Sefri Noventi Sofia
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Jurnal Kedokteran Diponegoro

PERBEDAAN PROFIL LIPID PADA PASIEN DENGAN ANGINA PEKTORIS STABIL DAN SINDROMA KORONER AKUT Tsyaning, Wikan Tamara; Uddin, Ilham; Sofia, Sefri Noventi; Utami, Sulistiyati Bayu; Setiawan, I Edward Kurnia
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.239 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21185

Abstract

Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kardiovaskular dengan tingkat mortalitas paling tinggi. Manifestasi yang paling sering dari PJK adalah Angina Pektoris Stabil (APS) dan Sindroma Koroner Akut (SKA). Patofisiologi APS dan SKA memiliki perbedaan di vulnerabilitas plak, dimana vulnerabilitas plak itu sendiri berhubungan dengan kadar profil lipid.Tujuan Mengetahui gambaran dan perbedaan profil lipid pada pasien dengan APS dan SKA.Metode Observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien APS dan SKA yang menjalani terapi di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan belum mendapat obat antihiperlipidemia ataupun mendapat obat antihiperlipidemia kurang dari seminggu. Data yang diambil merupakan data sekunder. Analisa data menggunakan uji t tidak berpasangan. Perbedaan dinyatakan bermakna jika p>0.05.Hasil Berdasarkan data yang terkumpul sebanyak 38 subjek, didapatkan perbedaan rerata profil lipid, yaitu kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL antara subjek APS dan SKA berturut-turut 184.11±41.96 mg/dl dan 192.63±47.38 mg/dl; 120.42±44.04 mg/dl dan 148.05±52.22 mg/dl; 115.68±36.68 mg/dl dan 126.11±44.56mg/dl; 44.42±11.51 mg/dl dan 39.74±13.61 mg/dl. Pada Uji t tidak berpasangan tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada masing-masing profil lipid dengan nilai p pada kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL berturut-turut 0.561, 0.086, 0.436, dan 0.162.Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar profil lipid pada pasien APS dan pasien SKA.
HIPONATREMIA SEBAGAI PREDIKTOR MORTALITAS GAGAL JANTUNG STUDI KASUS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Vionika Vitasari; Ilham Uddin; Sefri Noventi Sofia
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.633 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21492

Abstract

Latar Belakang Gagal jantung adalah salah satu masalah kardiovaskular dengan tingkat mortalitas yang tergolong tinggi. Pemeriksaan fisik dan penunjang dilakukan untuk mengetahui tingkat mortalitas pada pasien dengan gagal jantung. Hiponatremia merupakan salah satu prediktor mortalitas pada pasien dengan penyakit gagal jantung yang tergolong praktis untuk dilakukan.Tujuan Membuktikkan hubungan hiponatremia dengan kejadian mortalitas penderita gagal jantung di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Metode Observasional analitik retrospektif dengan desain case control. Sampel penelitian ini adalah pasien gagal jantung yang dirawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Hasil Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pasien gagal jantung yang hiponatremia terhadap kejadian mortalitas di RSUP dr. Kariadi Semarang dengan nilai p berturut-turut p=0,009 dan p=0,017 dengan OR = 6,067. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pasien gagal jantung dengan usia ≥51 tahun (p=0,613;OR=1,593), normotensi (p=0,011 dan p=0,091; OR=5,926), riwayat diabetes mellitus (p=0,319;OR=1,950), kadar kreatinin yang meningkat (p=0,740;OR=0,802) terhadap kejadian mortalitas di RSUP dr. Kariadi Semarang.Kesimpulan Terdapat hubungan antara hiponatremia dengan kejadian mortalitas pada penderita gagal jantung di RSUP dr. Kariadi Semarang. Sehingga hiponatremia dapat dijadikan prediktor mortalitas pasien gagal jantung di RSUP dr. Kariadi Semarang.
HUBUNGAN ANTARA FUNGSI SISTOLIK DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK Alfredo Alfredo; Sefri Noventi Sofia; Erna Setiawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.67 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14217

Abstract

Latar Belakang : Gagal jantung adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas, fatigue, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung memompa darah sesuai dengan kebutuhan jaringan. Gagal jantung kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi menjadi gagal jantung sistolik dan gagal jantung diastolik. Sebagai salah satu penyakit kronik, gagal jantung akan mempunyai dampak terhadap kualitas hidup pasien. Terdapat beberapa penelitian yang meneliti hubungan antara fungsi sistolik dengan kualitas hidup pasien, tetapi terdapat hasil yang bertolak belakang satu sama lain.Tujuan : Mengetahui bagaimana hubungan antara fungsi sistolik dengan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kronik.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional. Sampel sebanyak 32 pasien gagal jantung kronik yang memenuhi kriteria inklusi dengan metode consecutive sampling. Dari hasil ekokardiografi didapatkan nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri dan penilaian kualitas hidup menggunakan kuesioner MLHF.Hasil : Hasil uji korelasi antara LVEF dengan skor kuesioner dimensi fisik, dimensi emosi dan skor keseluruhan MLHFQ tidak menunjukkan adanya korelasi karena p > 0,05. Pada uji korelasi LVEF dengan dimensi fisik dan MLHFQ total didapatkan arah korelasi negatif (-) dengan kekuatan korelasi sangat lemah (<0,2). Pada uji korelasi LVEF dengan dimensi emosi didapatkan arah korelasi positif (+) dengan kekuatan korelasi sangat lemah (<0,2).Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi sistolik dengan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kronik, baik dari dimensi fisik, dimensi emosi, maupun secara keseluruhan.
HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI VENTRIKEL KIRI DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL AKUT POST OPERASI KATUP JANTUNG Arum Citra Melati; Sefri Noventi Sofia
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.225 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23297

Abstract

Latar Belakang : Penyakit jantung katup didefinisikan sebagai kelainan struktural atau fungsional katup jantung. Kelainan pada katup jantung dapat mengganggu aliran darah ke seluruh tubuh. Operasi katup jantung menjadi pilihan terapi untuk mencegah komplikasi terjadi lebih berat pada jantung. Terdapat beberapa komplikasi terkait operasi, salah satunya adalah gagal ginjal akut. Rendahnya cardiac output diduga sebagai penyebab primer penurunan fungsi ginjal post operasi jantung. Penurunan cardiac output post operasi dapat dipengaruhi oleh fraksi ejeksi ventrikel kiri, durasi penggunaan cardiopulmonary bypass, dan lainnya. Tujuan : Mengetahui hubungan fraksi ejeksi ventrikel kiri pre operasi dengan kejadian gagal ginjal akut post operasi katup jantung di RSUP Dr Kariadi Semarang Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik korelasi dengan desain cross sectional. Subyek sebanyak 25 pasien jantung rematik yang melakukan operasi ganti katup jantung mitral dan/atau aorta di RSUP Dr Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode consecutive sampling. Nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri didapatkan dari hasil ekokardiografi dan nilai kreatinin didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium darah. Hasil Penelitian : Hasil uji korelasi antara LVEF dengan delta kreatinin menunjukkan kekuatan korelasi yang lemah dan berbanding terbalik (r=-0,026; p=0,322), yang artinya semakin rendah LVEF maka semakin tinggi delta kreatinin yang menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal, namun hal ini tidak signifikan secara statistik. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara fraksi ejeksi ventrikel kiri dengan kejadian gagal ginjal akut post operasi katup jantung mitral dan/atau aorta.Kata Kunci Penyakit jantung katup, operasi katup jantung, LVEF, gagal ginjal akut
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KARBOHIDRAT DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Risky Wijaya Utami; Sefri Noventi Sofia; Etisa Adi Murbawani
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.061 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18627

Abstract

Latar  Belakang:  Konsumsi makanan tinggi karbohidrat dapat menyebabkan peningkatan pembentukan asetil-KoA dari proses dekarboksilasi fosforilasi dan meningkatkan pembentukan kolesterol serta trigliserida yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan karbohidrat dengan profil lipid (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada pasien penyakit jantung koroner.Metode: Penelitian menggunakan desain belah lintang. Subjek penelitian adalah 32  orang berusia 35-64 tahun yang berobat di RSUP Dr. Kariadi. Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan Semiquantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), sedangkan data sekunder diperoleh dari data rekam medis subjek penelitian. Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro Wilk. Uji bivariat menggunakan uji korelasi Pearson, Independent sampel T-test dan One way anova, sedangkan untuk uji multivariat menggunakan uji regresi linear.Hasil: Uji korelasi Pearson untuk hubungan antara asupan karbohidrat dengan profil lipid (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) menunjukkan nilai p sebesar 0,051; 0,771; 0,106; 0,143 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dengan profil lipid. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa kadar kolesterol total dipengaruhi oleh aktivitas fisik, tetapi untuk kadar kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida tidak dipengaruhi oleh variabel asupan makanan dan aktivitas fisik.Simpulan:  Asupan karbohidrat tidak berhubungan dengan profil lipid pada pasien jantung koroner. 
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN LEMAK DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Tri Agrina; Sefri Noventi Sofia; Etisa Adi Murbawani
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.619 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18643

Abstract

Latar Belakang: Kejadian penyakit jantung koroner (PJK) akibat aterosklerosis sebagai salah satu penyebab utama kematian pada penyakit kardiovaskular diperkirakan akan terus meningkat. Perkembangan proses penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh faktor kadar lemak darah (profil lipid) yang bersumber dari asupan makan harian, salah satunya adalah lemak. Penelitian mengenai hubungan antara asupan lemak dengan profil lipid sebelumnya masih kontroversi dan perlu dilakukan lebih lanjut. Asupan lemak yang diteliti adalah jenis asam lemak tidak jenuh berantai ganda (PUFA)Tujuan: Menganalisis hubungan antara asupan lemak dengan profil lipid pada pasien penyakit jantung koroner.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien rawat jalan penyakit jantung koroner RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer berupa asupan PUFA hasil pengisian kuesioner SQ-FFQ yang diolah dengan Nutri Survey 2007, serta data sekunder berupa profil lipid yang diperoleh dari instalasi rekam medis RSUP dr. Kariadi Semarang.Hasil: Analisis uji korelasi pearson antara asupan PUFA dengan profil lipid diperoleh nilai p>0,05, yaitu terhadap kolesterol total dengan nilai p=0,367dan r= -0,165, kolesterol HDL dengan nilai p=0,545 dan r= -0,111 , kolesterol LDL dengan nilai p= 0,412 dan r= -0,150, serta trigliserida dengan nilai p=0,578 dan r= -0,102.Simpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara asupan PUFA dengan profil lipid pada pasien penyakit jantung koroner.
BLOOD PRESSURE CORRELATION WITH IN-HOSPITAL MORTALITY ST-ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION PATIENT CASE STUDY IN RSUP DR. KARIADI Agung Satria Winahyu; Ilham Uddin; Sefri Noventi Sofia; Ariosta Ariosta
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.025 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i4.27670

Abstract

Background: Blood pressure had been suspected to correlate with in-hospital mortality on ST-Elevation Myocardial Infarct (STEMI) patients. Aim: To prove the correlation between blood pressure with short-term in-hospital mortality on STEMI patients. Methods: This study was a retrospective analytic observational qualitative study with a cohort design. The data collecting technique used STEMI patient medical records at the RSUP dr. Kariadi and took blood pressure data when the patients admitted to the hospital, after that divided into three groups, namely hypertension, normotension, and hypotension, then analyze the data on the output of patients alive or dying when they were discharged from the hospital using Fisher exact test.  Results: Hypertension (p=0,428; OR=0,355), Normotension (p = 1; OR=1,267), and Hypotension (p=0,687; OR=1,500) along with hypertension history (p=0,785; OR=1,200) was not correlated with in-hospital mortality of STEMI patient in RSUP dr. Kariadi.  Conclusion: There was no correlation between blood pressure at admission with in-hospital mortality in STEMI patients.
HUBUNGAN JUMLAH LEUKOSIT TERHADAP KADAR TROPONIN I PADA PASIEN INFARK MIOKARD Radiyan Meidhiyanto; Ilham Uddin; Sefri Noventi Sofia
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.944 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15813

Abstract

Latar Belakang Infark Miokard atau Infark Miokard Akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian didunia. Lebih dari 7 juta orang didunia terdeteksi penyakit ini tiap tahunnya. Alat diagnostik IMA yang ada saat ini cenderung sulit ditemukan karena tidak semua fasilitas kesehatan memilikinya. Diperlukan alat diagnosis yang mudah diakses dan terjangkau di masyarakat.Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah leukosit terhadap kadar troponin I pada pasien dengan infark miokard akut.Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional retrospektif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien infark miokard akut yang diperiksa di RSUP Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah.yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk rekam medis pasien.Hasil Didapatkan hubungan yang signifikan antara jumlah leukosit dengan kadar troponin I pada pasien IMA (p=0,001). Kuat hubungan secara statistik antar variabel termasuk dalam kategori sedang (0,4 – <0,6), dengan arah korelasinya positif yang artinya semakin tinggi variabel bebas, maka semakin tinggi juga variabel terikat.Kesimpulan Terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kadar troponin I pada pasien Infark miokard akut.
HUBUNGAN TINGKAT ADIKSI MEROKOK DENGAN DERAJAT KEPARAHAN ATEROSKLEROSIS PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Muhammad Ridwan Rusydi Yudanardi; Andreas Arie Setiawan; Sefri Noventi Sofia
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.302 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14809

Abstract

Latar Belakang : Penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan negara. Merokok sebagai salah satu faktor risiko, memiliki peranan penting dalam perjalanan penyakit jantung dan pembuluh darah. Paparan molekul asap rokok sendiri telah diketahui memberi dampak yang signifikan dalam terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah. Namun, belum ada penelitian yang membandingkan tingkat adiksi merokok terhadap derajat kerusakan pembuluh darah di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat adiksi merokok dengan derajat keparahan aterosklerosis pada pasien penyakit jantung koronerMetode: Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional, melalui wawancara dengan 30 responden yang merupakan pasien instalasi jantung RSUP Dr.Kariadi yang menjalani pemeriksaan angiografi koroner dengan rentang usia 40 hingga 65 tahunHasil : Didapatkan bahwa banyak maupun sedikit paparan asap rokok, tidak mempengaruhi derajat keparahan aterosklerosis pada pembuluh darah koroner jantung (p=0,156)Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat adiksi merokok dengan derajat keparahan aterosklerosis pada pasien penyakit jantung koroner
HUBUNGAN ANTARA FUNGSI DIASTOLIK DENGAN DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK DENGAN FRAKSI EJEKSI NORMAL Marchilia Widistana; Sefri Noventi Sofia; Erna Setiawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.076 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14810

Abstract

Latar Belakang : Gagal jantung kronik masih memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi walaupun telah ada beberapa penelitian mengkaji upaya peningkatan kualitas hidup. Fungsi diastolik merupakan salah satu siklus jantung yang dikatakan dapat dideteksi lebih awal sebelum muncul manifestasi klinik sehingga lebih berpengaruh terhadap kualitas hidup dibanding fungsi sistolik. Namun ada penelitian menyatakan tidak ada perbedaan antar keduanya.Tujuan : Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kualitas hidup dengan fungsi diastolik pasien gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi normalMetode : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional menggunakan data primer yaitu kuesioner serta data sekunder yaitu rekam medis dan data ekokardiografi. Sampel sebanyak 32 pasien yang sudah didiagnosis gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi normal yang memenuhi kriteria tertentu. Dari hasil ekokardiografi didapatkan nilai E/e’ sebagai indiktor fungsi diastolik. Kemudian pasien mengisi kuesioner MLHF (Minnesota Living with Heart Failure) berisi 21 pertanyaan tentang aktivitas sehari-hari mereka. Uji statistik menggunakan uji korelasi pearsonHasil : Fungsi diastolik memiliki korelasi yang tidak bermakna dengan kualitas hidup (p>0,05). Didapatkan korelasi positif sangat lemah pada dimensi fisik (r=0,044; p=0,810), dimensi umum (r=0,057; p=0,757), dimensi emosi (r=0,003; p=0,988) dan skor total MLHFQ (r=0,042; p=0,820)Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi diastolik dengan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi normal.