Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA (STUDI KASUS : KECAMATAN RATAHAN) Missah, Rizkyanto Efraim; Sela, Rieneke L.E.; Takumansang, Esli D
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lahan untuk permukiman perlu memperhatikan kondisi fisik lingkungan antara lain topografi, morfologi, kelerengan dan jenis tanah. Beragam kasus kerugian ataupun korban yang terjadi karena penyimpangan atau ketidaksesuaian penggunaan lahan yang menyalahi tingkat kemampuan lahannya. Keadaan tersebut menyebabkan perlunya analisis kesesuaian lahan permukiman untuk mengetahui kesesuaian lahan yang akan diperuntukan guna pengembangan permukiman. Tujuan penelitian  ini yaitu mengkaji perkembangan lahan permukiman di Kecamatan Ratahan berdasarkan data citra  dan analisis kesesuaian peruntukan lahan permukiman RTRW terhadap arahan kesesuaian lahan. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan metode analisis spasial skoring dan overlay dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah perkembangan permukiman Kecamatan Ratahan tahun 2003-2019 sebesar 41,61 Ha. Hasil penelitian kesesuaian peruntukan lahan permukiman terhadap arahan kesesuaian lahan Kecamatan Ratahan terdapat kriteria sesuai (A) sebesar 127,43 ha atau 2,07%, kriteria sesuai (B) sebesar 2.421,84 ha atau 39,29%, kriteria tidak sesuai (A) sebesar 2,59 ha atau 0,04%, kriteria tidak sesuai (B) sebesar 3.611,62 ha atau 58,60%.Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Permukiman, Rencana Tata Ruang Wilayah, SIG
KAWASAN AGROWISATA JAGUNG DI LIMBOTO “OPTIMALISASI SEQUENCE, SERIAL VISION, SERTA PLACE AND CONTENT ” Matali, Nany A.; Sela, Rieneke L.E.; Prijadi, Rachmat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang mendapat prioritas tinggi disetiap negara. Salah satu sektor pariwisata di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan adalah agrowisata. Agrowisata merupakan salah satu bidang usaha pariwisata yang berlandaskan konsep pertanian, serta alam, dan budaya yang beragam. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati. Tidak hanya itu, Provinsi Gorontalo juga merupakan daerah dengan penghasil varietas jagung terbaik sehingga menjadikan jagung itu sendiri sebagai komoditi utama di Provinsi Gorontalo. Limboto, merupakan salah satu kota yang ada di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo yang mengusung program pemerintah “Kota Layak Anak”. Kota Limboto sendiri mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam sektor pembangunan dan pariwisata. Mengacu pada hal diatas maka munculah gagasan untuk menghadirkan kawasan wisata sebagai sarana rekreasi dan juga mendidik bagi para wisatawan, guna mendukung program pemerintah di Kota  Limboto, serta balai riset jagung yang ada dalam kawasan agar dapat manghasilkan jagung-jagung dengan kualitas terbaik. Kawasan Agrowisata Jagung di Limboto mengambil tema “Optimalisasi Sequence, serial vision, serta place and content” yang mengoptimalkan rancangan ruang luar dan ruang dalam kawasan berdasarkan beberapa aspek yang telah ada sehingga tercipta sebuah kawasan agrowisata yang nyaman, aman, dan ramah lingkungan. Kata kunci            : Kawasan Agrowisata, Limboto, Optimalisasi Sequence, serial vision, serta place and content
OPTIMALISASI KONSEP BUILDING AS NATURE DARI PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA KAWASAN INDUSTRI PETERNAKAN BERKONSEP AGROWISATA Nangoy, Windy; Sela, Rieneke L.E.
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 1 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arsitektur yang dari zaman ke zaman terjadi perkembangan desain yang mengkarakterisasikan dasar-dasar suatu contoh objek yang nyata kemudian menjadikan suatu model untuk menciptakan suatu karya arsitektur. Pengetahuan Arsitektur organik yang menggabungkan konsep tempat tinggal atau bangunan arsitektur dengan alam, yang kemudian Frank Lloyd Wright memperluas isi dan bahasa arsitektur organik. Salah satu konsep arsitektur organik Building As Nature yang merupakan bangunan bersifat alami dimana alam menjadi inspirasi, bentuk organis yang menyesuaikan dengan alam.Perkembangan penduduk kota manado yang semakin membutuhkan fasilitas dalam bersosialisasi, pengembangan pada kawasan dan sektor pariwisata. Sektor wisata Agrowisata yang mempunyai konsep sosialisasi, belajar dan rekreasi masih kurang dalam pengembangan kawasan yang ada. Demikian pula, sektor Industri Peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan industri di kota manado yang masih sedikit dalam kawasan industri peternakan.Kata Kunci : Building As Nature, Arsitektur Organik, Industri Peternakan, Agrowisata
STUDI PENENTUAN TINGKAT KEKUMUHAN DAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Tangkudung, Theogive Hosea; Tilaar, Sonny; Sela, Rieneke L.E.
SPASIAL Vol 8, No 3 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

South Bolaang Mongondow is one of the regencies located in North Selawesi Province which is one of the regencies that is growing rapidly. Along with the increase in population, inadequate infrastructure, facilities and public utilities have resulted in many people in this district living in places that do not meet the standards, which are slums. Slum areas in South Bolaang Mongondow Regency according to the 2016 South Bolaang Mongondow Regency slum decree, there are 23 villages that are included in slum areas, these slums have three classifications, namely, heavy slums, medium slums and light slums. Based on this classification, it is combined with land status and other considerations so that a priority scale for handling slum settlements can be drawn up and how the pattern of handling slum settlements in Bolaang Mongondow Selatan Regency can be. The method used is a multi-criteria analysis method with 9 indicators, namely building conditions, environmental road conditions, environmental drainage conditions, drinking water supply conditions, wastewater management conditions, waste management conditions, fire protection conditions and land status and other considerations. Based on the results of the study, it was found that 16 villages would be treated with a rejuvenation pattern, 1 village would be resettled and 6 villages would be treated with a restoration pattern.Keyword  : Slums, Slum Level, Priority Scale, slum settlement pattern
KAWASAN AGROWISATA SAYUR DI TOMOHON: Aplikasi Serial Vision pada Arsitektur Lansekap Elisha A. Pijoh; Rieneke L.E. Sela; Amanda S. Sembel
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata adalah salah satu sektor yang sangat digemari oleh masyarakat yang didalamnya termasuk agrowisata. Agrowisata merupakan suatu aktivitas yang menggunakan lahan pertanian sebagai wadah untuk berbudidaya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pada perancangan ini difokuskan pada sayuran sebagai salah satu kekayaan alam kota Tomohon. Perancangan ini bertujuan untuk menghadirkan kawasan agrowisata yang dapat memaksimalkan potensi dan kebutuhan kota Tomohon serta dengan pengaplikasian tema Serial Vision pada kawasan. Metode yang digunakan pada perancangan ini adalah metode glass box oleh J. Christopher dengan pendekatan tipologis, lokasional dan tematik. Serial Vision sebagai tema adalah suatu media dalam menyusun sequence, dimana merupakan tata urutan yang tersusun dan berlanjut sehingga urutan tersebut akan menjadi sebuah serial vision antara lingkungan satu dan lainnya yang diimplementasikan pada ruang luar atau lansekap kawasan. Kata Kunci : Kota Tomohon, Kawasan Agrowisata, Serial Vision, Arsitektur Lansekap
KAWASAN RESOR DANAU LOWO DI DESA SAMPALOWO KABUPATEN MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH: Arsitektur Tepi Air Wiwin Afdiati; Rieneke L.E. Sela; Claudia S. Punuh
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gaya hidup yang lebih modern dan penumpukan banyak aktivitas membuat masyarakat mendambakan sesuatu yang jauh dari keramaian dan kepenatan sebagai tempat untuk beristirahat, berekreasi, dan menenangkan diri. Oleh karena itu, pembangunan kawasan resor dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat serta diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan perekonomian daerah. Pembangunan kawasan resor tidak terlepas dari pentingnya peran dunia arsitektur agar dapat menghasilkan suatu objek yang dapat dinikmati secara optimal. Metode yang digunakan dalam proses perancangan Kawasan Resor Danau Lowo adalah proses desain glass box. Metode perancangan glass box diibaratkan sebagai kotak kaca yang di mana setiap prosesnya dapat diargumentasikan dan bersifat logis. Perancangan kawasan resor ini menghasilkan objek wisata alam yang memiliki nilai fungsionalitas tanpa mengabaikan nilai estetika dan kekuatan pada objek rancangan. Kata Kunci: Morowali Utara, Kawasan Resor, Arsitektur Tepi Air
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEKUMUHAN KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR TRADISIONAL (Studi Kasus : Desa Bajo Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo) Dhea M. Damisi; Veronica A. Kumurur; Rieneke L.E. Sela
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 6 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v6i1.5282

Abstract

Faktor - Faktor Kekumuhan Di Kawasan Permukiman Perkotaan Amurang – Tumpaan: Slum Factors In Amurang-Tumpaan Urban Settlement Area Magdalena C. Rorimpandey; Rieneke L.E. Sela; Dwight Rondonuwu
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 11 No. 2 (2022): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Akibat semakin pesatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada aspek kehidupan, terutama mengenai permukiman. Surat keputusan Bupati Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 217 tahun 2015 tentang penetapan lokasi kawasan permukiman kumuh terdapat 23 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 9 wilayah kecamatan. Berdasarkan arahan pelaksanaan RKP-KP tahun 2015, lokasi penanganan permukiman kumuh perkotaan akan mengacu pada kawasan kumuh yang berada di kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan. Dengan perincian luasan yaitu kelurahan Ranoyapo 0,52 Ha, Uwuran 10,99 Ha, Ranomea 0,59 Ha, Lopana 2,49 Ha, Tumpaan 11,55 Ha, serta Tumpaan Baru 0,36 Ha, semuanya memiliki tingkat kekumuhan yang berat. Sehingga penelitian ini perlu dilakukan agar mendapatkan output berupa faktor-faktor kekumuhan di kawasan permukiman perkotaan Amurang-Tumpaan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor kekumuhan di permukiman perkotaan Amurang-Tumpaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis skoring. Hasil analisis faktor kondisi bangunan gedung, kondisi jalan lingkungan, kondisi penyediaan air minum, kondisi drainase lingkungan, kondisi pengelolaan air limbah, kondisi pengelolaan persampahan dan kondisi proteksi kebakaran menunjukan memiliki skor yang tinggi dikarenakan cakupan pelayanan dan persyaratan teknis yang tidak memenuhi standart, sedangkan kondisi jalan lingkungan ada pada tingkat kekumuhan yang sedang karena sebagian besar jalan lingkungan yang ada pada lokasi penelitian ini sudah memiliki cakupan pelayanan dan persyaratan teknis yang sudah memenuhi standart. Kata kunci: Permukiman Kumuh; Faktor Kekumuhan Kawasan Perkotaan Amurang Tumpaan. Abstract As a result of the rapid population growth, it has an impact on aspects of life, especially regarding settlements. Decree of the Regent of South Minahasa Regency Number 217 of 2015 concerning the determination of the location of slum areas, there are 23 locations of slum areas spread over 9 sub-districts. Based on the direction of the 2015 RKP-KP implementation, the location for handling urban slums will refer to the slum area in the Amurang-Tumpaan urban area. With details of the area, namely Kelurahan Ranoyapo 0.52Ha, Uwuran 10.99Ha, Ranomea 0.59Ha, Lopana 2.49Ha, Tumpaan 11.55Ha, and Tumpaan Baru 0.36Ha, all of them have a heavy level of slums. So this research needs to be done in order to get an output in the form of slum factors in the Amurang-Tumpaan urban settlement area. The purpose of this study was to analyze the slum factor in the urban settlements of Amurang-Tumpaan. The data analysis technique used in this research is using scoring analysis. The results of factor analysis of building conditions, environmental road conditions, drinking water supply conditions, environmental drainage conditions, wastewater management conditions, waste management conditions and fire protection conditions show that they have a high score due to service coverage and technical requirements that do not meet the standards. while the condition of the environmental road is at a moderate level of slums because most of the existing environmental roads in this research location already have service coverage and technical requirements that have met the standard. Keyword: Slums; Slums Factors in Amurang Tumpaan Urban Area
Dampak Normalisasi Sungai Tondano Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Kota Manado Thania Hanna Solon; Rieneke L.E. Sela; Fela Warouw
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 12 No. 1 (2023): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program Normalisasi Sungai dilakukan untuk mengembalikan fungsi sungai dan kawasan sekitar sungai. Pelaksanaan normalisasi sungai Tondano di Kota Manado dilakukan dengan pengerukan, pelebaran kemudian konstruksi tanggul. Dalam prosesnya, terjadi pembebasan lahan, interaksi masyarakat yang menjadi lebih sering, dan adanya penurunan pendapatan masyarakat maupun perubahan lainnya pada kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi pada masyarakat sekitar sungai sebagai dampak dari adanya normalisasi sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi sejak adanya normalisasi dengan observasi lapangan, menganalisis faktor dari normalisasi yang paling berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi dengan pengumpulan data penyebaran kuesioner kemudian metode analisis regresi linear berganda dan menganalisis dampak normalisasi Sungai Tondano terhadap kondisi lingkungan sosial, dan ekonomi masyarakat dengan menganalisis secara spasial yang diuraikan berdasarkan segmen. Hasil identifikasi kondisi lingkungan penggunaan lahan terbesar merupakan permukiman dengan kepadatan berskala rendah sampai tinggi serta jaringan jalan dan jaringan drainase yang mengalami penambahan maupun perbaikan. Tahapan konstruksi tanggul yang paling berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat.. Dengan adanya normalisasi membuat fasilitas pemanfaatan serbaguna, Adanya jalan inspeksi memudahkan akses masyarakat dalam beraktivitas. Kata kunci: dampak, normalisasi sungai Tondano, lingkungan, sosial-ekonomi. Abstract River Normalization Program is carried out to restore the function of the river and the area around the river. The normalization of the Tondano river in Manado City was carried out by dredging, widening and then constructing an embankment. In the process, land acquisition occurred, community interactions became more frequent, and there was a decrease in people's incomes as well as other changes in environmental, social and economic conditions in communities around the river as a result of river normalization. This study aims to identify environmental, social and economic conditions since normalization with field observations, analyze the factors of normalization that have the most influence on environmental, social and economic conditions by collecting data on distributing questionnaires then using multiple linear regression methods and analyzing the impact of river normalization Tondano on environmental, social and economic of the community by analyzing spatially. The results of the identification of the environmental conditions of the largest land use are settlements than roadand drainage networks that have experienced additions or improvements. The stages of the construction of the embankment that have the most influence and normalization makes multi-purpose utilization facilities available. Inspection roads facilitate access for the community in their activities. Keyword: impact, normalization Tondano river, environment, social-economic
TAMAN BUDAYA BOLAANG MONGONDOW DI KOTAMOBAGU. “ARSITEKTUR SEBAGAI SIMBOL BUDAYA” Teguh K. P. Kangiden; Rieneke L.E. Sela; Michael M. Rengkung
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17092

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak suku bangsa, adat budaya, yang harus dijaga kelestariannya, seperti tertera dalam undang-undang nomor 5 tahun 1992 yang berisi tentang; bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan nasional, untuk itu salah satu yang dilakukan seperti menghadirkan taman budaya di Kotamobagu. Perancangan taman budaya bertujuan sebagai tempat  berbagai macam kegiatan seni dan budaya yang bersifat edukatif, rekreatif dan informatif, dengan metode perancangan seperti pendekatan tematik arsitektur sebagai simbol budaya, pendekatan tipologi objek, pendekatan lingkungan, wawancara, studi komparasi, dan opini. Perancangan taman budaya dengan pendekatan tematik yaitu arsitektur sebagai simbol budaya membuat suatu rancangan yang mencerminkan nilai-nilai budaya, pada rancangan ini yang berlokasi di Kotamobagu sehingga budaya tersebut diangkat atau diterapkan pada perancangan taman budaya yaitu budaya Kotamobagu atau Bolaang Mongondow. Konsep perancangan yang digunakan seperti konsep berbalas pantun atau masyarakat Kotamobagu mengenal dengan sebutan salamat, dimana konsep ini seakan-akan bangunan saling berbalas bentuk. Konsep penerapan kabela dimana mengunakan salah satu gerak dari tari kabela yang melingkar, gerak tersebut diaplikasikan dalam konsep perancangan taman budaya dimana gerak melingkar tersebut akan mencangkup semua aktifitas dalam taman budaya. Kabela dari segi tampilan memiliki motif khas berupa bentuk-bentuk geometri, bentuk bunga dan bentuk lainnya. Motif tersebut diaplikasikan pada bangunan sebagai fasad. Hasil perancangan taman budaya ini adalah salah satu bentuk sarana untuk memfasilitasi kegiatan kesenian dan kebudayaan yang ada di Bolaang Mongondow khususnya di Kota Kotamobagu.Kata Kunci : Taman Budaya, Arsitektur, Simbol Budaya