Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kolektivitas Tenaga Kerja Dalam Pertanian : Studi Tentang Implikasi Curahanh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Petani di Kabuopaten Sumedang, Jawa Barat) Suwartapradja, Opan Suhendi
Padjadjaran Journal of Population Studies Vol 10, No 1 (2008)
Publisher : Padjadjaran Journal of Population Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.568 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menggali dan memahami potensi lokal yang terkait dengan ketenagakejaan yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat petani sebagai suatu alternatif didalam mengurangi biaya produksi dan atau meningkatkan pendapatan petani. Metode yang dipergunakan deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Kesulitan tenaga kerja disektor pertanian ini bagi golongan atas tergantikan oleh traktor. Sedangkan bagi petani golongan menengah ke bawah yang semula menggunakan  tenaga kerja anak-anaknya tergantikan dengan cara pertemanan baik berdasarkan domisili maupun berdasarkan hamparan. Bentuk kerjasama ini tidak hanya menjaga hubungan dan meningkatkan solidaritas akan tetapi juga dapat mengurangi biaya produksi yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan petani.Kata Kunci : Sistem pertemanan, pendapatan petani.
Kolektivitas Tenaga Kerja Dalam Pertanian : Studi Tentang Implikasi Curahanh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Petani di Kabuopaten Sumedang, Jawa Barat) Opan Suhendi Suwartapradja
Jurnal Kependudukan Padjadjaran Vol 10, No 1 (2008)
Publisher : Padjadjaran Journal of Population Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.568 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menggali dan memahami potensi lokal yang terkait dengan ketenagakejaan yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat petani sebagai suatu alternatif didalam mengurangi biaya produksi dan atau meningkatkan pendapatan petani. Metode yang dipergunakan deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Kesulitan tenaga kerja disektor pertanian ini bagi golongan atas tergantikan oleh traktor. Sedangkan bagi petani golongan menengah ke bawah yang semula menggunakan  tenaga kerja anak-anaknya tergantikan dengan cara pertemanan baik berdasarkan domisili maupun berdasarkan hamparan. Bentuk kerjasama ini tidak hanya menjaga hubungan dan meningkatkan solidaritas akan tetapi juga dapat mengurangi biaya produksi yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan petani.Kata Kunci : Sistem pertemanan, pendapatan petani.
LANDRACES, UTILIZATION, AND MANAGEMENT OF BAMBOO IN SUKAMENAK VILLAGE, SUMEDANG, WEST JAVA Johan Iskandar; Opan Suhendi Suwartapradja; Budiawati Supangkat Iskandar; Diana Budiyanti; Sidik Permana
Sosiohumaniora Vol 24, No 1 (2022): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, MARCH 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v24i1.35487

Abstract

There are many species of bamboo a rural ecosystem of West Java, growing wild or being cultivated. Both bamboo species and bamboo gardens have various ecological, economic, and socio-cultural functions. However, many bamboo gardens in rural West Java have been converted to other land uses. Consequently, the reduction or loss of various ecological, economic and socio-cultural functions of bamboo. The purpose of this study was to assess the local knowledge of the rural people on the landraces, utilization, and management of bamboos among rural people of Sukamenak Village, Sumedang of West Java. The method used in this study was mixed-method, a combination of qualitative and quantitative with an ethnobotanical approach. Some techniques, including observation and in-depth interviews with competent informants were employed. Data analysis was carried out by cross-checking, summarizing and synthesizing, and building up narrative. The results showed that 9 bamboo landraces were recorded in Sukamenak Village. The nine landraces of bamboo are classified by local people according to the morphology and color of the internode, edible and non-edible shoots, and their ecological functions in the rural ecosystem. The landraces of bamboo are commonly used by rural people for economic, social and ecological purposes. The utilization and management of bamboo gardens are undertaken by rural people based on local knowledge and are strongly embedded with local culture. We suggest the further studies on bamboo ethnoecology need to be continued due to bamboos have various socio-economic, cultural and ecological functions.
POLA ADAPTASI MAYARAKAT TERDAMPAK PEMBANGUNAN WADUK JATIGEDE SETELAH PENGGENANGAN: STUDI KASUS DI DESA PAWENANG KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG Endah Ratna Sonya; Opan Suhendi Suwartapradja; Rini S. Soemarwoto
PAPATUNG: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, Pemerintahan dan Politik Vol 2 No 2 (2019): JURNAL PAPATUNG Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : GoAcademica Research dan Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.1 KB) | DOI: 10.54783/japp.v2i2.6

Abstract

Selain “ekosistem” dengan unsur-unsurnya yang dinamis, konsep penting lain dalam ekologi manusia ialah adaptasi. Adaptasi merujuk pada suatu proses penyesuain diri manusia terhadap lingkungannya. Konsep adaptif digunakan untuk menunjukkan kecocokan organisme dengan sifat dan ciri lingkungannya sebagai tempat melangsungkan hidup. Manusia adalah organisme yang mempunyai kemampuan adaptasi yang besar. Pertanyaannya, mengapa manusia memiliki kemampuan adaptasi ekologis terhadap hampir semua jenis habitat? Organisme selain manusia mengadaptasikan dirinya melalui perubahan biologis, mereka terikat pada suatu habitat karena kelengkapan fisiologis dan perubahan perilaku yang mengandalkan mutasi genetika. Manusia mengandalkan sesuatu yang ekstraorganik sebagai sarana adaptasi, atau biasa disebut antropolog sebagai “kebudayaan”.AbstractBesides the "ecosystem" with its dynamic elements, another important concept in human ecology is adaptation. Adaptation refers to a process of human self-adjustment to their environment. The concept of adaptive is used to show the compatibility of an organism with the nature and characteristics of its environment as a place to live. Humans are organisms that have great adaptability. The question is, why do humans have the ability to adapt ecologically to almost all types of habitats? Non-human organisms adapt themselves through biological changes, they are bound to a habitat due to physiological completeness and behavioral changes that rely on genetic mutations. Humans rely on something extraorganic as a means of adaptation, or commonly referred to as anthropologists as "culture"
Tipologi Tindakan Sosial Petani Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan Yulasteriyani Yulasteriyani; Opan Suhendi Suwartapradja; Nandang Mulyana
Society Vol 9 No 2 (2021): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.239 KB) | DOI: 10.33019/society.v9i2.226

Abstract

Traditional farming communities are synonymous with subsistence culture, whereas modern society is a commercial economy. Economic action in sociology is called social action, which has different motives and orientations depending on the actor concerned. This research aims to analyze the socio-economic actions of farming communities in Kalampadu Village, Muara Kuang Sub-district, Ogan Ilir Regency, South Sumatra Province. This research uses a qualitative method. Informants in this research are rainfed rice farmers and stakeholders in Kalampadu Village and collect data using observation techniques, in-depth interviews, and documentation. The results showed that farmer actors in the village of Kalampadu carried out a dualism of economic action, both subsistence economics and commercial economics. Weber’s social action is not practiced partially. Some of these concepts of social action can be used simultaneously or separately. There are three models of social action in the socio-economic behavior of farmers, namely traditional social action (subsistence economy), traditional social action of rational instrumental integration (secondary subsistence economy), and rational social action (commercial economy).