Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALISIS iPENGETAHUAN iIBU iTENTANG iGIZI iBALITA iDENGAN i PERTUMBUHAN iBALITA Sumiyati Sumiyati
JURNAL WACANA KESEHATAN Vol 6, No 1 (2021): Juli 2021
Publisher : AKPER Dharma Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52822/jwk.v6i1.167

Abstract

Status igizi imerupakan isalah isatu ifaktor iyang imemperngaruhi ipertumbuhan ianak. iRendahnya itinggi ibadan berdasarkan iumur ipada ianak ibalita idi iIndonesia i35,7%. iStatus igizi ibalita iberdasarkan iMDGs idi iLampung Tahun i2010-2015 idengan igizi ikurang i18,8%, ikurus i11,8% idan ipendek i42,6%. iTujuan ipenelitian iini iadalah untuk imengetahui ihubungan ipengetahuan iibu itentang igizi ibalita idengan ipertumbuhan ibalita. iJenis iPenelitian iini ikuantitatif, irancangan ianalitik icross isectional. iBesar isampel idalam ipenelitian iini iberjumlah i55 iorang isiswa iPAUD iKenangan iHadimulyo iBarat iKota iMetro iTahun i2016 idengan iteknik ipengambilan isample imenggunakan itotally isampling. iCara ipengumpulan idata imenggunakan ichecklist. iAnalisis iyang idigunakan iadalah iuji ichi isquare i(α=0.05). iHasil imenunjukkan iproporsi ipengetahuan iibu itentang igizi ibalita i92,3% ikategori ibaik, iproporsi istatus ipertumbuhan ibalita i7.7% itidak inormal. iTidak iada ihubungan iantara ipengetahuan iibu idengan ipertumbuhan ibalita idi iPAUD iKenanga iHadimulyo iBarat iKota iMetro iTahun i2016 idengan inilai iP ivalue i0.253. iKesimpulan ipenelitian iini itidak iada ihubungan iantara ipengetahuan iibu itentang igizi ibalita idengan ipertumbuhan ibalita idi iPAUD iKenanga iHadimulyo iKota iMetro itahun i2016. iSaran iperlu idilakukan ipenelitian ilebih ilanjut idengan ivariabel ipenelitian iyang ilebih ibanyak idan ilebih ispesifik. 
The Application Of Shallots (Allium Ascalonicum L) Against Breast Engorgement Ranny Septiani; Sumiyati Sumiyati
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 8, No 3 (2022): Volume 8 No.3 July 2022
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v8i3.6562

Abstract

Latar Belakang: Pembengkakan payudara (breast engorgrment) merupakan salah satu masalah yang sering dialami ibu paling awal pada masa setelah persalinan. Pembengkakan payudara terjadi karena peningkatan produksi air susu melebihi kapasitas penyimpanan. Tingkat kejadian pembengkakan payudara yang terjadi pada ibu di masa awal menyusui dapat mencapai hingga 85% terutama ibu primigravida. Sekitar10 % ibu post partum mengalami nyeri payudara akibat dari membengkaknya payudara dan memerlukan obat penghilang rasa sakit untuk meredakan nyeri.Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas aplikasi Bawang Merah (Alium Ascalonicum L) terhadap pembengkakan payudara (Breast Engorgement) pada ibu nifas.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan Non Equivalent Control Group. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengalami pembengkakan payudara (breast engorgement) di Wilayah Kabupaten Pringsewu. Variabel dependen penelitian ini adalah pembengkakan payudara (breast engorgement) sedangkan variabel independent dari penelitian ini adalah bawang merah. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dengan teknik observasi dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner/checklist yang diisi oleh responden sebelum dan sesudah melakukan perlakuan. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tahun 2019.Hasil :Didapat nilai signifikasi/ nilai Asymp Sig (2–tiled) adalah 0,000 < 0,05. Berarti ada perbedaan hasil skor pembengkakan payudara sesudah diberi kompres bawang dengan hasil skor pembengkakan payudara sesudah perawatan payudara Breast Care.Simpulan:kompres bawang pada payudara efektif terhadap pembengkakan payudara pada ibu nifas. Bidan mempunyai kemampuan untuk menerapkan terapi komplementer untuk melakukan penatalaksanaan pembengkakan payudara.Saran: Meningkatkan kemampuan bidan dalam melakukan deteksi dini pembengkakan payudara saat menyusui, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pembengkakan payudara saat menyusui dengan berbagai metode atau teknik komplementer menggunakan ramuan atau obat tradisional yang terbukti secara ilmiah bermanfaat. Kata Kunci : Bengkak, Bawang Merah,Payudara ABSTRACT Background: Breast engorgement is one of the problems that are most often experienced by mothers in the postpartum period. Swelling of the breast occurs because the increase in milk production exceeds the storage capacity. The incidence of breast swelling that occurs in mothers during early breastfeeding can reach up to 85%, especially in primigravida mothers. About 10% of postpartum mothers experience breast pain due to breast swelling and need painkillers to relieve pain. Purpose: To determine the effectiveness of the application of Shallots (Alium Ascalonicum L) against breast engorgement in postpartum mothers. Methods: This study uses a quasi-experimental research design with the Non-Equivalent Control Group approach. The study population was all postpartum mothers who experienced breast engorgement in the Pringsewu District. The dependent variable of this study was breast engorgement while the independent variable of this study was the onion. Collecting data in this study using primary data with observation techniques using instruments in the form of a questionnaire/checklist filled out by respondents before and after treatment. The time of this research is 2019. Results : of this study found the significance value / Asymp Sig (2-tiled) value was 0,000 <0.05. This means there is a difference in the results of the breast swelling score after being given an onion compress with the result of the breast swelling score after breast care. Conclusion: Compressing the onion on the breast is effective against breast swelling in the puerperal mother. Midwives can apply complementary therapy to manage breast swelling.Suggestion Improving the ability of midwives to carry out early detection of breast swelling during breastfeeding, increasing knowledge and skills in breast swelling management when breastfeeding with various complementary methods or techniques using ingredients or traditional medicines that are scientifically proven to be useful.Keywords: Breasts, Swelling, Shallots.
Analisis Stimulasi Kemampuan Berjalan pada Bayi Usia 9 – 12 Bulan di Wilayah Puskesmas Sritejokencono Lampung Tengah Sadiman Sadiman; Islamiyati Islamiyati; Sumiyati Sumiyati
Media Informasi Vol. 19 No. 1 (2023): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.677 KB) | DOI: 10.37160/bmi.v19i1.191

Abstract

Anak yang sering digendong dan diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam pencapaian kemampuan motoriknya. Berdasarkan survei pendahuluan di 4 desa Kecamatan Kotagajah terdapat sebanyak 138 anak yang berusia 12 – 15 bulan. Dari 138 anak yang berusia 12 – 15 bulan tterdapat 24 (17%) dari 138 bayi yang belum dapat berjalan sendiri/mandiri. Penelitian bertujuan menganalisis stimulasi kemampuan berjalan anak usia 9 – 12 bulan. Metode penelitian deskriptif eksplorasi. Sampel sebanyak 27 bayi usia 9 – 12 bulan. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara menggunakan checlist dan dianalisa dengan menampilkan deskripsi dari variabel yang diteliti. Hasil penelitian: Stimulasi terbanyak yang dilakukan orang tua adalah latihan berdiri sebesar 100%, dituntun dan dititah sebanyak 93%. Rata-rata anak mulai berjalan pada usia 12 bulan dan terbanyak pada usia 13 bulan sebanyak 7 anak (25,9%). Stimulasi terbanyak yang dilakukan pada anak yang sudah dapat berjalan pada usia 10 bulan adalah tidak sering digendong dan anak tidak menggunakan alas kaki. Kesimpulan: Usia mulai berjalan pada anak di wilayah kerja Puskesmas Sritejokencono adalah 12 bulan. Stimulasi oleh orang terdekat dengan membiarkan anak belajar berjalan dengan tanpa alas kaki dan tidak sering digendong.
PENERAPAN HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI KADER POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DAN KADER BINA KELUARGA BALITA (BKB)DI KAMPUNG SAPTOMULYO, KECAMATAN KOTAGAJAH, \KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Sadiman Sadiman; Sumiyati Sumiyati; Prasetyowati Prasetyowati
EJOIN : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 5 (2023): EJOIN : Jurnal Pengabdian Masyarakat, Mei 2023
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/ejoin.v1i5.832

Abstract

Clean and healthy living behavior (PHBS) is a set of behaviors that are practiced on the basis of awareness that enables a person, family, group and community to be able to self-help in the health sector. The coverage of the 10 PHBS indicators in Lampung Province for household settings is still varied, but the target has not been met. Central Lampung Regency is maximizing the public health program "Asah, Asih, dan Fostering" to reduce cases of death of pregnant women, newborns, infants/toddlers, malnutrition, stunting and PHBS. Meanwhile, one of the Posyandu Cadres' tasks is technology transfer that transfers health information from health workers to the community, including the PHBS program. Preliminary studies conducted in Saptomulyo Village found that there had never been training or counseling on PHBS, so that the understanding and application of PHBS messages had not been fully implemented. Types of health education activities on Clean and Healthy Behavior (PHBS) for Posyandu Cadres and PKB Cadres. Measurement of knowledge through pre-test before counseling and post-test after counseling on Clean and Healthy Behavior (PHBS) for Posyandu Cadres and BKB Cadres. Activity results show that the lowest pretest score is 40 and the highest score = 90, with an average score = 68.62. While the lowest posttest score was enough for 4 people (13.79%) and the highest score was very good for 12 people (41.38%). Advice to the Tanjungkarang Health Polytechnic and Saptomulyo Village to carry out community service on an ongoing basis including PHBS counseling.
PERBEDAAN EFEKTIVITAS AROMATERAPI PEPPERMINT DAN AKUPRESUR UNTUK MENURANGI EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI TEGINENENG PESAWARAN Nova Miranti; Sumiyati Sumiyati; Septi Widiyanti; Yoga Tri Wijayanti
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah Vol. 3 No. 5 (2024): SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah, Mei 2024
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/sentri.v3i5.2817

Abstract

Mual dan muntah merupakan masalah yang terjadi pada trimester I dengan frekuensi muntah kurang dari 5 kali sehari selama kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% ibu hamil pertama (primigravida) dan 40-60% pada ibu multigravida. WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa emesis gravidarum sedikitnya mencapai 14% dari seluruh kehamilan di dunia. Angka kejadian Emesis gravidarum di Indonesia dari 2.203 kehamilan, 24,6% diantaranya mengalami emesis gravidarum. Kejadian emesis gravidarum di Provinsi Lampung pada tahun 2015 sebanyak 50-90% dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu sebanyak 182,815 orang. Derajat emesis gravidarum sebanyak .52,2% mengalami muntah dengan tingkatan ringan, 45,3% mengalami emesis gravidarum tingkat sedang dan 2,5% mengalami emesis gravidarum tingkat berat. Ibu hamil trimester II masih mengalami emesis gravidarum sebanyak 40,1%, emesis gravidarum ringan sebanyak 63,3%, muntah muntah tingkat sedang sebanyak 35,9% dan emesis gravidarum tingkat berat sebanyak 0,8%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan efektifitas aromaterapi pappermint dengan terapi akupresur terhadap penurunan emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimen dengan design Pretest- Posttest With Control Group. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester I yang datang di TPMB Miradiyah dan Laily kurniawati sebanyak masing-masing TPMB 11 sampel. Teknik pengambilan sempel adalah accidental sampling. Hasil analisi univariat dari 11 responden pada masing-masing TPMB diperoleh rata-rata frekuensi emesis gravidarum sebelum diberikan aromaterapi peppermint adalah 10,27 kali dengan standar deviasi 1.272 sedangkan rata-rata frekuensi emesis gravidarum setelah diberikan aromaterapi peppermint adalah 6.09 kali dengan standar deviasi 1.044 dan rata-rata frekuensi emesis gravidarum sebelum dilakukan akupresur 10.36 dengan standar deviasi 1.859 sedangkan sesudah diberikan akupresur 4.18 dengan standar deviasi 1.168 hasil analisis bivariate dengan uji mann whitney di dapatkan p-value 0,002 atau p-value < α( 0,05) yang artinya ada pengaruh terhadap penurunan emesis gravidarum Simpulan dalam penelitian ini akupresur lebih efektif disbanding aromaterapi peppermint. Saran untuk tenaga kesehatan agar dapat dijadikan salah satu pilihan terapi non farmakologi yang aman dan efektif dan praktis dalam upaya penurunan emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. dan untuk penelitian selanjutnya diharapkan diharapkan untuk penyempurnaan penelitian.
The role of family in improving the management of diabetes mellitus patients Anita Lontaan; Yulien Adam; Femmy Keintjem; Sumiyati Sumiyati
Jurnal Edukasi Ilmiah Kesehatan Vol. 2 No. 2 (2024): Jurnal Edukasi Ilmiah Kesehatan (Junedik)
Publisher : Edukasi Ilmiah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61099/junedik.v2i2.43

Abstract

Introduction: diabetes mellitus is a chronic disease that requires long-term management involving patients and their families. The role of the family in improving the management of diabetes mellitus patients is very important to achieve good blood sugar control and prevent long-term complications. This study aims at the role of family in improving the management of diabetes mellitus patients. Methods: this research is a quantitative method with a quasi-experimental research design with a non-equivalent control group research design with a sample size of 20 respondents Results: shows that in the intervention group, most family roles have a good category where respondents have family roles are as many as 7 people (70%) and respondents who have poor family roles are as many as 3 people (30%). While in the control group, respondents who had poor family roles were as many as 8 people (80%) and respondents who had good family roles were as many as 2 people (20%). In the final measurement (Post-test) in the intervention group and the control group, p = 0, 028 or p < 0.05 means that there are differences in family roles in both groups in the final measurement (Post-test) Conclusions: the role of the family is very important in improving the management of diabetes mellitus patients. Family support and involvement in assisting patients in living a healthy diet, following the right medication regimen, and maintaining an active lifestyle can help achieve good blood sugar control and prevent long-term complications. Factors such as knowledge of diabetes, emotional support, and ability to manage diabetes-related situations also influence the family's role in the management of this condition. Therefore, education to families about diabetes, the psychological and practical support they provide to patients, as well as their involvement in healthy lifestyle changes are important things to note.