M. Ismail Makki
IAIN Madura

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

IMPLEMENTATION OF CONSULTATION SERVICE AND EFFECT TO THE CONSULTEE’S SATISFACTION (An Evaluation Study of The Implementation Counseling Service and Satisfaction of Client) M. Ismail Makki; Alfaiz Alfaiz; Asroful Kadafi; Yunita Dwi Setyoningsih; Hengki Yandri
JURNAL KONSELING GUSJIGANG Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Konseling Gusjigang Desember 2018
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/jkg.v4i2.2492

Abstract

In counseling service, there are many type of counseling in it’s practice, the one of the type was a counsultation service. This type of counseling service was help the consultee to solve a problem of the other people that need their help, this can be implemented if consultee can solve their own problem,. This service always implemented in school setting, this because of a counseling in school will help like parents, or another student to help their kids or their friends in learning process. But in reality of counseling practice was far from the ideal. How is the school consultation service in Indonesia implemented? and what are the problems? is a question that needs to be answered. This paper tries to answer the question with the method of analysis of research results with qualitative and also seek a satisfaction of consultation service. there are three researches on consulteeng services that have been done in three cities, namely Semarang, Padang and Banjarmasin. The research finds three categories of service implementation, is good, moderate and sufficient. The barriers found are low support from counsultte  and misunderstood the concept of consulteeng services. The effort to overcome the problem is with the improvement of quality of counselor which facilitated by MGBK. Dalam pelayanan konseling, adanya banyak jenis pelayanan konseling, salah satunya adalah pelayanan konsultasi. Jenis pelayanan konseling ini membantu konsulti untuk memecahkan masalah dari orang lain yang membutuhkan masukan darinya. Hal ini bisa diimplementasikan jika konsulti sudah bisa memecahkan masalahnya sendiri. Pelayanan ini selalu bisa diimplementasikan dalam seting sekolah, hal ini karena konseling disekolah akan membantu dan banyak berhadapan dengan seperti orang tua siswa, wali siswa, siswa yang membutuhkan kiat untuk anak dan teman sebayanya dalam proses belajar. Akan tetapi, realitanya praktek konseling masih jauh dari yang seharusnya. Bagaimana pelayanan konsultasi  sekolah di Indonesia di laksanakan ? dan apa saja permasalahnnya? merupakan pertanyaan yang perlu di jawab. Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan metode analisis hasil penelitain dengan kualitatif dan kuantitatif dan juga menlihat kepuasan dari pelayanan konsultasi. terdapat tiga Riset tentang layanan konsultasi yang pernah di lakukan di tiga kota, yakni Semarang, Padang dan Banjarmasin. Hasil riset menemukan tiga kategori pelaksanaan layanan, yakni baik, sedang dan cukup. Hambatan yang di temukan berupa rendahnya dukungan dari counsultte dan salah memahami konsep layanan konsultasi. Upaya mengatasi masalah tersebut adalah dengan  peningkatan mutu konselor yang di fasilitasi oleh MGBK
Kemampuan Berbicara Mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Indonesia Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan M. Ismail Makki; Aflahah Aflahah
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 16 No. 1 (2019)
Publisher : Research Institute and Community Engagement of IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/nuansa.v16i1.2384

Abstract

Kemampuan berbicara adalah kemampuan berbahasa yang paling sering digunakan. Pelajaran berbicara di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi kurang mendapat perhatian dan pembinaan. Demikian pula di Program Studi Tadris Bahasa Indonesia yang sangat berkaitan dengan kemampuan berbicara. Akibatnya, mahasiswa kurang menguasai kemahiran ini. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui bagaimana kemampuan berbicara mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia angkatan 2017/2018 dari aspek kebahasaan dan aspek non-kebahasaan dan juga Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kemampuan berbicara mahasiswa tersebut kurang maksimal. Peneliti menggunakan menggunakan Mixed Method (metode campuran) dengan desain Sequential Explanatory Research Design. Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa pidato dari populasi seluruh mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Indonesia tahun 2017/2018, sedangkan sampel yang diambil adalah 13% atau 16 mahasiswa. Data kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan Three Flow Model dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini adalah kemampuan berbicara mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Indonesia Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan Tahun Akademik 2017/2018 termasuk dalam kategori (cukup) dengan nilai 63,91. Pada aspek kebahasaan termasuk kategori (kurang) dengan nilai rata-rata 58,75; dan (cukup) pada aspek non-kebahasaan dengan nilai 69,06. Untuk itu diharapkan bagi guru dan mahasiswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa karena berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang sangat penting.(The ability to speak is the language skills most often used. Lessons learned in schools and in universities are not given enough attention and guidance. Likewise, in the Indonesian Language Tadris Study Program which is closely related to speaking ability. As a result, students lack mastery in this skill. The researcher used a Mixed Method with the Sequential Explanatory Research Design. The research data will be collected in the form of speeches from the population of all these students, while the samples taken were 13% or 16 students. Analyzed data using descriptive statistics and Three Flow Models from Miles and Huberman. The results of this study are the students' speaking ability of the Indonesian Language Study Program, Department of Tarbiyah STAIN Pamekasan 2017/2018 Academic Year included in the category (sufficient) with a value of 63,91. In linguistic aspects including (less) category with an average value of 58,75; and (sufficient) on non-linguistic aspects with a value of 69,06. For this reason, it is expected that teachers and students can improve students' speaking skills because speaking is a very important language ability.)