Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PRODUKSI BIOETANOL DARI NIRA AREN MENGGUNAKAN ENERGI GEOTHERMAL Tangkuman, Herling D.; Rorong, Johnly A.; Pandara, Dolfie; Tamuntuan, Gerald
CHEMISTRY PROGRESS Vol 3, No 1 (2010)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/cp.3.1.2010.69

Abstract

The results obtained as follows: 400 L didestilasi fermented sap fractionation and at a temperature of 82 °Cdestilat began to drip. At the end of the distillation process, is obtained destilat as much as 86 L 35% ethanol.Then the results obtained diredestilasi returned 36 L 78% ethanol, then the results added lime and then backdidestilasi results obtained is 28 L 96% ethanol. The next Prosess purification with the addition later inanhidrous compounds using zeolite filtration to obtain 99% ethanol. From purified bioethanol chromatogram inFigure 5, shows that the peak that appears only one (single) at the retention time of 3.03 minutes with a 99.5%level. Chromatogram of bioethanol palm juice samples in Figure 5 shows that the peak with retention time of3.02 minutes is the most dominant peak levels of 96.77%. Peak with retention time of 3.02 minutes for thesample destilat similar retention time for bioethanol Purified (3.03 minutes). This shows that the largestcomponent in the sample is ethanol destilat. Peak with retention time 2.45 minutes on the chromatogram image5 (sample bioethanol) with levels of 2.174%, the sample is expected ester compounds. This is supported by theresults of the determination of sample density, higher destilat (0.8288 g/mL) from the weight of pure ethanol(0.79 g/mL). While the results of an infrared spectrophotometer for pure ethanol and the sample obtained asfollows; Based on the spectrum of pure ethanol in Figure 6, shows the existence of prolonged vibration of theOH absorption at 3232.99 cm-1. In the absorption region 2968.71 cm-1 and 2901.11 cm-1 indicate a prolongedvibration of CH of CH2 and CH3. In the absorption region 1450.46 cm-1 showed a prolonged vibration of CH2.Prolonged vibration of the CH3 region is also shown on the uptake 1383.09 cm-1 and 1332.93 cm-1 absorption inthe region 1045.51 cm-1 indicate a prolonged vibration of CO of alcohol.
PEMBUATAN BAHAN BAKAR EMULSI MENGGUNAKAN ETANOL AREN DALAM UPAYA MENURUNKAN EMISI CO2 Rawung, Novena; Sangian, Hanny F.; Tamuntuan, Gerald H.
PHARMACON Vol 8, No 4 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29369

Abstract

ABSTRACT Research has been conducted to tackle the problem of CO2 emissions. Ethanol is a material that is often used, because it is a renewable energy obtained from the sugar fermentation process. Ethanol used for mixing is that which has been through the process of reflux fermentation and distillation. The first stage is the manufacture of ethanol by using a distillation process to obtain purity above 80%. The next stage is the mixing process carried out with a concentration of ethanol with a purity of 92% -98%, and the results of cracking kerosene with several variations of the boiling point. Kerosene was poured into a measuring cup with a volume of 7 ml and ethanol 92% -98% concentration was slowly added to form an emulsion. The results show that a mixture of kerosene, water and ethanol purity of 98%, only a small volume is needed to become 1 phase. But, for mixing kerosene, water and 92% ethanol purity, it takes a lot of volume. The easily mixed result is that the first kerosene product is 192-198 ℃ because it approaches the carbon gasoline chain. Meanwhile, for the results of kerosene products 272-276 ℃ is rather difficult to be mixed into 1 phase because, the carbon chain approaches diesel fuel. Keywords: Ethanol, Kerosene, Emulsion, Palm Tree (Arenga pinnata) ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk menanggulangi masalah emisi CO2. Etanol menjadi bahan yang sering digunakan, karena merupakan energi terbarukan yang diperoleh dari proses fermentasi gula. Etanol yang digunakan untuk pencampuran yaitu yang telah melalui proses fermentasi dan destilasi refluks. Tahapan yang pertama yaitu pembuatan etanol dengan menggunakan proses destilasi untuk mendapat kemurnian diatas 80%. Tahapan selanjutnya yaitu proses pencampuran dilakukan dengan konsentrasi etanol dengan kemurnian 92%-98%, dan hasil cracking kerosene dengan beberapa variasi titik didih. Kerosene dituangkan kedalam gelas ukur dengan volume 7 ml dan etanol konsentrasi 92%-98% dimasukkan secara perlahan hingga membentuk emulsi. Hasilnya menunjukkan bahwa campuran antara kerosene, air dan kemurnian etanol 98%, hanya dibutuhkan sedikit volume untuk menjadi 1 fasa. Tapi, untuk pencampuran kerosene, air dan kemurnian etanol 92% dibutuhkan volume yang banyak. Hasil yang mudah tercampur yaitu produk kerosene yang pertama 192-198℃ karena, mendekati rantai karbon gasoline. Sedangkan, untuk hasil produk kerosene 272-276℃ agak sulit tercampur menjadi 1 fasa karena, rantai karbonnya mendekati bahan bakar diesel. Kata kunci : Etanol, Kerosene, Emulsi, Pohon Aren (Arenga pinnata)
Peningkatan Kapasitas Masyarakat Untuk Kesiap-siagaan dan Mitigasi Bencana Tsunami di Desa Borgo Kabupaten Minahasa Tamuntuan, Gerald; Pasau, Guntur; Takumansang, Esli
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin No 3 (2019): VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.1.3.2019.25442

Abstract

 Desa Borgo merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Minahasa yang berlokasi di pesisir barat semenanjung utara Pulau Sulawesi. Desa ini ke arah barat berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi yang merupakan salah satu daerah sumber gempa di Indonesia. Sumber gempa di Laut Sulawesi umumnya memiliki hiposenter disekitar subduksi Laut Sulawesi dengan kedalaman yang relatif dangkal sehingga sangat berpotensi tsunami. Menjadi permasalahan adalah bahwa pemerintah dan masyarakat di Desa Borgo Kabupaten Minahasa belum tanggap terhadap bahaya tsunami. Hal ini didasarkan pada hasil analisis situasi yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang benar dari masyarakat tentang tsunami masih kurang, belum adanya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat, belum terbentuknya kelompok/satuan tugas yang bertanggungjawab terhadap proses evakuasi warga, serta belum adanya tanda-tanda atau piktogram tsunami dan peta jalur evakuasi. Oleh karena itu telah dilaksanakan program kemitraan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dan pemerintah desa dalam rangka mengatasi masalah prioritas yang ada. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah berbentuk penyuluhan/sosialisasi dan pelatihan dalam rangka membangun budaya kesiap-siagaan serta kemampuan mitigasi bencana tsunami bagi masyarakat Desa Borgo Kabupaten Minahasa. Disamping telah dilakukan juga penyediaan sejumlah barang untuk mendukung proses mitigasi serta evakuasi saat terjadi bencana tsunami antara lain seperti peta potensi/bahaya tsunami, peta jalur evakuasi, rambu petunjuk arah evakuasi, megaphone, dan head lamp. Hasil evaluasi yang dilakukan dalam bentuk tes sebelum dan sesudah pemberian materi sosialisasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dalam membangun kesiap-siagaan dan mitigasi bencana tsunami.
Analisis Suseptibilitas Dan Histeresis Magnetik Pada Endapan Pasir Besi Di Sulawesi Utara Tamuntuan, Gerald; Tongkukut, Seni H.J.; Pasau, Guntur
Jurnal MIPA Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.2.2017.18008

Abstract

Telah dilakukan pengukuran suseptibilitas dan hysteresis magnetic untuk mengetahui karakteristik magnetic endapan pasir besi pada beberapa lokasi di Sulawesi Utara. Lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tiga lokasi di pesisir timur semenanjung utara Pulau Sulawesi yaitu daerah Belang, Hais, dan Minanga, serta tiga lokasi di wilayah pesisir barat yaitu daerah Lalow, Inobonto, dan Lolan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetic pada sampel-sampel pasir yang diukur bervariasi dari 7,73 × 10-8 m3kg-1 hingga 436,38 × 10-8 m3kg-1. Pengukuran suseptibilitas magnetik pada empat distribusi ukuran bulir pasir yang berbeda menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi suseptibiltas adalah pada pasir berukuran halus (fine grains). Secara umum, pasir besi pada daerah pantai timur semenanjung utara Pulau Sulawesi memiliki nilai suseptibilitas magnetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pantai barat. Konsentrasi mineral superparamagnetik tertinggi berada pada daerah Belang. Mineral magnetik yang dominan dari sampel-sampel pasir besi yang diteliti adalah magnetit dengan domain statepseudo-single domain.Magnetic susceptibility and hysteresis parameters of iron sand deposits at several locations in North Sulawesi have been measuredin order to determine their magnetic characteristics. Samples were taken from six locations which is three locations on the east coast of the northern arm of Sulawesi Island (Belang, Hais and Minanga) and three othersfrom the western coastal areas (Lalow, Inobonto and Lolan).The result shows that magnetic susceptibility of the sand samples vary from 7,73 × 10-8 m3kg-1to 436,38 × 10-8 m3kg-1.Measurement of magnetic susceptibility in four different grain size distributions shows that fine grainsand have the highest susceptibility value.In general, magnetic susceptibility valueof Iron sand samplesfrom the east coast of the northarm of Sulawesi Island was higher than the west coast. Concentration of superparamagnetic mineral from Belang area was higher than other locations. The predominant magnetic minerals of the iron sand samples are magnetite with the domain state pseudo-single domain.
Analisis Medan Magnet Bumi Sebelum dan Sesudah Kejadian Gempa (Studi Kasus: Gempa 18 November 2014 di Sabang) Ta'uno, Jein Sintia Dewi; Tamuntuan, Gerald H.; Tongkukut, Seni H. J.
Jurnal MIPA Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.5.2.2016.12962

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisis perubahan medan magnet bumi sebelum dan sesudah kejadian gempa 18 November 2014 di Sabang yang dapat dikenali sebagai prekursor gempa bumi. Metode yang digunakan adalah perbandingan residu medan magnet komponen Z dan H. Untuk memastikan anomali yang diperoleh bukan berasal dari gangguan eksternal, data diverifikasi dengan Indeks Dst. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa anomali medan magnet terjadi pada 2 dan 8 hari sebelum gempa. Anomali diduga kuat berasal dari aktivitas litosfer yang berkaitan dengan retakan yang terjadi pada batuan yang dialiri cairan yang mengandung material bersifat magnet yang menyebabkan kenaikan nilai rasio medan magnet Z/H.A research has been done to identify and analyze earth’s magnetic field change before and after November 18th, 2014 earthquake in Sabang that can be recognize as an earthquake precursor. Method that used ini this research was comparison of Z and H residu of magnetic’s field. To ensure that anomaly identified were not of due to external disturbances that records, data were examined by Dst Index. The result of this research showed that magnetic’s field anomaly were identified in 2 and 8 days before earthquake event. This anomaly was predicted from lithosphere that associated with rock’s crack that flow by liquid that contains magnetic material cause increased of magnetic’s field Z/H rasio.
Reka Ulang Waktu Tiba Dan Tinggi Gelombang Tsunami : Studi Kasus Pusat Gempa Di Pantai Utara Bolaang Mongondow Mangiri’, Nismawati; Tamuntuan, Gerald; Pasau, Guntur
Jurnal MIPA Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.2.2017.16941

Abstract

Telah dilakukan prakiraan waktu tiba dan tinggi gelombang tsunami guna dalam rangka memperoleh informasi tentang potensi bahaya tsunami di daerah pantai utara Bolaang Mongondow. Data yang digunakan adalah data dari katalog gempabumi USGS periode 1890-2016. Data diolah untuk mendapatkan informasi karakteristik patahan dan dilakukan simulasi gempabumi menggunakan Software WinITDB. Dari hasil simulasi gempabumi, diketahui bahwa daerah pesisir pantai utara Bolaang Mongondow termasuk dalam klasifikasi tsunami yang cukup berbahaya karena tinggi gelombang tsunami yang menerjang adalah H > 0,5 m serta energi yang terbangkitkan adalah 2,98 1013 joulePrediction of arrival time and wave height of tsunami in northern coast of Bolaang Mongondow has been conducted in order to obtain information about potential tsunami hazards in the area. The data used are obtained from the USGS earthquake catalog in the period 1890-2016. The data is then processed using WinITDB Software to obtain information on fault characteristics and tsunami simulation. The results show that tsunami wave heights that can occur was H> 0.5 m and the generated energy was 2.98 1013 joules. It was mean that the northern coast area of Bolaang Mongondow was classified as a fairly dangerous tsunami
Simulasi Penjalaran Gelombang Tsunami di Pesisir Pantai Utara Pulau Halmahera Sangkoy, Fanya; Pasau, Guntur; Tamuntuan, Gerald
Jurnal MIPA Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.1.2017.16159

Abstract

Telah dilakukan simulasi penjalaran gelombang tsunami di pesisir pantai utara pulau Halmahera. Lokasi penelitian berada pada kooordinat   -  LU dan -  BT. Metode penelitian meliputi: mengumpulkan data gempa tektonik dari NOAA, melakukan perhitungan panjang patahan, lebar patahan, dan deformasi dasar laut, melakukan simulasi dengan software WinITDB. Hasil simulasi dalam bentuk grafik tinggi gelombang dan waktu tiba gelombang tsunami. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan, salah satu wilayah yang masuk dalam klasifikasi sangat berbahaya adalah Wayamli karena tinggi maksimum gelombang tsunami 3 m.A simulation of tsunami wave transmission on the north coast of Halmahera Island has been done. The research coordiantes are at -  north latitude and -  east longitude. Research method covers these: collecting tectonic earthquake data from NOAA, calculating the length and width of the fracture and the seafloor deformation, and carrying the simulation out using winTDB software. The simulation result is presented in the form of maximum height graph and arrival time of tsunami wave. According to the simulation’s result that has been done, one of the regions that classified as highly-dangerous is Wayamli, since its maximum waveheight is 3 m
Identifikasi Bidang Gelincir Dengan Eksplorasi Geolistrik Dalam Upaya Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor Di Desa Tinoor Tunena, Mercyas; -, As’ari; Tamuntuan, Gerald H.
Jurnal MIPA Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.7.2.2018.20616

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan struktur bawah permukaan di Jalan Raya Manado - Tomohon, di Desa Tinoor  untuk mencari keberadaan bidang gelincir sebagai mitigasi bencana alam tanah longsor. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan resistivitymeter MAE 612-EM, dengan jumlah elektroda yang dipakai 32 buah, spasi 2 meter, panjang lintasan 64 meter, jumlah ,lintasan 4, dan menggunakan metode geolistik resistivity konfigurasi Wenner Alfa. Data dengan format DAT diolah menggunakan software notepad dan res2dinv. Hasil pengolahan adalah tampang lintang resistivity 2D bawah permukaan yang menggambarkan keberadaan bidang gelincir.Hasil penelitian diperoleh lapisan lempung pasiran yang merupakan bagian dari bidang gelincir dengan resistivitas (30 - 215) Ω.m. Lokasi lapisan lempung pasiran pada lintasan 1 didapatkan 3 lokasi, lintasan 2 didapatkan 4 lokasi, lapisan 3 didapatkan 1 lokasi, dan lintasan 4 didapatkan 2 lokasi. Lokasi lempung pasiran terdapat pada kedalaman  (1 - 6) meter dengan panjang (12 - 14) meterThis research aims to map the subsurface structure on the Manado - Tomohon main road, in Tinoor Village to find the existence of the slip surface as the mitigation of landslide disaster. The measurements in this research were carried out by using the MAE 612-EM resistivitymeters, with 32 electrodes, 2 meters spacing, 64 of meter line length, number of line 4, and using  Wenner Alfa configuration geoelectric resistivity method. Data with DAT format is processed using notepad and res2dinv software's. The result of this prosessing is a cross-sectional resistivity 2D, that describe the existence of the slip surface.The result was obtained that the sandclay layer which is part of the slip surface with resistivity 30 - 215 ohm meter. The location of sandclay layers on line 1 was found 3 locations, line 2 was found 4 locations, line 3 was found 1 location, and line 4 was found 2 locations. The location of the sandclay is at depth (1-6) meters with length (12-14) meters.
Simulasi Ketinggian dan Waktu Tiba Gelombang Tsunami di Tahuna Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Mambu, Brian; Tamuntuan, Gerald H.; Pasau, Guntur
Jurnal MIPA Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.8.1.2019.22371

Abstract

Indonesia merupakan salah satu wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Wilayah beresiko tinggi terjadi gempa bumi dan tsunami berada di laut Sulawesi dimana terdapat zona subduksi Sulawesi Utara. Salah satu cara mitigasi tsunami adalah dengan mensimulasikan ketinggian dan waktu tiba gelombang tsunami. Karena berada di wilayah laut Sulawesi maka  Tahuna beresiko mengalami bencana tsunami. Pemodelan gelombang tsunami menggunakan software TUNAMI-N2. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa, ketinggian gelombang yang dapat menerjang  Tahuna adalah 0,23 m dengan waktu tiba sekitar menit ke-50Indonesia is one of the area that prone to disaster like earthquake and tsunami. The area with high risk for earthquake and tsunami to occur is located ini Sulawesi Sea where there have a North Sulawesi Subduction Zone. One way to mitigating tsunami is to simulate the height and arrival time of tsunami wave. Because of its position located in Sulawesi Sea, Tahuna City is very likely to struck by tsunami. The modelling of tsunami wave using TUNAMI-N2 software. The result yield the height of tsunami that could struck Tahuna City is 0,23 m with arrival time around 50 minutes
Identifikasi Intrusi Air Laut Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner – Schlumberger di Daerah Malalayang Sulawesi Utara Pasamba, Obed Salu; Tamuntuan, Gerald H.; Tanauma, Adey
Jurnal MIPA Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.2.2017.17797

Abstract

Telah dilakukan penelitian eksplorasi geofisika menggunakan metode Geolistrik Konfigurasi Wenner – Schlumberger untuk mengindentifikasi lapisan tanah yang diduga terkena intrusi air laut di daerah Malalayang Sulawesi Utara. Terdapat 5 lintasan pengukuran dan pada setiap lintasan mempunyai 112 dan 167 buah data. Data setiap lintasan diolah menggunakan perangkat lunak RES2DINV. Dugaan intrusi air laut terjadi di daerah Malalayang I Timur sejauh ≤ 300 meter dari garis pantai dengan kedalaman ≥ 10 meter di bawah permukaan tanah dan di daerah Malalayang II sejauh 310 meter dari garis pantai dengan kedalaman ≥ 20 meter di bawah permukaan tanah.Geophysical exploration has been conducted using Geoelectric method of Wenner – Schlumberger Configuration to identify the soil layers suspected of being exposed to seawater intrusion in Malalayang of North Sulawesi. There are 5 measurement lines and each line has 112 and 167 data. The data of each line is processed using RES2DINV software. Suspected seawater intrusion is located in the East Malalayang I area as far as ≤ 300 meters from the coastline with a depth of ≥ 10 meters under ground surface and in Malalayang II area as far as 310 meters from the coastline with a depth of ≥ 20 meters under ground surface.