Masrukhin Muhsin
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

KRITIK MATAN HADIS Studi Komparatif antara al-A‘ẓamī dan G.H.A Juynboll Masrukhin Muhsin
Holistic al-Hadis Vol 2 No 1 (2016): January - June 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v2i1.925

Abstract

The traditional methods of criticism to the matn of ḥadîths (i.e. muqâranah and mu‘âraḍah) which are employed by the muḥaddithîn are claimed by M. M. Azami to be more accurate and comprehensive, in comparison to the common link method which is introduced by G. H. A. Juynboll. In principle, both muqâranah and mu‘âraḍah work by comparing a concept contained in a hadîth in question to the concept contained in Alqur’ân, Hadîth Mutawâtir, logic, and so on. Meanwhile, common link as a method only compares the wordings of simmilar ḥadîths in question. When the wordings are fitted, the ḥadîths are regarded as ṣaḥîḥ. In contrary, if the wordings are not compatible, the ḥadîths are then regarded weak.
Kritik Hadis: Studi Analisis Sanad dan Matan Hadis Isbal Masrukhin Muhsin
Al-Fath Vol 6 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v6i2.3217

Abstract

Hukum Isbal adalah haram bila motivasinya adalah kesombongan, sebaliknya Isbal tidak dihukumi haram bila tidak disertai dengan kesombongan. Hadis tentang Isbal diriwayatkan oleh empat sahabat; Ibn ‘Umar ada empat hadis, Abu Hurairah ada lima haids, Abu Dhar dan Abu Sa‘id al-Khudriyi masing-masing ada satu hadis. Jadi totalnya ada sebelas hadis dengan latar belakang yang berbeda-beda. Isbal adalah memanjangkan kain melebihi mata kaki.
Menghimpun Hadis Bertema Sama (Sebuah Metode Memahami Hadis) Masrukhin Muhsin
Al-Fath Vol 5 No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v5i1.3255

Abstract

Menghimpun hadits-hadits yang bertema sama merupakan satu upaya untuk memahami Hadits dengan baik, komprehensif, terhindar dari kesalahan, dan lebih dekat kepada kebenaran. Hadits berfungsi merinci ayat-ayat yang global, menjelaskan yang masih samar, mengkhususkan yang umum, dan membatasi yang mutlak. Hadits Isbal, misalnya, ada sejumlah umat Islam yang menolak keras kepada mereka yang tidak memendekkan pakaiannya di atas mata kaki. Padahal setelah dilakukan pemahaman hadits secara komprehensif bahwa yang dimaksud oleh sabda Nabi saw. "orang yang memanjangkan pakaiannya" adalah orang yang menjulurkan pakaiannya dan menyeret ujungnya dengan kesombongan.
PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG HADIS Masrukhin Muhsin; syarif syarif
Al-Fath Vol 8 No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v8i2.3062

Abstract

Teori common link yang diajukan oleh sarjana barat untuk menelusuri asal usul periwayatan hadis dapat dimanfaatkan guna membuat penanggalan sebuah hadis. Penelitian ini akan menemukan perawi tertua yang meriwayatkan hadis kepada sejumlah murid hingga sampai kepada kolektor (mudawwin). Perawi tertua itulah yang kemudian disebut sebagai common link sebagai orang pertama yang mengedarkan hadis. Dengan mengabaikan interpretasi Juynboll mengenai seorang common link adalah pembuat atau pemalsu hadis, maka kita dapat menyimpulkan bahwa common link adalah tokoh yang pertama kali meriwayatkan sunnah secara verbal. Cara kerja dari teori Common Link ini ialah melalui langkah-langkah berikut: 1)menentukan hadis yang akan diteliti, 2)menelusuri hadis dalam berbagai koleksi hadis, 3)menghimpun seluruh isnad hadis. 4)menyusun dan merekonstruksi seluruh jalur isnad dalam satu bundel isnad (pohon sanad. 5)mendeteksi Common Link, periwayat yang dinilai paling bertanggung jawab atas penyebaran hadis. Kemudian metode tersebut telah mengenalkan apa yang disebut Common Link, yang menyebabkan lahirnya konsep-konsep lain seperti Partial Common Link, Spider, Single Strand dan Diving Strand.
Metode Bukhari dalam al-Jami‘ al-Sahih Masrukhin Muhsin
Al-Fath Vol 5 No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v5i2.3257

Abstract

Bukhari adalah satu-satunya ahli hadits yang sangat hati-hati dalam menerima hadits, karena ia dikenal sangat teliti dan ketat dalam menverikasi hadits (al-Tashih wa al-Tadh’if). Baginya tidak cukup dikatakan sebuah hadits itu shahih jika tidak menjumpai langsung (al-Liqa’) dengan sumber asalnya (rawi atau gurunya). Metode yang dikembangkan Bukhari demikian menjadikan karya tulisnya al-Jami’ al-Shahih ditempatkan pada peringkat pertama dari kitab-kitab hadits lainnya. Metode yang dikembangkan Imam Bukhari dapat dilihat dari dua sisi: Pertama, dilihat dari penamaan kitabnya al-Jami’ al-Shahih, dan Kedua, langkah-langkah Bukhari dalam melakukan kajian dan penelitian (al-Istiqra) terhadap hadits. Bukhari hanya mengambil para perawi tingkatan pertama dari lima tingkatan murid al-Zuhri untuk diambil haditsnya. Dengan demikian baik syarat (syuruth al-Shihhah) hadits maupun tingkatan perawinya Bukhari tampaknya selalu mengambil kriteria yang tertinggi.
PEREMPUAN DAN PERIWAYATAN HADITS Masrukhin Muhsin; Inah Inah
Al-Fath Vol 8 No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v8i1.3055

Abstract

Perempuan pada masa sebelum dan awal mula Islam datang mendapatkan pengucilan dan diskriminasi, baik dalam kehidupan sosial maupun kekeluargaan. Datangnya Islam menjadi bukti peningkatan harkat martabat perempuan, dengan berbagai keterbatasan dan lingkupan budaya, sosial serta hukum Islam, para perempuan terus membuktikan ke-ikutseraannya dalam menegakan syari’at Islam. Salah satu peran perempuan adalah berperan aktif dalam periwayatan hadits Nabi saw. Jalur periwayatan perawi perempuan kebanyakan berkembang melalui jalur kekeluargaan dan kekerabatan, dan sosial. Aisyah bint Abu Bakar Ash-Shiddiq, istri dari Rasulullah saw, banyak hal yang dapat dicontoh dari berbagai segi kehidupan Beliau, Aisyah adalah perempuan yang mempunyai intelektual yang tinggi dan menjadi panutan bagi para kaum perempuan, dan beliau meriwayatkan hadits sebanyak 2.210 hadits.
Hadis Syafa’at ; Rasulallah SAW Masrukhin Muhsin
Al-Fath Vol 4 No 1 (2010): Juni 2010
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v4i1.3355

Abstract

Semua sepakat bahwa syafa'at itu ada, syafa'at Allah SWT. Permasalahannya sekarang adalah selain dari Allah SWT, termasuk di dalamnya syafa'at Nabi Muhammad SAW, apakah Nabi Muhammad SW bisa memberi syafa'at kepada umatnya nanti di hari kiamat? menurut golongan Ahl al-Sunnah bisa berdasar Al-Qur'an dan Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Ahmad, Nabi Muhammad SAW bisa memberi syafa'at kepada umatnya dengan seizin dari Allah berdasarkan firman Allah: "man dzal Ladzi Yashfa'u 'indah Illa bi Idznih." sedang menurut golongan Mu'tazilah dan Khawarij, pada masa lalu, atau Musthafa Mahmud, pada masa sekarang, berpendapat bahwa hanya Allahlah yang berhak memberi syafa'at, sedang selain-Nya termasuk Nabi Muhammad SAW, tidak bisa, berdasar firman Allah "qul lillah al-Syafa'ah Jami'an"
GENDER MENURUT IMAM NAWAWI DALAM TAFSIR MUNIR Masrukhin Muhsin; Ahmad Husin
Al-Fath Vol 7 No 1 (2013): Juni 2013
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v7i1.3087

Abstract

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Nawawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Nawawi dalam menafsirkan ayat-ayat al- Qur’an berdasarkan kontek tradisional, baik dari kepemimpinan, pendidikan dan kesaksian, dalam menerapkan metodenya, Nawawi menggunakan perpaduan antara metode tahlili dan ijmali. Sedangkan dalam memahami ayat-ayat gender sangat bertentangan dengan zaman pada sekarang ini. Metode yang digunakan dalam persoalan ini adalah kajian studi pustaka (library research) dengan menggunakan metode deduktif denganlangkah-langkah sebagai berikut. Pertama, pengumpulan data yang diambil dari data primer dan sekunder, kedua, pengolahan data yang sudah terkumpul dan terinventarisir dan, ketiga, analisis data , keempat mengambil kesimpulan.
Hadis Menurut Musthafa Al-Siba’i dan Ahmad Amin (Suatu Kajian Komparatif) Masrukhin Muhsin
Al-Fath Vol 6 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v6i1.3208

Abstract

Keyakinan umat Islam terhadap posisi dan oten-sitas Hadis atau sunnah pada masa Nabi SAW tidak terdapat persoalan, karena jika mereka menemukan sesuatu yang meragukan atau yang belum jelas bisa langsung melakukan konfirmasi kepada Nabi SAW. Lain halnya pasca wafatnya beliau sampai sekarang, prob-lematika Hadis sudah sedemikian rupa, yang berujung kepada terbukanya tabir untuk melihat keberadaannya sebagai otoritas keagamaan. Seperti halnya dilakukan oleh Ahmad Amin dalam bukunya Fajr al-Islam, yang melakukan kritik terhadap beberapa hal tentang Hadis. Menurutnya, orisinalitas Hadis pasca wafatnya Nabi SAW patut dipertanyakan. Sementara Musthafa al-Siba’i melakukan counter terhadap pemikiran Ahmad Amin dengan mengemukakan bukti-bukti historis orisinalitas Hadis. Dalam pandangan Musthafa al-Siba’i, kiritk Ahmad Amin terhadap Hadis kurang didasari oleh argu-mentasi yang kuat, bahkan argumentasi yang dibangun lebih bersifat asumtif, generalisasi dan tekstual.
TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT JUM'AT (Studi Naskah “Sulûk Al-Jâddah Fî Bayân Al-Jum’ah” Karya Syeikh Nawawi al-Bantani) Masrukhin Muhsin
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Research Institute and Community Engagement of IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/nuansa.v9i2.159

Abstract

Makalah ini merupakan hasil penelitian naskah “Sulûk al-Jâddah Fî Bayân al-Jum’ah” Karya Syeikh Nawawi al-Bantani. Penelitian ini menggunakan pendekatan filologi. Dalam penelitian filologi dikenal dua perlakuan terhadap naskah. Pertama, memperlakukan satu naskah sebagai bagian dari naskah-naskah lainnya yang sejudul. Dalam hal ini semua naskah yang sejudul dikumpulkan di manapun adanya, dengan tujuan mendapatkan naskah asli atau dianggap paling mendekati asli. Kedua, memperlakukan naskah sebagai naskah tunggal. Dalam hal ini peneliti mengesampingkan naskah lain yang kemungkinan ada di tempat lain. Dari dua model tersebut, penelitian ini menggunakan model kedua. Alasannya, naskah Sulûk al-Jâddah fî Bayân al- Jum’ah untuk sementara dinyatakan sebagai naskah tunggal dengan indikasi tidak ditemukan naskah lain. Untuk menganalisa data naskah, dilakukan pembacaan dua tahap, heuristik dan hermeneutik. Adapun pokok-pokok bahasan yang ada dalam naskah Sulûk al-Jâddah fî Bayân al-Jum’ah adalah berisi tentang masalah shalat Jumát dan permasalahan-perasalahan yang dihadapi oleh masyarakat seputar shalat Jum’at dan shalat Jum’at yang diulang.