Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

The Role Of Cultural Values In Motivating The Competencies Of Hindu Balinese Human Resources In Tourism To Gain Manager Level Positions In Rated Hotels In Bali Anastasia Sulistyawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 1 No 1 (2018): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v1i1.1

Abstract

Menghadapi pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah terealisasi sejak 2015, Bali sebagai gerbang utama pariwisata Indonesia harus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Pariwisata Hindu di Bali (SDM PHB). Winata (2014: 6) melihat bahwa adat istiadat menyebabkan SDM PHB memiliki komitmen rendah karena sering libur untuk urusan adat. Dampaknya, ada kasus hotel di Kuta yang tidak mau merekrut SDM PHB. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah peranan nilai budaya Bali sebagai potensi dan kendala kompetensi SDM PHB dalam mencapai posisi manajer pada hotel berbintang di Bali?. Penelitian ini memakai metode Triangulasi Konkuren, dengan pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner. Penentuan sampel secara purposive sampling. Lokasi penelitian di Sanur, Kuta, dan Nusa Dua. Data dianalisis dengan teori Motivasi McClelland (1976), teori Kompetensi Spencer dan Spencer (1993) yang dibahas secara deskriptifinterpretatif ditunjang dengan perhitungan PCA (Principal Component Analysis). Hasil penelitian menunjukkan SDM PHB memiliki kompetensi yang baik. Kompetensi baik yang dimiliki SDM PHB tidak terlepas dari dukungan latar belakang nilai budaya Balinese Cultural Values (BCV) yang dimiliki SDM PHB yang bersumber dari konsep-konsep budaya dan agama Hindu. Dilihat dari variabel budaya, SDM PHB memegang teguh konsep pawongan dengan indikator terkuat tresna (79,1%), disusul dengan konsep parahyangan dengan indikator terkuat Dharma yatra (75%) dan terakhir konsep palemahan dengan indikator terkuat Bali shanti (69,8%). Kendala yang dihadapi SDM PHB untuk menduduki posisi manajer pada Hotel Berbintang di Bali, berasal dari faktor internal yaitu motif dalam diri sebagai akibat dari adanya kesalahan dalam pemahaman dan pemaknaan BCV. Strategi untuk meningkatkan positivisme Spiritual Quotient tentangarti penting jabatan manajer bagi SDM PHB seperti itu adalah dengan memberi program motivasi pengembangan karier melalui pelurusan makna Balinese Cultural Values yang dimilikinya menjadi bermaknapositif bagi peningkatan taraf hidup dirinya, bagi kemajuan perusahaan dan lingkungan serta bagi Tuhan.
Sate Lilit Lindung Dan Sate Kakul Kuliner Tradisonal Langka Di Bali Ejasa Sembiring; Anastasia Sulistyawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 1 No 1 (2019): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v1i1.14

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Identifikasi dan inventarisasi mengenai sate lilit lindung dan sate kakul, (2) Cara untuk merevitalisasi lingkungan sumber hidup (alami dan hayati) bahan utama jenis sate lilit lindung dan sate kakul yang sudah langka tersebut. Jenis penelitian adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data adalah wawancara dan studi pustaka. Teori digunakan teori revitalisasi dan pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahan utama sate lilit lindung dan sate kakul berlokasi hidup di sawah, memiliki gizi tinggi dan pembuatan berdasarkan tradisi turun temurun masyarakat Bali. Revitalisasi perlu dilakukan karena masalah habitat untuk bahan utama berupa lindung dan kakul menjadi berkurang. Revitalisasi dapat dilakukan dengan revitalisasi fisik menjaga lingkungan aslinya dan melalui pembudidayaan. Dukungan semua stakeholder dibutuhkan agar dapat meningkatkan kesadaran budaya, sehingga nantinya diharapkan juga membangkitkan keinginan menyelamatkan lingkungan sumber daya alam dan hayatinya dari tindakanyang dapat merusak.
Be Klipes Dan Be Blauk Kuliner Serangga Air Tawar Langka Di Bali I Gusti Ayu Ari Agustini; Anastasia Sulistyawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 1 No 1 (2019): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v1i1.15

Abstract

Perubahan sistem pertanian berpengaruh terhadap keberadaan dari sumber daya hayati. Tujuan penulisan ini adalah: (1) Mengetahui gambaran umum kuliner khas Bali dari serangga air tawar. 2) Memeroleh strategi menjaga sumber daya hayati kuliner khas Bali dari serangga air tawar. Teknik pengumpulan data adalah melalui wawancara dan studi pustaka. Teori digunakan teori revitalisasi dan budi daya. Hasil penelitian menunjukkan olahan masakan yang terbuat dari serangga air bernama klipes dan blauk, sebagai makanan pendamping. Lauk ini merupakan sumber protein, vitamin, dan gizi, sekaligus sumberenergi utama bagi tubuh. Strategi menjaga sumber daya utama kuliner adalah menggunakan sistem pertanian organik. Penerapan pertanian organik secara luas sekaligus dapat menjadi penyelamatan sumber dayaalami dan hayati dari bahan utama be klipes dan be blauk. Strategi berikutnya adalah melalui budi daya yang hanya dapat dilakukan pada blauk.
Tradisi Megibung, Gastrodiplomacy Raja Karangasem Anastasia Sulistyawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 1 No 2 (2019): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v1i2.26

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi lain dari makanan dan tradisi makan dari gastronomi menjadi gastrodiplomasi dalam masyarakat, dengan memahami misi dan visi dari dibuatnya tradisi Megibung sebagai sarana pengendalian sosial di masyarakat baik di masa lampau maupun sekarang dan yang akan datang, serta peran dari Pemda setempat dalam membangun citra kuliner setempat menjadi ekonomi kreatif. Metode penelitian yang digunakan memecahkan atau menjawab seluruh masalah yang ada dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Megibung sejak awal sejarahnya sudah diciptakan sebagai sarana diplomasi bagi masyarakat petani di sawah, kemudian berkembang menjadi sarana diplomasi untuk konsolidasi pasukan/laskar perang oleh raja Karangasem dalam merebut Sasak. Pada pasca perang dimanfaatkan untuk sarana rekonsiliasi antar etnis (Sasak dan Bali) dan umat (Islam dan Hindu) dalam mendukung eksistensi kekuatan kerajaan Karangasem. Kemudian di masa damai ini menjadi sarana budaya membangun solidaritas persatuan dan kesatuan masyarakat dari lapisan bawah sampai atas, serta sarana diplomasi antar bangsa dengan konsep glokal (globalisasi lokalitas) tanpa sekat kelas sosial dan materi. Mengingat tingginya nilai budaya Megibung, yang di masa global ini mulai mendapat tantangan karena adanya catering (prasmanan) yang lebih simpel dan praktis. Untuk itu dibutuhkan program penyelamatan agar tidak punah ditelan zaman. Warisan tradisi ini harus terus dijaga dan direvitalisasi agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang dengan menjadikan tradisi Megibung sebagai sarana pembangunan ekonomi kreatif di Karangasem. Melalui tradisi Megibung generasi muda dapat belajar magang dalam mengolah berbagai jenis masakan tradisional Bali yang dapat dijadikan bekal untuk modal keahlian dalam bisnis ekonomi kreatif di bidang pariwisata, yang secara bersamaan otomatis juga telah ikut melestarikan keberlanjutan dari tradisi budaya Megibung itu sendiri. Oleh karena itu, Pemda Karangasem harus bisa mendorong pengembangan pariwisata budaya berkelanjutan menuju ekonomi kreatif yang mengutamakan kepuasan wisata kuliner atau gastronomi khususnya.
Penerapan Tri Hita Karana Sebagai Aplikasi Marketing 3.0 The Royal Pita Maha Resort Syahrul Sauta; Anastasia Sulistyawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 4 No 1 (2021): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v4i1.70

Abstract

Ubud memiliki potensi keindahan alam, sehingga menarik investor dalam mengembangkan hotel dan resort. Hal inilah memunculkan persaingan ketat. Salah satu metode bersaing yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan strategi dari marketing 3.0. Tjampuhan Group sejak lama telah mengembangkan bisnis hospitality berlandaskan budaya konsep Tri Hita Karana. Tujuan penelitian adalah untuk memahami dasar pemilihan brand ‘The Royal Pita Maha Resort’ dilihat dari Resource Based View Barney dan mendeskripsikan strategi pemasaran The Royal Pita Maha Resort dilihat dari marketing 3.0 Kotler. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan Brand memiliki kekuatan daya saing, karena sudah tidak asing lagi di telinga para wisatawan mancanegara sejak tahun 1930-an. The Royal Pita Maha sudah menerapkan strategi marketing 3.0 berbasis Tri Hita Karana (THK), pembangunan hotel tidak hanya berfokus pada komersial tapi juga berusaha menyeimbangkan antara komersial, sosial, kultur, dan spiritual. Positioning, diferensiasi, dan branding berpengaruh positif terhadap daya saing Hotel The Royal Pita Maha Resort. Dampak yang dihasilkan dari penerapan marketing 3.0 berbasis THK adalah dampak positif dilihat dari segi ekonomi, sosial, lingkungan, hingga spiritual.
Modifikasi Masakan Barat Dengan Cita Rasa Indonesia Berbahan Dasar Kedelai Dan Turunannya Sharoon Virgi Angeliq; Anastasia Sulistyawati; Ni Nyoman Widani
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 3 No 2 (2020): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v3i2.77

Abstract

Modifikasi resep masakan Barat dengan menggunakan kedelai dan produk turunannya masih jarang diterapkan oleh masyarakat, Terlebih bila modifikasi masakan barat tersebut dikombinasikan dengan cita rasa masakan Indonesia. Tugas akhir karya kompetensi kreatif ini dibuat dengan tujuan untuk merealisasikan ide penulis terhadap pengembangan resep hasil modifikasi masakan barat dengan menggunakan kedelai dan produk turunannya yang dikombinasikan dengan sentuhan cita rasa khas Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode research and development model penelitian 4D (Define, Design, Development dan Dissemination). Teori yang digunakan yaitu Teori modifikasi resep, teori fusion food dan uji organoleptik. Teori uji organoleptik yang dimaksud adalah kuisioner penilaian uji hedonik. Digunakan 15 (lima belas) Panelis umum yang dipilih secara acak dan 4 (empat) Panelis ahli yang ditentukan kampus. Terdapat 13 (tiga belas) resep modifikasi dari dilakukannya penelitian ini. Diperoleh nilai rata-rata dari penilaian uji hedonik adalah 4.18 untuk warna, 4.18 untuk aroma, 4.39 untuk rasa, 4.13 untuk tekstur, dan 4.25 untuk keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa para Panelis memberikan respon positif dan menyukai 13 (tiga belas) masakan hasil modifikasi yang diciptakan oleh Penulis dengan memberikan beberapa catatan dan komentar agar masakan yang diciptakan makin sempurna.
Inovasi Kuliner Peranakan Chinese-Indonesia Randy Sienatra; Anastasia Sulistyawati; Ni Ketut Veri Kusumaningrum
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 3 No 2 (2020): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v3i2.80

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tampilan dan citarasa masakan Chinese-Indonesia setelah diinovasikan dengan berbagai bahan lokal khas Indonesia. Penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penulis menggunakan kuesioner/angket untuk mendapatkan data tentang inovasi masakan peranakan Chinese-Indonesia. Panelis pada penelitian ini meliputi dua orang ahli dibidang kuliner dan mahasiswa dibidang kuliner. Peneliti menginovasi 10 jenis masakan peranakan Chinese-Indonesia yang telah ada dengan cara memadukan masakan tersebut dengan berbagai bahan makanan lokal yang memiliki citarasa unik dan belum lumrah. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 10 masakan yang di uji coba: kwetiauw goreng sosis jeruk nipis, mie tek-tek tumis asparagus, nasi goreng hongkong belimbing wuluh, ayam saus mentega jeruk nipis, sapo tahu bali, pare szehchuan, udang mentega jeruk nipis, misoa iga babi, ifumie kepiting belimbing wuluh, capcay daun kelor yang sudah diinovasikan memiliki citarasa yang unik dan mampu memberikan pembaharuan pada rasa masakan peranakan, namun tetap mempertahankan rasa yang otentik/asli dari masakan tersebut karena metode dan bumbu yang digunakan tetap mempertahankan bumbu asli dari masakan tersebut. Dari data uji hedonik disimpulkan bahwa, para panelis menyukai modifikasi makanan Indonesia masakan peranakan Chinese-Indonesia. Hasil rata-rata yang diperoleh sebagai berikut, untuk warna diperoleh nilai 3,7 yang menunjukan peserta agak suka terhadap hasil modifikasi, lalu untuk rasa diperoleh nilai 3,9 yang menunjukkan peserta suka, untuk aroma diperoleh nilai 4,1 yang menunjukan peserta agak suka, untuk tekstur diperoleh nilai 4,2 yang menunjukkan peserta suka, dan yang terakhir diperoleh nilai 3,8 untuk keseluruhan yang menunjukan peserta suka. Dari hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masakan modifikasi peranakan Chinese-Indonesia ini disukai dan bisa diterima oleh para panelis.
Berbagai Makna Sate Pada Upakara Umat Hindu Di Bali Anastasia Sulistyawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 3 No 2 (2020): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v3i2.86

Abstract

Salah satu budaya kuliner yang terkenal dan banyak jenisnya di Bali adalah kuliner jenis sate. Sate pada filosofi Hindu Bali bukan hanya hidangan, tetapi juga diperuntukkan bagi Dewa-Dewi. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan inventarisasi mengenai berbagai jenis sate yang dikenal umat Hindu di Bali, mengenali makna filosofi penggunaan dari jenis sate yang ada pada upakara umat Hindu di Bali, dan mengetahui berbagai bahan dan bumbu serta cara pengolahan jenis sate di Bali. Teori yang digunakan adalah teori gastronomi dan semiotika. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa studi kepustakaan. Hasil penelitian adalah sate di Bali mempunyai dwi fungsi, yaitu sate persembahan dan sate hidangan. Dari segi bentuknya terdapat 13 jenis sate. Dari segi dagingnya, ada sate ayam, bebek, babi, dan penyu. Sate merupakan simbolisme Lingga/Brahma Purusa (Tuhan Maha Pencipta). Sate juga merupakan simbol senjata Dewata Nawa Sanga yang dipakai Dewi Durga mengalahkan Kala. Bumbu sate yang disebut basa genep/base gede mengandung simbol nyasa (pemusatan pikiran). Jadi, keberadaan semua jenis sate adalah salah satu bentuk pemahaman filosofi Siwa Sidhanta di Bali yang berkaitan dengan bentuk simbol (nyasa) atribut Dewi Durga (sakti Dewa Siwa sebagai Dewa tertinggi). Jadi, sate menyimbolkan sifat Purusa. Data dapat digunakan sebagai masukan untuk peneliti lain.
Dekonstruksi Kue Khas Kalimantan Menjadi Western Dessert Rizqy Prasetyani Putri; Anastasia Sulistyawati; Billy Tanius
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 5 No 1 (2022): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v5i1.100

Abstract

Kue tradisional kurang populer jika dibandingkan dengan western dessert yang dipasarkan di Indonesia sehingga generasi muda Indonesia merasa kue tradisional tidak bisa bersaing di pasar internasional. Pada karya kompetensi kreatif ini, penulis mendekonstruksi kue khas Kalimantan menjadi western dessert agar kue tradisional terlihat lebih menarik. Penulis menggunakan kue khas Kalimantan karena memiliki sejarah yang unik dan masih kurang dikenal masyarakat Indonesia. Metode pada penelitian ini menggunakan research and development (R&D) dengan model 4D yaitu (define, design, development dan dissemination). Teori yang digunakan yaitu teori dekonstruksi pada makanan dari Ferran Adrià. Uji coba produk dalam penelitian ini menggunakan uji hedonik dengan menguji kesukaan seseorang terhadap warna, rasa, tekstur, aroma dan penampilan keseluruhan makanan. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disebarkan pada 6 panelis ahli dan 42 panelis umum. Hasil dari penelitian ini berupa 10 resep antara lain: kararaban swiss roll, amparan tatak mousse, gegicak coconut cake, puracit choux au craquelin, bingka tartlet, putri keraton bundt cake, pisang gapit cheesecake, putri selat panna cotta, hintalu karuang flan cake, jendral mabok soufflé. Hasil nilai rata-rata keseluruhan dari penilaian uji hedonik adalah 4.32 untuk warna, 4.39 untuk rasa, 4.33 untuk aroma, 4.36 untuk tekstur, dan 4.56 untuk keseluruhan. Dapat disimpulkan dari hasil nilai rata-rata bahwa para Panelis memberi respon positif dan menyukai 10 menu hasil dekonstruksi.
Bebek Betutu Sebagai Kuliner Upakara Umat Hindu, Dalam Kaitan Budidaya Bebek Bali Dan Revitalisasinya Saat Ini Anastasia Sulistyawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 5 No 1 (2022): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v5i1.102

Abstract

Dalam agama Hindu di Bali, bebek betutu memiliki peran penting sebagai sarana upakara untuk mendapatkan berkah. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan inventarisasi mengenai berbagai cara tradisional untuk membuat jenis kuliner upakara bebek betutu, memahami alasan filosofi dan etika penggunaan sarana upakara dari hewan bebek dalam yadnya umat Hindu di Bali termasuk jenis pengolahannya, dan mengetahui fungsi menggunakan bebek betutu dalam kaitan budidaya bebek Bali dan revitalisasinya di Bali sampai saat ini. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan pengumpulan data melalui studi kepustakaan.Hasil penelitian adalah bebek betutu merupakan olahan daging dalam bentuk utuhan, yang bakar di dalam bara api (sekam) dalam jangka panjang. Pada awalnya fungsi utamanya sebagai lauk upakara/banten yang bernama Suci (Ben Banten Suci). Banten suci dengan lauk bebek betutu termasuk banten upasaksi (simbol saksi upacara) yadnya menempati posisi sebagai ulu (tempat tertinggi). Dipilihnya bebek karena sifat-sifat baik yang dimiliki bebek. Penggunaan bebek betutu dalam kurban suci tergolong yadnya jenis janggama dan mantiga. Revitalisasi menu bebek sebagai kuliner khas Bali yang dilakukan dengan modifikasi teknik pengolahan dan penyajiannya telah menjadikan kuliner bebek betutu mendunia.