Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Evaluasi Implementasi Program Eliminasi Malaria Di Puskesmas Jejaring Fkik Universitas Lala Foresta Valentine Gunasari
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v4i1.20289

Abstract

Latar Belakang: Program eliminasi malaria sudah digulirkan sejak 2009 silam di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu daerah endemis malaria. Proses eliminasi malaria di setiap Provinsi dicapai secara bertahap, ditargetkan pada tahun 2030 Indonesia akan bebas malaria. Bengkulu ditargetkan akan mencapai tahap eliminasi pada tahun 2020 mendatang, namun hingga tahun 2015 angka API untuk malaria masih sebesar 1,03. Program eliminasi malaria yang pedomannya berdasar pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 diduga belum terlaksana dengan optimal, sehingga Bengkulu belum mampu mengeliminasi malaria secara total. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan program eliminasi malaria di Kota Bengkulu melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas yang tentunya sangat berpengaruh pada kualitas kesehatan masyarakat di sekitar wilayah kerjanya. Metode: Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cohort retrospective. Penelitian dilakukan di sembilan Puskesmas jejaring FKIK Universitas Bengkulu yang tersebar di 9 kecamatan di kota Bengkulu, yaitu Puskesmas Lingkar Timur, Jalan Gedang, Kuala Lempuing, Anggut Atas, Kampung Bali, Sukamerindu, Padang Serai, Beringin Raya, dan Basuki Rahmad. Pemilihan populasi dan sampel penelitian ini adalah dengan prinsip kesesuaian, yaitu yang dipilih berdasarkan pengetahuan terkait topik penelitian. Dalam penelitian ini, yang dipilih sebagai responden adalah tenaga penanggung jawab program eliminasi malaria, laboran, dan Dokter Umum di Puskesmas. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan panduan kuesioner pada responden untuk mendapatkan informasi terkait dengan pekerjaan atau aktivitas mereka sehari-hari di Puskesmas yang berhubungan dengan program eliminasi malaria. Data sekunder didapatkan dari dokumen Puskesmas tahun 2014, 2015, 2016 berupa informasi yang menjelaskan setiap indikator pelaksanaan program, tujuannya untuk mengonfirmasi hasil wawancara dengan data yang terekam di dalam dokumen Puskesmas. Data-data tersebut selanjutnya akan dijelaskan secara deskriptif, kemudian dianalisis menggunakan metode content analysis. Hasil: Upaya untuk mencegah, menghindari penularan, dan penanggulangan faktor risiko malaria terlaksana dengan baik di 2 Puskesmas. Upaya dalam program surveilans epidemiologi dan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa malaria terlaksana dengan baik di 2 Puskesmas. Upaya menemukan penderita dan memfasilitasi penegakan diagnosis malaria terlaksana dengan baik di 4 Puskesmas. Upaya untuk memfasilitasi pemberian terapi antimalaria yang tepat dan rasional terlaksana dengan baik di 7 Puskesmas. Upaya meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi termasuk kerja sama lintas sektor dengan instansi lain hanya terlaksana dengan baik di 1 Puskesmas. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hubungannya dengan eliminasi malaria terlaksana dengan baik di 1 Puskesmas. Terdapat 2 Puskesmas yang mengeluhkan kendala dalam menyukseskan program eliminasi malaria. Belum ada Puskesmas yang memilki inovasi program untuk mendukung program eliminasi malaria. Kesimpulan: Implementasi program eliminasi malaria di beberapa Puskesmas Jejaring FKIK Universitas Bengkulu belum berjalan baik. 
Evaluasi Implementasi Program Eliminasi Malaria Di Puskesmas Jejaring Fkik Universitas Lala Foresta Valentine Gunasari
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v4i1.20291

Abstract

Latar Belakang: Program eliminasi malaria sudah digulirkan sejak 2009 silam di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu daerah endemis malaria. Proses eliminasi malaria di setiap Provinsi dicapai secara bertahap, ditargetkan pada tahun 2030 Indonesia akan bebas malaria. Bengkulu ditargetkan akan mencapai tahap eliminasi pada tahun 2020 mendatang, namun hingga tahun 2015 angka API untuk malaria masih sebesar 1,03. Program eliminasi malaria yang pedomannya berdasar pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 diduga belum terlaksana dengan optimal, sehingga Bengkulu belum mampu mengeliminasi malaria secara total. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan program eliminasi malaria di Kota Bengkulu melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas yang tentunya sangat berpengaruh pada kualitas kesehatan masyarakat di sekitar wilayah kerjanya. Metode: Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cohort retrospective. Penelitian dilakukan di sembilan Puskesmas jejaring FKIK Universitas Bengkulu yang tersebar di 9 kecamatan di kota Bengkulu, yaitu Puskesmas Lingkar Timur, Jalan Gedang, Kuala Lempuing, Anggut Atas, Kampung Bali, Sukamerindu, Padang Serai, Beringin Raya, dan Basuki Rahmad. Pemilihan populasi dan sampel penelitian ini adalah dengan prinsip kesesuaian, yaitu yang dipilih berdasarkan pengetahuan terkait topik penelitian. Dalam penelitian ini, yang dipilih sebagai responden adalah tenaga penanggung jawab program eliminasi malaria, laboran, dan Dokter Umum di Puskesmas. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan panduan kuesioner pada responden untuk mendapatkan informasi terkait dengan pekerjaan atau aktivitas mereka sehari-hari di Puskesmas yang berhubungan dengan program eliminasi malaria. Data sekunder didapatkan dari dokumen Puskesmas tahun 2014, 2015, 2016 berupa informasi yang menjelaskan setiap indikator pelaksanaan program, tujuannya untuk mengonfirmasi hasil wawancara dengan data yang terekam di dalam dokumen Puskesmas. Data-data tersebut selanjutnya akan dijelaskan secara deskriptif, kemudian dianalisis menggunakan metode content analysis. Hasil: Upaya untuk mencegah, menghindari penularan, dan penanggulangan faktor risiko malaria terlaksana dengan baik di 2 Puskesmas. Upaya dalam program surveilans epidemiologi dan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa malaria terlaksana dengan baik di 2 Puskesmas. Upaya menemukan penderita dan memfasilitasi penegakan diagnosis malaria terlaksana dengan baik di 4 Puskesmas. Upaya untuk memfasilitasi pemberian terapi antimalaria yang tepat dan rasional terlaksana dengan baik di 7 Puskesmas. Upaya meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi termasuk kerja sama lintas sektor dengan instansi lain hanya terlaksana dengan baik di 1 Puskesmas. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hubungannya dengan eliminasi malaria terlaksana dengan baik di 1 Puskesmas. Terdapat 2 Puskesmas yang mengeluhkan kendala dalam menyukseskan program eliminasi malaria. Belum ada Puskesmas yang memilki inovasi program untuk mendukung program eliminasi malaria. Kesimpulan: Implementasi program eliminasi malaria di beberapa Puskesmas Jejaring FKIK Universitas Bengkulu belum berjalan baik. 
Hubungan Antara Kejadian Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi dalam MP-ASI pada Bayi Usia 6-23 Bulan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2015 Lala Foresta Valentine Gunasari
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v3i1.20292

Abstract

Anemia defisiensi zat besi (ADB) sangat banyak ditemui di seluruh dunia. Sebanyak 64,8% bayi usia 6-12 bulan dan 48,2% balita mengalami ADB. Gejala yang samar pada awal stadium anemia, seringkali menyebabkan keterlambatan diagnosis. ADB memiliki dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi, serta meningkatkan risiko kematian pada anak. Pada usia di atas 6 bulan, cadangan besi dalam tubuh mulai habis, sedangkan ASI tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan zat besi, sehingga diperlukan asupan zat besi yang adekuat dari makanan pendamping ASI (MP-ASI). Penelitian ini ingin mencari hubungan antara tingkat kecukupan zat besi dalam MP-ASI dan kejadian anemia pada bayi usia 6-23 bulan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu. Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Kejadian anemia didasarkan pada hasil pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada bayi dengan menggunakan alat Hb-meter digital. Tingkat kecukupan zat besi dalam MP-ASI diperoleh dari wawancara pada ibu bayi mengenai frekuensi dan jumlah pemberian bahan makanan yang diberikan pada MP-ASI dengan bantuan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data yang diperoleh dari FFQ akan dianalisis menggunakan program Nutrisurvey 2007 untuk mendapatkan hasil berupa jumlah rata-rata asupan zat besi per hari yang diperoleh dari MP-ASI. Dari 50 orang bayi yang menjadi subjek penelitian, 90% bayi mengalami anemia karena kadar hemoglobin darahnya < 11 mg/dL. Sedangkan 24% subjek penelitian diketahui kekurangan zat besi dalam MP-ASInya. Analisis data tersebut memberikan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecukupan zat besi dalam MP-ASI dan kejadian anemia pada bayi usia 6-23 bulan
Intestinal Helminth Infections among Children with Disabilities in Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta Lala Foresta Valentine Gunasari; Elsa Herdiana Murhandarwati
JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan) Vol 6, No 4 (2021)
Publisher : Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.418 KB) | DOI: 10.30829/jumantik.v6i4.9892

Abstract

Due to physical, intellectual, mental, and/or sensory limitations, person with disabilities tend to experience obstacles and limitations in their ability to care for themselves, knowledge of health, and access to health services. As a result, people with disabilities are more at risk of experiencing health problems, one of which is intestinal helminth infection. The aim of this study was to assess the prevalence of intestinal helminth infections and associated risk factors among children with disabilities at school age in Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta. A school-based cross-sectional study design was conducted from October until December 2019. A total of 130 stool samples were collected and examined by the flotation, Kato-Katz, Harada-Mori, and Baermann methods to detect the presence of helminth eggs and/or larvae. An interview with parents/guardians of the subject based on a questionnaire was conducted to obtain information regarding the associated risk factor. The overall prevalence of intestinal helminth infections among subjects was 1.5% (CI=95%). Of these, 0,07% (1/130) was positive for hookworm infection, and the remaining 0,07% (1/130) was positive for Trichuris trichiura. Analysis for all risk factors showed no statistically significant association between all risk factors and the intestinal helminths infections in the study subjects (p>0.05).
Akurasi Pemeriksaan Kato-Katz dan Mini-Flotac Dalam Diagnosis Kecacingan pada Feses Segar dan Feses Awetan Maulana Iqbal; Dessy Triana; Debie Rizqoh; Lala Foresta Valentine Gunasari; Liya Agustin Umar
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 19, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Publisher : Faculty of Public Health, Faculty of Medicine and Health, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jkk.19.1.74-82

Abstract

Soil transmitted helminth (STH) penyebab infeksi kecacingan dengan insiden 24% pada populasi di dunia. Diagnosis infeksi STH dapat dilakukan dengan pemeriksaan feses secara mikroskopis dengan metode Kato-Katz sebagai baku emas dan metode Mini-Flotac. Tujuan penelitian menganalisis akurasi hasil pemeriksaan feses menggunakan metode Kato-Katz dan metode Mini-Flotac pada feses awetan formalin 10%. Rancangan penelitian menggunakan studi observasional dengan uji diagnostik. Subjek pada penelitian berjumlah 140 sampel feses awetan formalin 10% selama 13 bulan. Pemeriksaan spesimen feses awetan menggunakan metode Kato-Katz dan Mini-Flotac serta diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Data analisis dilakukan dengan uji T. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel feses awetan terinfeksi Ascaris lumbricoides dengan metode Kato-Katz (34,28%) dan Mini-Flotac (41,42%), dan infeksi Trichuris trichiura dengan metode Kato-Katz (15,71%) dan Mini-Flotac (22,85%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Kato-Katz dan Mini-Flotac dalam mendeteksi infeksi Ascaris lumbricoides (p=0.96) dan Trichuris trichiura (p=0,76). Metode Mini-Flotac dapat menjadi alternatif dalam diagnosis infeksi STH.