. Metode konvensional didapatkan melalui pengukuran diameter, kekerasan daging buah dan total padatan terlarut sedangkan dengan metode pengolahan citra didapatkan parameter area dan indeks warna (red, green dan blue). Parameter area dari pengolahan citra tidak menunjukan perbedaan pada berbagai tingkat kematangan. Indeks warna (red, green dan blue) dari pengolahan citra menunjukan perbedaan pada berbagai tingkat kematangan sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi tingkat kematangan. Terdapat korelasi indeks warna (red, green dan blue) dengan total padatan terlarut dan kekerasan buah jeruk siam Gunung Omeh. Terdapat korelasi antara area dari pengolahan citra dengan berat buah jeruk.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANI MELALUI PENERAPAN TEKNIK PASCAPANEN DENGAN TEKNIK PELILINAN PADA BUAH TOMAT DI NAGARI TANJUNG BONAI KEC LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR Ifmalinda Ifmalinda; Omil Charmyn Chatib
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 1 No 2 (2017)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.364 KB) | DOI: 10.25077/logista.1.2.9-14.2017

Abstract

ABSTRAK Nagari Tanjung Bonai khususnya Jorong Tanjung Modang merupakan daerah sentra pengembangan tanaman hortikultura. Hasil produksi tanaman hortikultura selain di pasarkan dalam nagari Lintau Buo Utara sendiri juga dipasarkan ke Propinsi Riau yaitu kota Pekanbaru. Permintaan masyarakat terhadap produk ini selalu meningkat dari waktu ke waktu terutama untuk daerah Pekanbaru. Permasalahan yang dialami mayarakat tani adalah komoditi hortikultura yang dijual dibeli dengan harga murah dan tidak mampu bersaing di pasaran. Produk luar negeri yang berada di pasaran mempunyai nilai mutu yang sesuai standar mutu, penampilan dan masa simpan yang lebih baik dari produk yang mereka jual. Selama ini masyarakat tani dalam memasarkan komoditi hortikultura langsung dibawa kepasaran tanpa ada perlakuan pascapanen. Petani tidak punya pengetahuan dalam hal penerapan teknik pascapanen, sementara komoditi hortikultura ini adalah komoditi yang cepat rusak sehingga akan mempengaruhi terhadap mutu dan umur simpan. Penanganan pascapanen dengan pelapisan lilin pada buah tomat dapat mencegah kerusakan dan memperpanjang umur simpan dan menjaga kesegaran serta harga jual masyarakat di pasaran bisa dipertahankan. Hasil yang telah dicapai pada kegiatan ini yaitu masyarakat telah mempunyai pengetahuan dan bisa menggunakan lilin lebah sebagai salah satu teknik penanganan pascapanen. Kelompok tani dapat melihat secara nyata dengan pelapisan lilin dapat memperpanjang umur simpan buah, mempertahankan kesegaran buah dan mempertahan warna kulit buah. Buah tomat tanpa pelilinan akan mengalami kerusakan lebih cepat dan umur simpan lebih pendek. Kata kunci : Pelilinan , Pascapanen, Tanjung Bonai AGRICULTURE COMMUNITYEMPOWERMENT THROUGH THE APPLICATION OF POST HARVEST ENGINEERING WITH WAXING TECHNIQUES ON TOMATO IN NAGARI TANJUNG BONAI KEC LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR Dr. Ifmalinda, S.TP, MP1) and Omil Charmyn Chatib, S.TP, M.Si2) Department of Agricultural Engineering Faculty of Agriculture Technology University of Andalas, Padang Email: Ifmalinda_1273@yahoo.com ABSTRACT Nagari Tanjung Bonai in particular Jorong Tanjung Modang is the center of horticultural crop development. The production of horticultural crops in addition to being marketed in Lintau Buo Utara itself is also on the market to Riau Province, Pekanbaru city. Public demand for this product always increases from time to time especially for Pekanbaru area. The problems experienced by farmers are horticultural commodities that are sold are bought cheaply and can not compete in the market. Overseas products on the market have a quality value that conforms to the quality standard, appearance and better shelf life of the products they sell. So far, farmers in marketing horticultural commodities directly brought to the market without any postharvest treatment. Farmers have no knowledge in the application of post-harvest techniques, while horticultural commodities are rapidly damaged commodities that will affect quality and shelf life. Postharvest handling with wax coating on tomatoes can prevent damage and extend shelf life and maintain freshness and the selling price of the community on the market can be maintained. The result that has been achieved in this activity is that the community already has knowledge and can use beeswax as one of postharvest handling technique. Farmer groups can see significantly with wax coatings to extend fruit shelf life, maintain fruit freshness and maintain fruit skin color. Unleaded tomato fruit will be damaged faster and shorter shelf life. Keyword: Waxing, Post Harvest, Tanjung Bonai
Pemberdayaan Masyarakat Tani Melalui Usaha Mandiri Tepung Beras di Nagari Bukit Tandang Kec. Bukit Sundi Kab. Solok Ifmalinda Ifmalinda; Ayendra Asmuti; Moh. Agita Tjandra; Azrifirwan Azrifirwan; Iriwad Putri
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2 No 2 (2018)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.68 KB) | DOI: 10.25077/logista.2.2.61-65.2018

Abstract

ABSTRAK: Nagari Bukit Tandang khususnya Jorong Parit merupakan daerah sentra pengembangan tanaman pangan khususnya tanaman padi di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok juga merupakan sentra produksi padi dan beras di Propisinsi Sumatera Barat yang terkenal dengan beras Soloknya. Kondisi dengan penen padi dan produksi beras yang melimpah ini menggambarkan bahwa daerah Nagari Bukit Tandang relatif potensial untuk dikembangkan sebagai distributor dan usaha mandiri tepung beras di Kecamatan Bukit Sundi dan Kabupaten Solok. Progam pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan metode andragogi. Metode ini dilakukan dengan cara pemberian materi dengan penyuluhan dan melakukan praktek secara bersama-sama.Kegiatan yang dilakukan adalah 1) penyuluhan dan praktek penggunaan alat penepungan, 2) penyuluhan dan praktek penggunaan alat pengering semi mekanis menggunakan energi tenaga surya, 3) penyuluhan dan praktek penggunaan plastik kemasan dan alat sealer. Kegitan ini dilakukan pada kelompok tani Harapan Jaya. Data diperoleh dari hasil penepungan, pengeringan secara manual dan menggunakan alat. Proses penepungan dengan disk mill mampu memproduksi tepung sehari 20-30 kg/hari (delapan jam kerja/hari) berat basah tepung beras. Sedangkan menggunakan lesung dapat memproduksi tepung beras 5-6 kg/hari (delapan jam kerja/hari). Hasil pengeringan tepung dengan rumah pengering dapat meningkatkat kualitas tepung lebih bersih dengan kuantitas tepung yang tetap, apabila dibandingkan dengan pengeringan yang dilakukan di para-para menggunakan talam. Satu hari rumah pengering dapat mengeringkan tepung 2- 3 kali. Jika cuaca cerah rumah pengering dapat mengeringkan tepung 4 kali, sedangkan kondisi cuaca tidak cerah, hanya mampu mengeringkan tepung 2 kali penepungan. Rata-rata rumah pengering mampu mengeringkan tepung dalam sehari 10kg/hari. Sedangkan menggunakan para-para dan talam hanya mampu memproduksi 4 kg/hari.Kata kunci: Teknologi Pertanian, Tepung Beras, Pengemasan, Bukit Sundi Empowering Farmers Through Business Independent Rice Flour in Nagari Bukit Tandang Kec. Bukit Sundi Kab. SolokABSTRACT: Nagari Bukit Tandang specifically Jorong Parit is a center of food crop development especially rice plants in Kabupaten Solok, also the center of rice and rice production in West Sumatra Province which is famous for its Solok rice. This condition with abundant penen rice and rice production illustrates that the Nagari Bukit Tandang area is relatively potential to be developed as a distributor and independent business of rice flour in Kecamatan Bukit Sundi and Kabupaten Solok. This community service program is carried out using the andragogy method. This method is carried out by giving material with counseling and practicing together. The activities carried out were 1) counseling and practice of using shading tools, 2) counseling and practice of using semi-mechanical dryers using solar energy, 3) counseling and practice of using plastic packaging and sealer tools. This activity was carried out on the Harapan Jaya farmer group. Data is obtained from the results of shading, drying manually and using tools. The process of holding with a disk mill is able to produce 20-30 kg / day (eight hours of work / day) flour starch wet weight of rice flour. While using mortar can produce rice flour 5-6 kg / day (eight working hours / day). The results of drying the flour with the dryer house can increase the quality of the flour cleaner with a fixed quantity of flour, when compared with the drying carried out whith use tray. One day drying house can dry flour 2-3 times. If the weather is sunny, the drying house can dry the flour 4 times, while the weather conditions are not bright, it is only able to dry the flour 2 times the sinking. The average drying house is able to dry flour in a day of 10kg / day. While using tray can only produce 4 kg/day.Keywords: Agricultural Technology, Rice Flour, Packaging, Bukit Sundi
Chemical Characteristics Comparison of Palm Civet Coffee (Kopi Luwak) and Arabica Coffee Beans Ifmalinda Ifmalinda; Imas Siti Setiasih; Mimin Muhaemin; Sarifah Nurjanah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Terapan Pertanian Vol 3 No 2 (2019): Journal of Applied Agricultural Science and Technology
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/jaast.v3i2.110

Abstract

Chemical characteristics of coffee are depended on types of coffee. Different types of coffee have the unique characteristic. Chemical components have significant effects on taste and aroma of brewing. Those characteristics are the result of volatile and nonvolatile components during roasting then affecting taste. Kopi Luwak has distinct chemical and taste from regular coffee. On previous research, Marcone (2004b) and Mahendratta et al. (2011) explained that quality improvement on Kopi Luwak is result of lower protein content and higher fat content compared to regular coffee. Lower protein content reduces bitter taste while higher fat content can increase body or feeling heavy. The aim of this research was to obtain information about chemical compound of Kopi Luwak and regular Arabica coffee. From this study, it can be analyzed that protein content of regular green coffee beans was 9.48%, and regular roasted bean was 11.3% while protein content of Kopi Luwak green bean was 8.8%, and its roasted bean was 10.12%. Further, caffeine content had been analyzed where regular coffee beans contained 0.70% and its roasted bean contained 0.61% while caffeine content of green bean from Kopi Luwak was 0.51%, and its roasted bean was 0.47%. pH valued was also observed where regular green bean was 6.7 and regular roasted bean was 6.9 while green bean of Kopi Luwak was 5.3 and its roasted bean 5.7. Moreover, sugar content of regular coffee beans was 1.9% and its roasted bean was 0.015% while sugar content of Kopi Luwak green bean was 1.6% while its roasted bean was 0.013%. Fat content of regular green coffee beans was 8.5% and its roasted bean was 11.7% while fat content of Kopi Luwak green bean was 9.3% and its roasted bean was 12.2%. Fatty acid content of regular coffee beans consisted of hexadecanoic acid with area 40.3%, Kopi Luwak bean was 44.3%, and octadecenoic content with area 2.46% while Kopi Luwak bean was 7.12%.
Kajian Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Tepung Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana) Ifmalinda Ifmalinda; Andasuryani Andasuryani; Husein Lubis
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 8, No 4 (2019): Desember
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1277.762 KB) | DOI: 10.23960/jtep-l.v8i4.256-264

Abstract

Zalacca Sidimpuan (Salacca sumatrana) is one of the salak fruit found in Indonesia. The characteristics of this type of zalacca have a distinctive shape, aroma and taste. During the harvest and overproduction, one of the efforts that can be done is to diversify food processing, namely retention. The handling in the process of shading will have an impact on the physicochemical properties of the resulting flour One of them is by giving immersion treatment and slice thickness variation. The purpose of this study was to examine the physicochemical characteristics of zalacca flour. The process of this research includes stripping the skin, separating fruit flesh with seeds, slicing with thickness (2 mm, 4 mm and 6 mm) and soaking with sodium metabisulfite concentration of 1.5 gr for 10 minutes, soaking with water and control (without soaking). The results showed that zalacca had a moisture content of 78%. Zalacca flour which has the highest water content of 11.945% in the control treatment (without immersion) 6 mm slice thickness. Salak flour which has the highest vitamin C level of 0.0585% in the control treatment (without soaking) the slice thickness is 2 mm. Zalacca flour has the highest percentage of fineness of flour 27,745% in the control treatment (without soaking) slice thickness of 2 mm. Zalacca flour which has the highest bulk density of 0.701 gr / ml on the soaking treatment of sodium metabisulfite slices thickness of 4 mm. Zalacca flour which has the highest hue of 57.9 ° on the treatment of soaking sodium metabisulfite slices thickness of 2 mm.
APLIKASI EDIBLE COATING PATI SINGKONG PADA BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TEROLAH MINIMAL SELAMA PENYIMPANAN Ifmalinda Ifmalinda; Omil Charmyn Chatib; Dini Megatama Soparani
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 23, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.415 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.23.1.19-29.2019

Abstract

Buah pepaya sebelum dikonsumsi harus dikupas kulitnya dan bijinya dibuang. Pepaya yang sudah dikupas dan dipotong akan mudah mengalami kerusakan. Buah akan menjadi lunak dan lembek yang akan menyebabkan umur simpan akan menjadi lebih pendek serta akan mempengaruhi mutu dari buah pepaya. Upaya untuk mempertahankan mutu dan umur simpan buah papaya yang terolah minimal adalah mengendalikan proses fisiologis dan aktivitas mikroorganisme. Salah satu metode yang dilakukan untuk menghambat proses tersebut adalah dengan pelapisan edible coating. Tujuan penelitian adalah untuk menetukan konsentrasi edible coating pati singkong yang terbaik untuk mempertahankan mutu dan umur simpan pada buah pepaya terolah minimal. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak lengkap Faktorial yang terdiri dari perlakuan konsentrasi edible coating dan suhu penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi edible coating 2% pada penyimpanan suhu dingin merupakan konsentrasi terbaik untuk mempertahankan mutu buah pepaya terolah minimal selama penyimpanan.
PENGARUH JENIS KEMASAN PADA PENYIMPANAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI BUAH TOMAT Ifmalinda Ifmalinda
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 21, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jtpa.21.1.1-7.2017

Abstract

Buah tomat memiliki kadar air tinggi yang menyebabkan buah tomat cepat mengalami kerusakan. Tomat setelah dipanen masih melakukan proses metabolisme menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam buah. Selain aktivitas metabolisme kerusakan dapat juga disebabkan kontaminasi mikroba, pengaruh suhu, udara dan kadar air (Santoso, 2006). Oleh karena itu perlu dijaga mutu dan kesegarannya agar tidak mudah rusak. Salah satu  cara untuk megatasi  kendala tersebut adalah dengan pengemasan dan  pengaturan atmosfir disekeliling produk. Cara paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk dan melakukan pengemasan dengan kemasan plastik (Rahmawati, 2010). Pemilihan jenis kemasan yang baik dan penyimpanan dalam udara yang terkendali dapat memperpanjang umur simpan produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi terhadap mutu buah tomat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekperimen. Penelitian menggunakan dua jenis kemasan plastik dan komposisi O2 = 3-6 % dan CO2 = 5-8% serta penyimpanan pada suhu ruang.  Penelitian  dilakukan di Laboratorium  Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Teknik  Pertanian, Fakultas Teknologi  Pertanian Universitas Andalas Padang. Hasil penelitian menunjukan bahwa  jenis kemasan  plastik Wrap dan plastik Polypropilen dalam penyimpanan atmosfir termodifikasi berpengaruh terhadap laju respirasi, total padatatan terlarut, susut bobot dan vitamin C  buah tomat sedangkan  terhadap nilai kekerasan dan umur simpan  tidak berpengaruh
EVALUASI MUTU FISIK DAN NILAI GIZI PARBOILING RICE VARIETAS CISOKAN SUMATERA BARAT Renny Eka Putri; Ifmalinda; Nindi Elisa
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN Vol. 10 No. 1 (2021)
Publisher : Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/jtp.v10i1.1501

Abstract

Parboiled rice atau yang dikenal dengan beras pratanak adalah pengolahan gabah yang bertujuan untuk menaikkan persentase rendemen giling dan menurunkan persentase kadar glukosa sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus dan obesitas. Parboiled rice ini untuk mendapatkannya harus melakukan proses perendaman dan pengukusan dari gabah kemudian dikeringkan dan digiling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mutu fisik dan mutu gizi gabah varietas cisokan secara pratanak. Mutu fisik yang dievaluasi meliputi ukuran, bentuk, bulk density, kadar air, dan rendemen, sedangkan nilai gizi meliputu kadar gulosa dan kandungan pati. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rendemen giling pada perlakuan setelah dikukus 30 menit yaitu 79,965% dibandingkan beras tanpa proses pratanak. Proses pratanak juga dapat menurunkan kadar glukosa pada beras 0,529% dan menaikkan kadar pati menjadi 78,614%.
Peningkatan Produktivitas Ikan Lele dengan Teknik Bioflok pada Pokdatan Tikalak Wangi Pasia Laweh Kec. Palupuh Kab. Agam Ifmalinda Ifmalinda; Silvia Rosa; Ashadi Hasan; Erigas Ekaputra
Warta Pengabdian Andalas Vol 29 No 3 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.29.3.142-147.2022

Abstract

A community of Tikalak Wangi is a form of farmer group business carried out by the Nagari Pasia Laweh in order to increase productivity in the fisheries sector. Fish farming is part of any sector that has the potential to support the needs of the local community. The main problems currently exist for partners are a lack of facilities for cultivation, such as the use of bamboo as support for tarpaulin ponds, low quality of tarpaulin types, unstructured pond water circulation, and water pumps that are not optimal in regulating water. Furthermore, the quality of fish feed alternatives is still not maximized, and the business profits are not optimal due to no post-harvest processing. It was not easy to get a return on investment. Therefore, there needs to be a transfer of technology using the biofloc system to catfish farmers. This activity aimed to develop an alternative fish farming technology and apply fisheries skills for the community. This program resulted in the socialization and construction of catfish ponds with biofloc technology at the Tikalak Wangi Nagari Pasia Laweh Community Center, Palupuh District, Agam Regency.