Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENGARUHKALYĀŅAMITTA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA BERAGAMA BUDDHA DI SMP NEGERI 3 KALORAN Elvira Yuli Nabela; Urip Widodo; Agus Subandi
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 6 No. 1 (2020): Jurnal Pendidikan, sains sosial, dan agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.761 KB) | DOI: 10.53565/pssa.v6i1.158

Abstract

Hubungan pertemanan yang sudah terjalin dengan baik di SMP Negeri 3 Kaloran dapatberdampak pada proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya siswa saling berinteraksi,seperti saling menanyakan minat temannya untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Penelitian inibertujuan untuk mengukur besarnya pengaruh kalyāņamitta terhadap minat belajar siswa di SMPNegeri 3 Kaloran. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan ex-postfacto yang dilakukan di SMP Negeri 3 Kaloran. Uji prasyarat analisis data meliputi uji normalitas,uji linieritas dan uji heteroskedastisitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisisdeskriptif presentase dan analisis regresi linier sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalahsiswa di SMP Negeri 3 Kaloran tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 38 siswa. Teknikpengumpulan data dengan menggunakan metode angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat pengaruh signifikan kalyāņamittaterhadap minat belajar siswa Beragama Buddha di SMPNegeri 3 Kaloran. Hal ini dapat ditunjukan dengan nilai koefisien regresi linier sederhana sebesar thitung = 2,280 dengan nilai signifikan = 0,029. Jika melihat nilai signifikansi dan t hitung tersebutmaka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kalyāņamitta terhadapminat belajar siswa, karena nilai signifikansi 0,029 < 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel(2,280 > 1,683). Nilai signifikan < 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingadapat diartikan bahwa besaran pengaruh kalyāņamittaterhadap minat belajar siswa jika dilihat darinilai R square adalah sebesar 12,6%. Sedangkan sisanya 87,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluardari penelitian ini.
Designing Interactive Audio-Visual Instructional Media Based On Value Clarification Technique (VCT) Urip Widodo; Ngadat Ngadat; Agus Subandi
Journal of Education Technology Vol. 5 No. 4 (2021): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jet.v5i4.40412

Abstract

The minimum quality of instructional media which is completed with appropriate teaching method on Buddhist religious education subject impacts towards students’ learning achievement.  This study aims to create and analyze the validity and feasibility of interactive audio-visual learning media based on VCT which focuses on material about Buddhist temples in Indonesia. The method used in this study is the research and development method by using ADDIE model. Data collection techniques were by giving questionnaires to media experts, material experts, teachers and students. Data analysis used was descriptive percentage and descriptive qualitative analysis. The results of the study indicate the instructional media is very feasible to use which can be seen from the questionnaire analysis with an average score of validation results by material experts is 82,5% which is included into very feasible, the results of media validation by media experts is 82,5% which is included into very feasible, the response of teachers towards instructional media compiled is 86,6% which is included into very feasible, and final result among 29 students response towards the media shows 25 students (86%) declare that the insructional media is very feasible meanwhile the rest 4 students (14%) argue that the media is feasible. In conclusion the learning media compiled are valid and very feasible to use in teaching Buddhist education about Buddhist temples in Indonesia.
PERSEPSI BUDDHISME DALAM PERTUNJUKKAN KESENIAN SANDOL DESA CANDI GARON SEBAGAI WUJUD PEMBANGUNAN NILAI-NILAI SENI BUDAYA BANGSA Agus Subandi
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 2 (2019): JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/abip.v2i2.60

Abstract

Penelitian ini membahas tentang persepsi Buddhisme dalam kesenian Sandol sebagai wujud pembangunan nilai budaya bangsa ingin mendapatkan hasil tentang bentuk kesenian Sandol dan persepsi Buddhisme dalam kesenian Sandol sebagai wujud pembangunan nilai budaya bangsa. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif dengan menggunakan model studi kasus. Penelitian ini terbatas pada satu tempat di Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pertunjukkan kesenian Sandol yang berada di Desa Candigaron merupakan sebuah kesenian tradisional yang di dalamnya memiliki pesan moral dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Persepsi Buddhisme dalam kesenian Sandol sebagai wujud pembangunan nilai budaya bangsa yaitu sebagai upaya kausalya atau metode untuk menyebarkan kebajikan dengan cara pendeketan terhadap tradisi kebudayaan masyarakat lokal dalam hal ini adalah masyarakat Desa Candigaron. Dalam hal pembangunan nilai budaya bangsa, kesenian Sandol di Desa Candigaron berfungsi sebagai komplemen dan motivator.
Makna Spiritual Tradisi Pindapata Sebagai Wujud Sanghadana dalam Masyarakat Agama Buddha di Kota Magelang Agus Subandi
LINGUA : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 18 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Center of Language and Cultural Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30957/lingua.v18i1.685

Abstract

Pindapata is a noble custom since the time of the Buddha by walking to the people's settlements to receive food offerings from the devotees. This study aims to describe the form of the pindapata tradition as a form of sanghadana in the Buddhist community and to analyze the spiritual meaning of the pindapata tradition as a form of sanghadana in the Buddhist community. This study aims to describe the form of the pindapata tradition as a form of sanghadana in the Buddhist community and to analyze the spiritual meaning of the pindapata tradition as a form of sanghadana in the Buddhist community. This study uses a qualitative study approach using a case study model. The research was limited to one place in the Chinatown area of ​​Magelang City, Magelang Regency. The results showed that the form of the pindapata tradition as a form of sanghadana in the Buddhist community is a form of devotion for a student to the teacher and amisa dana. The spiritual meaning of the pindapata tradition as a form of sanghadana in Buddhist society is a form of gratitude by means of budi or in other words, katannukatavedi.
NILAI SPIRITUAL TRADISI TEMU MANTEN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT BUDDHIS Agus Subandi
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 4 No. 1 (2018): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.601 KB)

Abstract

Tradisi Temu Manten merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Buddhis di Kabupaten Semarang. Tradisi ini sering kali digelar pada saat seseorang mempunyai hajat menikahkan anaknya. Tradisi pada perkawinan adat Jawa mempunyai banyak ritual seperti upacara Panggih atau Temu Manten yaitu pertemuan antara pengantin wanita dan pengantin pria di rumah kediaman wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan tradisi Temu Manten di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dan mendeskripsikan nilai-nilai spiritual tradisi Temu Manten dalam perspektif masyarakat Buddhis di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif dengan menggunakan model etnografi karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami kejadian yang konteksnya khas dan unik yang di alami oleh individu. Penelitian ini terbatas pada satu tempat di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan tradisi Temu Manten di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang melalui beberapa proses diantaranya proses yang harus dilalui dalam tradisi Temu Manten Nilai-nilai spiritual tradisi Temu Manten dalam perspektif masyarakat Buddhis di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang adalah semua prosesi dan peralatan atau ubo rambe yang digunakan dan dilaksanakan dalam tradisi Temu Manten mengandung makna yang tujuannya baik yaitu mengaharapkan agar dalam membina kehidupan berkeluarga menjadi keluarga yang bahagia, bertanggung jawab, diberkahi, saling menghormati serta diberikan keselamatan.
Makna Simbolik Tradisi Ngalungi Sapi dan Relevansinya Dengan Brahma Vihara Dalam Budhisme Sarwi Sarwi; Agus Subandi
SABBHATÃ YATRA : Jurnal Pariwisata dan Budaya Vol 3 No 1 (2022): SABBHATA YATRA : Jurnal Pariwisata dan Budaya
Publisher : STABN Raden Wijaya Wonogiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/sabbhatayatra.v3i1.478

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan tradisi Ngalungi Sapi, mendeskripsikan makna simbolik tradisi Ngalungi Sapi, dan mendeskripsikan relevansi tradisi Ngalungi sapi dengan Brahma Vihara. Tradisi Ngalungi sapi di Dusun Glagah Desa Giling Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati dilaksanakan setiap setahun sekali antara hari Selasa Kliwon atau hari Jumat Pahing pada bulan Suro, dilaksanakan pada malam hari. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara observasi secara langsung, dokumentasi dilapangan, dan wawancara dengan informan. Informan dalam penelitian ini adalah sesepuh dan beberapa tokoh masyarakat di Desa Giling. Berdasarkan deskripsi data dan analisis data dapat diketahui dan dapat ditemukan bahwa dalam tradisi ngalungi sapi dilaksanakan sejak zaman dahulu pada saat hewan ternak sapi digembalakan secara liar oleh pemiliknya, terdapat makna simbolik yang terkandung dalam ubopame maupun ritual didalam tradisi ngalung sapi, tradisi ngalungi sapi memiliki relevansi dengan brahma vihara. Implikasi yang terbentuk adalah mempertahankan dan melestarikan nila-nilai luhur bersumber dari tradisi nenek moyang sebagai ciri khas peradaban suatu bangsa. Kata kunci: Pelaksanaan, Makna Simbolik, Relevansi, Tradisi Abstract This study aims to describe the implementation of the Ngalungi sapi tradition, describe the symbolic meaning of the Ngalungi sapi tradition, and describe the relevance of the Ngalungi sapi tradition to the Brahma Vihara. The tradition of Ngalungi sapi in Glagah Hamlet, Giling Village, Gunungwungkal District, Pati Regency is carried out once a year between Kliwon Tuesday or Pahing Friday in the month of Suro, held at night. This research is a qualitative research. Data were collected by direct observation, field documentation, and interviews with informants. Informants in this study were elders and several community leaders in Giling Village. Based on the data description and data analysis, it can be seen and it can be found that in the tradition of ngalungi sapi carried out since ancient times when cattle were grazed wildly by their owners, there is a symbolic meaning contained in the ubopome and rituals in the tradition of ngalungi sapi, the tradition of ngalungi sapi has relevance with the Brahma Vihara. The implication that is formed is to maintain and preserve noble values ​​originating from ancestral traditions as a characteristic of a nation's civilization. Keywords: Implementation, Symbolic Meaning, Relevance, Tradition
Improving Students’ Comprehension About Pluralism Through Narrative Text urip widodo; Agus Subandi; Tri Suyatno; Walyono Walyono
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Vol 11, No 2 (2022): Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Accredited 3 (SK Dirjen Ristek Dikti No. 158/E/KPT/
Publisher : LPPM Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/mamangan.v11i2.6031

Abstract

This study aims to improve students' understanding of pluralism through narrative texts. This research is a classroom action research conducted on students of class XI IPA 1 at SMA Negeri 1 Sigaluh, Banjarnegara Regency, totaling 34 students. The level of students' understanding of pluralism was measured using a questionnaire. In addition, to strengthen the implementation of narrative texts in the classroom, the researchers conducted observations and interviews. The results of the research before the action were known that 23% of students had a low level of understanding of pluralism, 29% was sufficient, 41% was good, and only 7% or 2 students were in the high category. Furthermore, the questionnaire analysis in cycle 1 showed that students' understanding of pluralism increased significantly where there were no more (0%) students who had a low level of understanding of pluralism, 35% of students had a level of understanding of pluralism that was sufficient, 48% was good, and 17% was high. Furthermore, significant changes occurred in cycle 2 where 8% of students still have a sufficient level of understanding of pluralism, 64% are good, and 26% are high. The increase is inseparable from social values in the form of understanding related to friendship, unity, mutual respect, respect and care for each other which are contained in the various narrative texts given.
Improving Students’ Comprehension About Pluralism Through Narrative Text urip widodo; Agus Subandi; Tri Suyatno; Walyono Walyono
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Vol 11, No 2 (2022): Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Accredited 3 (SK Dirjen Ristek Dikti No. 158/E/KPT/
Publisher : LPPM Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.977 KB) | DOI: 10.22202/mamangan.v11i2.6031

Abstract

This study aims to improve students' understanding of pluralism through narrative texts. This research is a classroom action research conducted on students of class XI IPA 1 at SMA Negeri 1 Sigaluh, Banjarnegara Regency, totaling 34 students. The level of students' understanding of pluralism was measured using a questionnaire. In addition, to strengthen the implementation of narrative texts in the classroom, the researchers conducted observations and interviews. The results of the research before the action were known that 23% of students had a low level of understanding of pluralism, 29% was sufficient, 41% was good, and only 7% or 2 students were in the high category. Furthermore, the questionnaire analysis in cycle 1 showed that students' understanding of pluralism increased significantly where there were no more (0%) students who had a low level of understanding of pluralism, 35% of students had a level of understanding of pluralism that was sufficient, 48% was good, and 17% was high. Furthermore, significant changes occurred in cycle 2 where 8% of students still have a sufficient level of understanding of pluralism, 64% are good, and 26% are high. The increase is inseparable from social values in the form of understanding related to friendship, unity, mutual respect, respect and care for each other which are contained in the various narrative texts given.
Pelatihan Organisasi Dan Kepemimpinan Bagi Pemuda Vihara Muryantoro Di Kabupaten Jepara: Organizational and Leadership Training for Youth Muryantoro Monastery in Jepara Regency Widia Darma; Agus Subandi
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin Vol. 5 No. 2 (2023): VIVABIO:Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.v5i2.48039

Abstract

Community service is carried out at the Muryantoro Monastery, Jepara district. Community service has a theme related to organizational training and Youth Leadership at Vihar Muryantoro. The service with the theme of organizational training and leadership is carried out because based on the analysis carried out there are various phenomena and problems related to organization and leadership such as low knowledge and training related to the organization and low demand for youth to take on the role of leaders in various activities and activities carried out. The service implementation methods include 1) socialization, 2) Discussion and Presentation, 3) Practice Methods. The results of community service are; able to grow motivation and knowledge, develop organizational skills and foster leadership spirit, provide new perspectives and real experience in running youth organizations and foster leadership spirit.   ABSTRAK Pengabdian pada masyarakat dilaksanakan di Vihara Muryantoro Kabupaten Jepara. Pengabdian pada masyarakat mengambil tema terkait dengan pelatihan organisasi dan Kepemimpinan pada Pemuda di Vihara Muryantoro. Pengabdian dengan tema pelatigan organisasi dan kepemimpinan dilakukan karena berdasarkan Analisa yang dilakukan terdapat berbagai fenomena dan persoalan terkait dengan organisasi dan kepemimpinan seperti rendahnya pengetahuan dan pelatihan terkait organisasi dan rendahnya minta pemuda dalam mengambil peran sebagai pemimpin dalam berbagai aktvitas dan kegiatan yang dilakukan. Metode implementasi pengabidian yaitu meliputi 1) sosialisasi, 2) Diskusi dan Persentasi, 3) Metode Praktek. Hasil dari pengabdian masyarakat yaitu; mampu menumbuhkan motivasi dan pengetahuan mengembangkan kemampuan berorganisasi dan menumbuhkan jiwa pemimpin,  memberikan cara pandang baru dan pengalaman secara nyata dalam menjalankan oraganisasi pemuda dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.    
MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA MARGOREJO Sugeng Sugeng; Agus Subandi
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/abip.v9i1.709

Abstract

Keberagaman merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari. Keberagaman ini di satu sisi dapat menjadi keistimewaan, namun di sisi lain juga dapat menjadi sumber potensi terjadinya konflik di masyarakat. Moderasi beragama merupakan sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain. Adanya keberagaman agama tidak menjadi kendala bagi terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai di Desa Margorejo. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menggambarkan moderasi beragama di Desa Margorejo. Adanya moderasi beragama tercermin dari terwujudnya toleransi antar-umat beragama di Desa Margorejo. Kerukunan antar-umat beragama di Desa Margorejo menjadi tradisi turun-temurun yang terus diwariskan sampai dengan generasi yang ada saat ini hingga memunculkan kesadaran dan penerimaan masyarakat akan adanya perbedaan agama di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Terwujudnya moderasi beragama di Desa Margorejo tidak terlepas dari adanya sinergitas pemerintah desa, para tokoh agama, dan masyarakat khususnya para pemuda lintas agama dalam berupaya untuk menjaga dan memperkuat moderasi beragama.