Bambang Deliyanto
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KESESUAIAN RENCANA DETAIL TATA RUANG DKI JAKARTA 2030 DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI CIPETE RAYA Dhaneswara Nirwana Indrajoga; B. Irwan Wipranata; Bambang Deliyanto; Priyendiswara Agustina Bela
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i1.11395

Abstract

City tourism (Urban Tourism) develops from year to year. City tours are very popular in major cities in the world such as Paris, New York, Singapore. It is also developing and developing by Indonesia, in this case Jakarta. This type of tourism can be stimulated by historical and cultural attractions, as well as shopping and event tours, as well as business trips. Much of the above also stimulates development. The tourism sector in DKI Jakarta Province also has a dominant role because it contributes around 13% of DKI Jakarta's Regional Original Revenue (PAD). For this reason, to advance the economy in DKI Jakarta, the government continues to develop the tourism sector, one of which is city tourism. South Jakarta Administrative City as a city that continues to develop, now approximately 2.2 million people live in South Jakarta. The city also has a growing tourism sector, including the urban tourism sub-sector. The choice of the Cipete Raya road area to be developed as a city tourism area is based on the policies of the South Jakarta Administration City Government, the development of culinary tourism activities in recent years, and accessibility because it is close to Cipete Raya. MRT station. The approach method used to solve this problem is to use a qualitative approach, such as tourism attributes and urban planning. The output of this research is in the form of an analysis of the trend of changes in the use of the Cipete Raya tourism area and its suitability with the Detailed Spatial Plan (RDTR 2030). Keywords:  City Tourism; Land Use; RDTR 2030; Suitability AbstrakPariwisata kota (Urban Tourism) berkembang dari tahun ke tahun. Wisata kota sangat populer di berbagai kota besar di dunia seperti Paris, New York, Singapura. Itu juga berkembang dan dialami oleh Indonesia dalam hal ini Jakarta. Jenis wisata ini dapat dirangsang oleh atraksi sejarah dan budaya, serta wisata belanja dan acara, serta perjalanan bisnis. Banyak hal di atas juga merangsang perkembangan. Sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta juga memiliki peran dominan karena menyumbang sekitar 13% dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI Jakarta. Untuk itu, untuk memajukan perekonomian di DKI Jakarta pemerintah terus mengembangkan sektor pariwisata, salah satunya pariwisata kota. Kota Administratif Jakarta Selatan sebagai kota yang terus berkembang, sekarang kurang lebih 2,2 juta orang tinggal di Jakarta Selatan. Kota ini juga memiliki sektor pariwisata yang berkembang termasuk sub sektor pariwisata kota. Pemilihan kawasan jalan Cipete Raya untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata kota didasarkan pada kebijakan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, perkembangan kegiatan wisata kuliner beberapa tahun terakhir, serta kemudahan aksesibilitas karena dekat dengan Cipete Raya. Stasiun MRT. Metode pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif, seperti penyesuaian atribut pariwisata dan juga penataan kota. Output dari penelitian ini berupa analisis tren perubahan penggunaan lahan kawasan pariwisata kota Cipete Raya dan kesesuaiannya dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR 2030).
RENCANA PENATAAN KAMPUNG NELAYAN KAMAL MUARA SEBAGAI KAMPUNG WISATA (OBJEK STUDI: KAMPUNG NELAYAN, KELURAHAN KAMAL MUARA, JAKARTA UTARA) Irma Dela Larasita; Parino Rahardjo; Bambang Deliyanto
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8873

Abstract

North Jakarta has potential for maritime tourism and ports because of its place on the coastal area. Like Kamal Muara Fishing Village in Penjaringan Subdistrict, North Jakarta is a slum area and densely populated. To change the impression that slum area, Kamal Muara changes the village’s physicality of painting the village into the colors. This village is starting point for crossing into the Pulau Seribu and is famous for markets and fish auctions. Because of this fish market, the conditions around the port are smelly and dirty. Tourists who want to visit become reluctant to come because of these conditions and often get lost to the Angke Pier. Poor access conditions and frequent traffic jams, because the Kapuk Kamal road has a small right of way 9 meters and is located in an industrial environment. The purpose of this fisherman village management plan is to propose a planning for a fishing village as a tourism village that can be sustainable in accordance with the tourism component and provide a list of activities that can improve the quality of life, economy and environment as a tourist village. The method used is descriptive, benchmarking and perception. Therefore, the planning of Kamal Muara fishing village planning is needed for community participation, because sustainable tourism is not only a physical damage to the environment, but also includes social and cultural as well as economic development, so that the quality of life and income of the community can increase. It takes the government and other institutions to help build a tourist village. Formation of community organizations in creating human resources for the development and management of tourist villages. Keywords:  fishing village; Kamal Muara, participation; sustainable tourism AbstrakJakarta Utara memiliki potensi wisata bahari dan pelabuhan karena letaknya yang berada di pesisir. Seperti Kampung Nelayan Kamal Muara yang berada di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan perkampungan kumuh dan padat penduduk, untuk menghilangkan kesan kumuh kampung nelayan merubah fisik kampung dengan mengecat kampung menjadi warna-warni. Kampung ini merupakan titik start penyebrangan ke Pulau Seribu dan terkenal dengan pasar serta pelelangan ikannya. Karena pasar ikan inilah kondisi sekitar pelabuhan menjadi bau dan kotor. Wisataan yang ingin berkunjung  menjadi segan untuk datang karena kondisi tersebut dan sering tersesat ke Dermaga Angke. Kondisi akses yang kurang baik dan sering terjadi kepadatan lalu lintas, karena  jalan Kapuk Kamal memiliki ROW yang kecil yaitu 9 meter dan berada dilingkungan industri. Tujuan rencana penataan kampung nelayan ini untuk memberikan usulan perencanaan kampung nelayan sebagai kampung wisata yang dapat berkelanjutan yang sesuai dengan komponen pariwisata dan memberikan usulan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup, perekonomian serta lingkungan sebagai kampung wisata. Metode yang digunakan secara deskriptif, benchmarking dan persepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kampung Nelayan Kamal Muara memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan dengan menggunakan konsep pariwisata yang berkelanjutan dan wisata berbasis community based development. Oleh karena itu, rencana usulan penataan Kampung Nelayan Kamal Muara dibutuhkan partisipasi masyaraka, karena pariwisata berkelanjutan tidak hanya menyangkut fisik lingkungan, tetapi juga menyertakan sosial dan budaya serta pembangunan perekonomian, sehingga kualitas hidup dan pendapatan masyarakat dapat meningka. Dibutuhkan pemerintah dan lembaga lainnya dapat membantu pembangunan kampung wisata. Pembentukan organisasi masyarkat dalam menciptakan sumber daya manusia untuk pembangunan serta pengelolaan kampung wisata.
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN APARTEMEN DI JL. JATIBENING RAYA, PONDOKGEDE, KOTA BEKASI Jeremia Josiah; Priyendiswara Agustina Bela; B. Irwan Wipranata; Bambang Deliyanto
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8853

Abstract

Property development growth are still continue to increase in Indonesia, especially in the city of Jakarta which causes land limitations and land values to increase that make property development trend especially residential areas such as apartment has begun shift to buffer city area. Development of residential area is also supported by growth population in Indonesia that increased quite high so the need for residence also increase. Bekasi is one of the buffer city of Jakarta which already has good infrastructure especially in the transportation sector and currently under construction for Cawang-East Bekasi LRT line which will further improve the accessibility of transportation to/form of city of Bekasi. By looking at that opportunities, an apartment development is planned on the vacant land located at Jl. Jatibening Raya, Jatibening Baru, Pondokgede, city of Bekasi. The location of the land is within the planned radius of the 2 LRT stations and the trend of apartment development that has occurred over the last 5 years around the location of the land also provides opportunities for apartment development in the land of object study which is targeted at commuters, also millennials generation. The purpose of this feasibility study is to determine the feasibility of an apartemen development based on a relatively small area of land object study to know the potential and weaknesses. Feasibility of development is seen through analysis on legality, technical and investment aspects that carried out using qualitative methods. The results of this feasibility study are to provide recommendation of feasibility development from alternative product compositions that can provide the best return on investment. Keywords:  apartment; development; feasibility study; investment AbstrakPertumbuhan pengembangan properti yang terus meningkat di Indonesia, terutama pada kota Jakarta menyebabkan terjadinya keterbatasan lahan dan naiknya nilai lahan sehingga membuat tren pengembangan properti khususnya kawasan hunian seperti apartemen mulai bergeser ke daerah kota – kota penyangga. Pengembangan kawasan hunian juga didorong oleh peningkatan penduduk yang cukup tinggi di Indonesia sehingga kebutuhan akan hunian juga semakin meningkat. Kota Bekasi merupakan salah satu kota penyangga dari kota Jakarta yang sudah memiliki infrastruktur cukup baik terutama di sektor transportasi dan saat ini sedang dilakukan pembangunan jalur LRT Cawang-Bekasi Timur yang akan semakin meningkatkan kemudahan aksesibilitas transportasi dari/menuju kota Bekasi. Dengan melihat peluang yang ada, maka direncanakan pembangunan apartemen pada objek lahan kosong yang terletak di Jl. Jatibening Raya, Kel. Jatibening Baru, Kec. Pondogede, Kota Bekasi. Lokasi lahan yang berada dalam radius rencana  dari 2 stasiun LRT dan tren pembangunan apartemen yang terjadi selama 5 tahun terakhir di sekitar lahan pengembangan juga memberikan peluang untuk pembangunan apartemen pada objek studi yang ditargetkan untuk para commuter, termasuk para generasi milenial. Tujuan studi kelaykan ini adalah untuk mengetahui kelayakan pembangunan apartemen yang didasarkan pada luas lahan yang relatif kecil, agar dapat mengetahui potensi dan kelemahan yang ada. Kelayakan dilihat melalui analisis pada aspek legalitas, teknis dan investasi yang dilakukan menggunakan metode kualitatif. Hasil studi kelayakan ini adalah memberikan rekomendasi kelayakan pembangunan dari alternatif komposisi produk yang dapat memberikan pengembalian investasi terbaik.
STRATEGI BRANDING DESTINASI WISATA PANTAI TANJUNG KELAYANG (OBJEK STUDI: PANTAI TANJUNG KELAYANG, KABUPATEN BELITUNG, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG) Valencia Valencia; Priyendiswara Agustina Bela; Bambang Deliyanto
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8868

Abstract

Belitung Island is aggressively pushing the tourism sector as a main sector. One of the attractions that many tourists are starting to see in Belitung is Tanjung Kelayang Beach. This beach has become a mass tourism attraction that is routinely visited in Belitung. Tanjung Kelayang Beach is not only known for its clean coastal scenery and clear waters but also as a starting point for island hopping activities. Now, Tanjung Kelayang Beach has to compete with other tourist destinations that have a stronger image and have been known by tourists for a long time. Tanjung Kelayang Beach has great potential to become a beach with a better known brand but there are still limited aspects of tourism support that is still lacking and promotion efforts that have not been effective. This study aims to provide a proposed strategy that refers to the components of destination branding to strengthen the image of the destination and build the competitive side of the tourist destination. The study was conducted using qualitative and quantitative approaches with descriptive analysis methods. The results of the study produced a proposed strategy to strengthen branding from various aspects, namely landscape, infrastructure, stakeholders and city behaviour such as the addition of diversity of new tourist attractions and tourist facilities, increasing the role of community and community participation and service quality as well as proposing promotional efforts in the form of selecting promotional media and types of tourism products. Keywords:  Branding; Strategy; Tourism DestinationAbstrakPulau Belitung sedang gencar mendorong sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Salah satu objek wisata yang mulai banyak dilirik wisatawan di Belitung adalah Pantai Tanjung Kelayang. Pantai ini telah menjadi objek wisata mass tourism yang rutin dikunjungi di Belitung. Pantai Tanjung Kelayang tak hanya dikenal akan pemandangan pantai bersih dan perairan jernihnya saja namun juga sebagai titik start penyeberangan untuk melakukan kegiatan tur pulau. Kini Pantai Tanjung Kelayang harus bersaing dengan destinasi wisata lainnya yang telah memiliki citra yang lebih kuat dan telah dikenal wisatawan sejak lama. Pantai Tanjung Kelayang memiliki potensi yang besar untuk menjadi pantai dengan brand yang lebih dikenal namun masih terdapat keterbatasan aspek penunjang wisata yang masih kurang serta upaya promosi yang belum efektif. Studi ini bertujuan untuk memberikan usulan strategi yang mengacu pada komponen-komponen destination branding untuk memperkuat citra destinasi dan membangun sisi kompetitif destinasi wisata. Studi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif. Hasil studi menghasilkan usulan strategi penguatan branding dari berbagai aspek yaitu lansekap, infrastruktur, stakeholder dan sikap kota seperti penambahan keragaman atraksi wisata baru dan fasilitas wisata, peningkatan peran partisipasi komunitas dan masyarakat dan kualitas pelayanan serta upaya promosi berupa pemilihan media promosi dan jenis produk wisata yang akan dipromosikan.
STUDI PENATAAN KAWASAN WISATA BUKIT PANYAWEUYAN DENGAN KONSEP AGROWISATA (LOKASI: BUKIT PANYAWEUYAN, DESA TEJAMULYA, KECAMATAN ARGAPURA, KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT) Eko Mujiarto; Priyendiswara Agustina Bela; Bambang Deliyanto; B. Irwan Wipranata
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8846

Abstract

This paper is the result of research conducted by the author and set forth in the Final Project, where the title of this research is “the Panyaweuyan Hill Tourism Area Structuring with the Concept of Agrotourism”. The location of this research is in the village of Tejamulya, Argapura District, Majalengka Regency, West Java Province. The purpose of this research is to make the Bukit Panyaweuyan tourist area masterplan as seen from the policies related to the object of study, the existing condition of the site and site, the agro tourism component, existing tourism activities, visitor perceptions and preferences and best practices of other similar objects. To achieve these objectives, several analyzes are carried out using analytical tools such as descriptive, and cartesian diagrams. So the results of the analysis can be used to make the Panyaweuyan Bukit tourism area masterplan. Keywords: Agro Tourism, Masterplan, Panyaweuyan Hill, Regional Arrangement AbstrakTulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan dituangkan dalam Tugas Akhir, dimana judul penelitian ini yaitu Penataan Kawasan Wisata Bukit Panyaweuyan dengan Konsep Agrowisata. Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu membuat masterplan kawasan wisata Bukit Panyaweuyan yang dilihat dari kebijakan terkait objek studi, kondisi eksisting lokasi dan tapak, komponen agrowisata, kegiatan wisata yang ada, persepsi dan preferensi pengunjung dan best practice dari objek lain yang serupa . Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan beberapa analisis dengan menggunakan alat analisis seperti deskriptif, dan diagram kartesisus. Sehingga hasil dari analisis tersebut dapat digunakan untuk membuat masterplan kawasan wisata Bukit Panyaweuyan.
STUDI KELAYAKAN PERUMAHAN BERSUBSIDI PENUNJANG KAWASAN INDUSTRI (LOKASI : SAGA, BALARAJA, KABUPATEN TANGERANG) Vania Putri Azaria; Priyendiswara Agustina Bela; Bambang Deliyanto
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8871

Abstract

House is one of the primary needs in society. Not only a living place, but a house is also a protection, gathering place, and investment. For low-income families, the gap between supply and demand for houses occur every year. It happens because of the low buying power or limited access to the house financing system. Therefore, through the banking industry, the government realizes the housing loan facility called the mortgage. There are 2 types of mortgages in Indonesia, i.e., subsidized mortgage and non-subsidized mortgage. The subsidized mortgage mainly targets Low-Income Families (LIF). The bank provides this type as the government program cooperating with the Ministry of Public Works and Public Housing to help finance subsidized houses in the form of loan or down payment facility. Meanwhile, the non-subsidized mortgage targets general society that fulfilled the mortgage requirements from the providing bank. PT Prima Graha Nusa Sempana currently plans to develop subsidized housing estate that targets factory workers. The land is located in Balaraja Sub-district, precisely at Saga Village, one of the industrial centers in Tangerang Regency. Before developing a 13.5 Ha land, an eligibility study is required. The study is conducted to discover the development eligibility and to count the profit and loss from the development. Besides that, an eligibility study is conducted to achieve a maximum result from the development. Keywords: feasibility study, property; subsidized housing AbstrakRumah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat, selain sebagai tempat tinggal rumah juga merupakan tempat berlindung dan sebagai tempat berkumpul sekaligus sebagai barang investasi. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah kesenjangan antara kebutuhan penyediaan rumah dari tahun ke tahun masih terus terjadi, hal itu dikarenakan masih rendahnya daya beli atau terbatasnya akses  ke sistem pembiayaan rumah. Oleh karena itu pemerintah melalui perbankan merealisasikan pemeberian kredit yang disebut dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Di Indonesia dikenal dengan 2 jenis KPR yaitu KPR subsidi dan KPR non subsidi. KPR subsidi umumnya ditujukan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). KPR jenis ini disediakan oleh bank sebagai bagian dari program pemerintah bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk membantu mendanai kepemilikan rumah masyarakat yang akan diberikan subsidi berupa keringanan kredit atau uang muka. Sedangkan KPR non subsidi diperuntukkan bagi masyarakat umum yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank penyedia KPR. PT. Prima Graha Nusa Sempana saat ini sedang merencanakan pembangunan perumahan bersubsidi dengan target pasar buruh pabrik, hal itu karena lahan tersebut berada di Kecamatan Balaraja tepatnya di Kelurahan Saga, dimana Balaraja merupakan salah satu pusat industri yang terdapat di Kabupaten Tangerang. Sebelum melakukan pengembangan pada lahan seluas 13.5 Ha, akan dilakukan terbelih dahulu studi kelayakan terhadap lahan tersebut. Studi kelayakan dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya pengembangan tersebut dan untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pada pengembangan tersebut. Selain itu studi kelayakan dilakukan agar pengembang mendapatkan hasil yang maksimal tergadap pengembangan tersebut.