Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL MENURUT WAKTU SENTRIFUGASI Asrori Asrori; Herry Hermansyah; Erwin Edyansyah; Puput Maya Sari
Klinikal Sains : Jurnal Analis Kesehatan Vol 10 No 1 (2022): Juni
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/klinikal_sains.v10i1.2344

Abstract

Abstrak Pemeriksaan lemak darah seperti kolesterol merupakan salah satu parameter kimia klinik yang berguna untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Pemeriksaan lemak darah dilakukan dengan mengunakan sampel serum atau plasma. Spesimen yang biasa digunakan sampel serum atau plasma dengan cara dicentifuge dengan kecepatan 3000 RPM selama 5-15 menit. Kenyataan di lapangan sering kali diabaikan oleh beberapa teknisi dengan mengurangi lama waktu sentrifugasi yang bertujuan untuk mempersingkat waktu pemeriksaan. Sampel darah yang disentrifugasi dengan waktu yang tidak tepat akan merusak enzim lipoprotein pada kolesterol. Waktu sentrifugasi yang terlalu singkat akan menyebabkan serum dan zat-zat yang terkandung didalamnya tidak terpisah sempurna dari sel-sel darah sehingga akan menyebabkan hasil rendah palsu, sementara itu waktu sentrifugasi yang terlalu lama selain dapat merusak senyawa lipoprotein juga akan menyebabkan sampel hemolisis. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hasil analisis pemeriksaan kadar kolesterol menurut lama waktu serum sentrifugasi. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional dan dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel. Analisis data menggunakan One Way Anova. Hasil Penelitian: menunjukkan bahwa adanya perbedaan terhadap kadar kolesterol berdasarkan waktu sentrifugasi dengan p value 0.004 (p<ɑ 0.05) dengan nilai rata-rata hasil pemeriksaan kadar kolesterol yang disentrifugasi selama 5 menit sebesar 180.90 mg/dL, selama 10 menit sebesar 158.73 mg/dL, selama 15 menit sebesar 169.60 mg/dL. Kesimpulan: Adanya perbedaan terhadap kadar kolesterol berdasarkan waktu Sentrifugasi. Kata Kunci : kolesterol, waktu sentrifugasi, kecepatan sentrifugasi
ANALISIS KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA TINGKAT 3 PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG Adella Caesaria; Abdul - Mutholib; Karneli Karneli; Erwin Edyansyah; Nurhayati Nurhayati
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 1 No 2 (2021): JMLS : Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.376 KB) | DOI: 10.36086/medlabscience.v1i2.1090

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Stres merupakan respon tidak spesifik tubuh karena adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu tersebut untuk memenuhinya. Saat stres, tubuh akan merespon dengan menstimulasi area hipotalamus untuk menghasilkan hormon epinefrin yang berfungsi untuk mengubah glikogen menjadi glukosa dan norepinefrin yang berfungsi untuk mencegah penurunan kadar glukosa darah. Kondisi stres yang terus berlangsung dapat mengakibatkan kadar glukosa meningkat sehingga dapat menimbulkan risiko hipertensi dan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah dengan tingkat stres mahasiswa tingkat 3 Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Poltekkes Kemenkes Palembang tahun 2021. Metode: penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2021 di Kampus Jurusan TLM Poltekkes Kemenkes Palembang. Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu menggunakan metode GOD-PAP dan pengukuran tingkat stres menggunakan kuesioner DASS-42. Hasil: rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres normal adalah 83 mg/dL, rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres ringan adalah 82 mg/dL, rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres sedang adalah 83 mg/dL, dan rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres berat adalah 81 mg/dL. Dari hasil uji Anova didapatkan nilai p-value = 0.98 atau > 0,05. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara kadar glukosa dengan tingkat stres mahasiswa. Kesimpulan: tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dengan tingkat stres mahasiswa. Kata kunci : Glukosa darah, tingkat stres, mahasiswa ABSTRACT Background: Stress is a non-specific response of the body due to demands that exceed the individual's ability to fulfill them. When people get stressed, the body will respond by stimulating the hypothalamic area to produce the epinephrine which functions to convert glycogen into glucose and norepinephrine which functions to prevent a decrease in blood glucose levels. Continuous stress can cause glucose levels to increase so that it can increase the risk of hypertension and diabetes mellitus. The purpose of this study was to determine the relationship between blood glucose levels and stress levels on the third year students of the Medical Laboratory Technology (MLT), a three-year diploma program, Poltekkes Kemenkes Palembang in 2021. Methods: This research is an observational-analytic study with a cross-sectional approach. The research was carried out on February 9, 2021 at the MLT Campus, Palembang. The number of research sample was 40 students who were selected based on inclusion and exclusion criteria. The determination of blood glucose levels used the GOD-PAP method and the measurement of stress levels used the DASS-42 questionnaire. Results: the average blood glucose level with stress level of normal, mild, moderate, and severe were 83 mg/dL, 82 mg/dL, 83 mg/dL, and 81 mg/dL, respectively. From the results of the ANOVA test, the p-value = 0.98 or > 0.05. This means that there is no relationship between glucose levels and student stress levels. Conclusion: there is no significant relationship between blood glucose levels and stress levels of students. Keywords: Blood glucose, stress level, students
FREKUENSI PROTEINURIA PADA PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) Assyifa Khoerrunisah; Asrori Asrori; Karneli Karneli; Erwin Edyansyah
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 1 No 2 (2021): JMLS : Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.442 KB) | DOI: 10.36086/medlabscience.v1i2.1092

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun multisistem yang mengakibatkan kerusakan organ,jaringan dan sel mediasi karena kompleks imun dan autoantibodi yang berikatan dengan antigen jaringan. LES dapat menyerang satu atau lebih organ, salah satu organ yang banyak diserang adalah ginjal yang dapat menyebabkan komplikasi LES yakni Lupus Nefritis yang memiliki gejala proteinuria. Proteinuria adalah keadaan abnormal dimana jumlah protein dalam urin lebih dari 300 mg dalam urin 24 jam dan 30 mg/dL dalam urin sewaktu. Tujuan penelitian: ini adalah untuk mengetahui frekuensi proteinuria pada penderita Lupus Eritematosus Sistemik (LES) di Palembang tahun 2020, berdasarkan umur, jenis kelamin dan lama sakit. Metode Penelitian: metode penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Sampel pemeriksaan yang digunakan adalah urin sewaktu. Jumlah sampel penelitian adalah 29 orang pasien LES di Komunitas PLSS Palembang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Metode pemeriksaan urin menggunakan metode carik celup (dipstick). Hasil penelitian: menunjukkan sebanyak 6 orang (20.7%) positif proteinuria dan 23 orang (79.3%) negatif proteinuria, Dari 6 orang dengan proteinuria positif, berdasarkan umur ada 6 orang (25.0%) dengan umur berisiko (<50 tahun) dan 0 orang (0.0%) dengan umur tidak berisiko (>50 tahun); berdasarkan jenis kelamin ada 1 orang (50.0%) berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang (18.5%) berjenis kelamin perempuan; berdasarkan lama sakit, terdapat 4 orang (57.1%) menderita LES <5 tahun,2 orang (9.1%) menderita LES >5 tahun. Dengan demikian disarankan bagi pasien LES untuk menambahkan pemeriksan fungsi ginjal atau urinalisa pada saat melakukan kontrol rutin. Kata Kunci : Proteinuria, Lupus Eritematosus Sistemik, Autoimun ABSTRACT Background: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is a multisystem autoimmune disease that causes organ, tissue and cell damage due to immune complexes and autoantibodies that bind to tissue antigens. SLE can attack one or more organs, one of the organs that is mostly attacked is the kidney which can cause SLE complications, namely Lupus Nephritis which has symptoms of proteinuria. Proteinuria is an abnormal condition in which the amount of protein in the urine is more than 300 mg in the 24-hour urine and 30 mg/dL in the urine at any time. The purpose of this study: was to determine the frequency of proteinuria in patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) in Palembang in 2020, based on age, sex and length of illness. Research Methods: This research method is descriptive with a cross-sectional design. The examination sample used was urine at the time. The number of research samples was 29 SLE patients in the Palembang PLSS Community determined by purposive sampling technique. Urine examination method using the dipstick method. The results: showed that 6 people (20.7%) were positive for proteinuria and 23 people (79.3%) were negative for proteinuria. Of the 6 people with positive proteinuria, there were 6 people (25.0%) with age at risk (<50 years) and 0 people. (0.0%) with no risk age (>50 years); based on gender there were 1 person (50.0%) male and 5 (18.5%) female; based on the length of illness, there were 4 people (57.1%) suffering from SLE <5 years, 2 people (9.1%) suffering from SLE >5 years. Thus, it is recommended for SLE patients to add kidney function tests or urinalysis during routine check-ups. Keywords: Proteinuria, Systemic Lupus Erythematosus, Autoimmune
CREATININE LEVELS IN THE ELDERLY WHO SUFFERING HYPERTENSION AT BHAYANGKARA PALEMBANG HOSPITAL Nurhayati Nurhayati; Hamril Dani; Yusneli Yusneli; Erwin Edyansyah; Aura Maulina
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 2 No 1 (2022): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.319 KB) | DOI: 10.36086/medlabscience.v2i1.1290

Abstract

Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih atau sama dengan 55 tahun Komplikasi lansia dengan hipertensi akan berpengaruh ginjal, jumlah nefron ginjal akan berkurang karena mengalami kerusakan. Oleh karena itu, fungsi ginjal akan menurun. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Kadar Kreatinin pada Lansia yang Menderita Hipertensi di RS Bhayangkara Palembang. Metode Penelitian Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari-Mei 2021. Popolasi penelitian ini adalah Semua data yang terdokumentasi lengkap dalam rekam medik dari pasien lansia yang menderita hipertensi yang menjalani pengobatan dan melakukan pemeriksaan kreatinin di Laboratorium RS Bhayangkara Palembang (151 data). Hasil Penelitian : Didapatkan hasil 69 pasien (45,7%) yang memiliki kadar kreatinin normal dan yang memiliki kadar kreatinin tinggi sebanyak 82 pasien (54,3%). Pasien Lanjut usia sangat tua (>90 tahun) didapatkan hasil kadar kreatinin tinggi sebanyak 3 pasien (100%) .laki-laki didapatkan hasil kadar kreatinin lebih tinggi sebanyak 35 pasien (53,8%). sedangkan pada perempuan didapatkan hasil kadar kreatinin tinggi sebanyak 42 pasien (48,8%). Berdasarkan Lama Menderita Hipertensi, kadar kreatinin tinggi pada kategori berisiko (>2tahun) yaitu 64,6% dan pada kategori tidak berisiko(<2tahun) kadar kreatinin tinggi yaitu 42,0%. Kesimpulan : 69 pasien (45,7%) yang memiliki kadar kreatinin normal sebanyak dan yang memiliki kadar kreatinin tinggi sebanyak 82 pasien (54,3%). Saran : Bagi Lansia yang Menderita Hipertensi disarankan untuk mengontrol tekanan darah dan melakukan pemeriksaan rutin sehingga dapat memperkecil risiko komplikasi ke organ lainnya