Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Holistik Jurnal Kesehatan

Remaja yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia (Analisis Data Publikasi SDKI 2017) Sapti Ayubbana; Ludiana Ludiana; Nury Luthfiyatil Fitri; Senja Atika Sari
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v16i2.5336

Abstract

Background: Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a collection of symptoms due to a decrease in the immune system. HIV/AIDS can lower a person's immune system and make a person susceptible to serious infections. Globally, HIV/AIDS is still a public health problem. Based on the data, there are many people living with HIV whose status is still infected with HIV but have not yet entered the AIDS stage. A person's infected status can only be known through laboratory tests and can be transmitted to other people. HIV/AID does not only affect adults but can also affect infants, children and adolescents. New HIV infection among adolescents (15 – 19 years) is a problem in all regionsPurpose: To identify adolescents infected with HIV/AIDS in Indonesia based on the 2017 IDHS Publication Data Analysis related to demographic factorsMethod: Quantitative research using the Cross-Sectional method using secondary data from 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), conducted in December 2019-May 2020 with a sample of all adolescents aged 15-19 years, with a single status of 445. Analysis using the Chi-Square test using SPSS version 21.Results: The results showed that there was a significant relationship between the area of residence (p-value 0.00) and economic status (p-value 0.00) on know how become infected of HIV/AIDS.Conclusion: There is a relationship between the area of residence and economic status on knowledge. So that there is a need for a strategy approach and modification of the media for disseminating information on HIV/AIDS to Indonesian adolescents as an effort to reduce the incidence of HIV/AIDS in Indonesia.Keywords: Infected; HIV/AIDS; AdolescentsPendahuluan : Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala akibat penurunan sistem imun . HIV/AIDS dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang dan membuat seseorang mudah terinfeksi yang serius. Secara global HIV/AIDS masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data terdapat  banyak odha yang statusnya masih terinfeksi HIV namun belum masuk pada stadium AIDS.  Seseorang berstatus terinfeksi hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dan dapat menularkan kepada orang lain. HIV/AID tidak hanya mengenai orang dewasa tetapi dapat juga pada bayi, anak-anak maupun remaja. Infeksi HIV baru di kalangan remaja  ( 15 – 19 tahun) merupakan masalah di semua wilayahTujuan : Untuk mengidentifikasi remaja yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan Analisis Data Publikasi SDKI 2017 yang berhubungan dengan  faktor demografiMetode : Penelitian kuantitatif dengan metode Cross Sectional menggunakan data sekunder survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, dilakuakan pada bulan Desember 2019-Mei 2020 dengan Sampel seluruh remaja usia 15–19 tahun, status lajang sebanyak 445. Analisa mengunakan uji Chi-Square dengan menggunakan SPSS versi 21.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara wilayah tempat tinggal ( p-value 0,00) , status ekonomi ( p-value 0,00) terhadap tahu bagaimana menjadi terinfeksi HIV/AIDS.Simpulan : Terdapat hubungan wilayah tempat tinggal dan status ekonomi terhadap terinfeksi. Sehingga perlu adanya strategi pendekatan dan modifikasi media penyebaran informasi HIV/AIDS pada remaja Indonesia sebagai upaya menurunkan angka kejadian HIV/AIDS Remaja di Indonesia. 
Fatigue dan status nutrisi pada pasien dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi Sapti Ayubbana; Sari Narulita
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 13, No 4 (2019)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.922 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v13i4.1885

Abstract

Fatigue and nutritional status in patients with breast cancer undergoing chemotherapyBackground: Breast cancer is one type of cancer and is one of the leading causes of death in the world. Cancer patients who receive chemotherapy are at risk of impaired nutritional status due to the disease and its treatment. Chemotherapy treatment can have side effects on the gastrointestinal system such as nausea, vomiting, stomatitis, anorexia, changes in taste. These side effects can cause the patient's nutritional intake to decrease. Cancer and its treatment can cause fatigue complaints.Purpose: to identify the relationship between fatigue and nutritional status in patients with breast cancer patients undergoing chemotherapyMethods: The design of this study was quantitative using a cross sectional approach. The population in this study were patients with breast cancer undergoing chemotherapy. This research was conducted at Dr.H. Abdul Moeloek Hospital of Lampung Province with 42 respondents.Results: Spearman correlation test results found that nutritional status variables have a significant relationship with fatigue (p value = 0.031) with moderate correlation strength (r = 0.471).Conclusion: The nursing intervention on the side effects of chemotherapy treatment which has a positive effect on nutritional conditions in an effort to overcome nutritional disorders and complaints of fatigue in cancer patients.Keywords: Breast Cancer; Chemotherapy; Fatigue; Nutritional StatusPendahuluan: Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Pasien kanker yang menerima kemoterapi memiliki resiko gangguan status nutrisi akibat penyakit dan pengobatannya. Pengobatan kemoterapi dapat memberikan efek samping terhadap sistem ganstrointestinal seperti mual, muntah, stomatitis, anoreksia, perubahan rasa. Efek samping tersebut dapat menyebabkan asupan nutrisi pasien dapat mengalami penurunan. Kanker dan pengobatannya dapat menyebabkan keluhan fatigue.Tujuan: Mengetahui adanya hubungan antara status nutrisi terhadap fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.Metode: Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional . Populasi pada penelitian ini adalah pasien dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan 42 responden.Hasil: Pada uji korelasi spearman didapatkan bahwa variabel status nutrisi mempunyai hubungan yang bermakna dengan fatigue ( p value = 0,031) dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0,471).Simpulan: Kesimpulan diperlukan intervensi keperawatan terhadap efek samping pengobatan kemoterapi yang berdapak terhadap kondisi nutrisi dalam upaya mengatasigangguan nutrisi dan keluhan fatigue pada pasien kanker 
Efektifitas aromaterapi peppermint terhadap mual muntah pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi Sapti Ayubbana; Uswatun Hasanah
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i1.3313

Abstract

The effectiveness of peppermint aromatherapy on nausea and vomiting among breast cancer patients undergoing chemotherapyBackground: Breast cancer is a type of cancer and is one cause of death in the world. Chemotherapy is the use of chemical agents to control and destroy cancerous cells. Chemotherapy can induce nausea and vomiting, resulting in discomfort. One intervention that makes patients feel comfortable is giving peppermint aromatherapy.Purpose: To determine the effectiveness of peppermint aromatherapy on nausea and vomiting among breast cancer patients undergoing chemotherapy.Method: A quasi-experimental pretest-posttest group design, with a purposive sampling method of collecting samples. The study sample was 34 breast cancer patients who underwent chemotherapy. The sample divided into 2 groups as intervention & control groups. Measurement of nausea and vomiting used the Rhodes Index Nausea Vomiting & Retching (INVR) instrument.Results: Finding by the Man Whitney test, it showed that there was a difference in the scores for nausea and vomiting between the intervention group and the control group (p value = 0.008).Conclusion: Peppermint aromatherapy is effective in reducing nausea and vomiting among breast cancer patients undergoing chemotherapy.Keywords: Breast cancer; Chemotherapy, Nausea; Vomiting; Peppermint aromatherapyPendahuluan: Kanker  payudara  merupakan salah satu  jenis kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian di dunia.  Kemoterapi merupakan penggunaan agen kimiawi untuk mengontrol dan  menghancurkan sel yang bersifat kanker.Kemoterapi dapat menginduksi mual dan muntah mengakibatkan ketidaknyamanan. Salah satu intervensi yang membuat pasien merasa nyaman adalah dengan pemberian aromaterapi pepermint.Tujuan: Mengetahui efektifitas aromaterapi pepermint terhadap mual muntah pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.Metode : Penelitian quasi experimental pretest-posttest group design, dengan metode pengumpulan sampel secara purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 34 pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Sampel terbagi atas dua kelompok; intervensi & kontrol. Pengukuran mual muntah menggunakan instrumen Rhodes Index Nausea Vomiting & Retching ( INVR).Hasil :  Dengan menggunakan man whitney test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor mual muntah antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol  (p value = 0,008).Simpulan: Aromaterapi peppermint efektif menurunkan mual muntah pada pasien kanker kayudara yang menjalani kemoterapi.
Analisis faktor yang berhubungan dengan kemampuan pasien diabetes mellitus dalam melakukan deteksi episode hipoglikemia Eka Yudha Chrisanto; Sapti Ayubbana; Yola Anjani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.209 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v14i1.1614

Abstract

Detection of hypoglycemia by adult with diabetes mellitus.Background : The increasing prevalence of people with diabetes mellitus occurs every year along with the increasing prosperity of a country, especially in developing countries because the wrong lifestyle changes can cause obesity which is one of the risk factors for diabetes.Purpose: Know factors that are related to Detection of hypoglycemia by adult with diabetes mellitus.Method: This is a descriptive correlational study, a cross sectional research design. The population in this study was the number of patients with diabetes mellitus of 40 respondents. The sample technique used was accidental sampling, research instruments using a questionnaire, with data analysis namely the chi square test.Results: Finding that there was no relationship of age (p-value 0.071) and availability of glucometer with (p-value 0.052), there was a relationship with education (p-value 0.026), duration of suffering of DM (p-value 0.016 ), there is a relationship of gender with (p-value 0.010), there is a relationship of knowledge (p-value 0.008). In detecting episodes of hypoglycemia (p-value 0.052).Conclusion: Several factors in detecting episodes of hypoglycemia in the context of nursing care are closely related such as; education, duration of diabetes, gender, and knowledge.Keywords: Detection; Hypoglycemia; Adult; Diabetes mellitus.Pendahuluan: Hipoglikemia terjadi karena peningkatan insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa. Terapi insulin yang tidak adekuat disebabkan oleh ketidaksempurnaan terapi insulin saat ini, dimana pemberian insulin masih belum sepenuhnya dapat menirukan (mimicking) pola sekresi insulin yang fisiologis. Hipoglikemia diabetik lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1, namun dapat juga terjadi pada pasien diabetes tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin, dan merupakan faktor penghambat utama dalam penanganan diabetes mellitus.Tujuan: Mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kemampuan pasien diabetes mellitus dalam melakukan deteksi episode hipoglikemia dalam konteks asuhan keperawatan .Metode: Penelitian dilakukan pada Juli 2019 dengan menggunakan metode Cross Sectional. Melibatkan 40 responden di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung menggunakan kuisioner pengetahuan tentang Hipoglikemia untuk menilai tingkat pengetahuan dan kuisioner kemampuan deteksi hipoglikemia untuk menilai kemampuan melakukakn deteksi episode hipoglikemia pada responden.Hasil: Tidak terdapat hubungan usia (p-value 0.071) dan ketersediaan alat glukometer dengan (p-value 0.052), terdapat hubungan pendidikan dengan (p-value 0,026), lama menderita DM dengan (p-value 0,016), jenis kelamin dengan (p-value 0,010), dan pengetahuan (p-value 0,008) dalam melakukan deteksi episode hipoglikemia dalam konteks asuhan keperawatan (p-value 0,052).Simpulan: Beberapa faktor dalam melakukan deteksi episode hipoglikemia dalam konteks asuhan keperawatan sangat erat berhubungan seperti; pendidikan, lama menderita DM, jenis kelamin, dan pengetahuan