Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberian Antanan (Centella asiatica) dan Vitamin C Sebagai Upaya Mengatasi Efek Cekaman Panas pada Broiler E Kusnadi; R Widjajakusuma; T Sutardi; P S Hardjosworo; A Habibie
Media Peternakan Vol. 29 No. 3 (2006): Media Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

High environmental temperatures may cause heat stress in poultry. This may increase water consumption, decrease feed consumption and in turn, decrease production level. In addition, high temperature contributes to oxidative stress, a condition where oxidant activity (free radicals) exceeds antioxidant activity. In this research, antanan (Centella asiatica) and vitamin C were utilized as anti heat-stress agents for heat stressed broilers. The research used 120 male broilers of 2 - 6 weeks of age, kept at 31.98 ± 1.940C poultry house temperatures during the day and 27.36 ± 1.310C at night. The data colected were analyzed with a factorial in completely randomized design of 2 x 3 (2 levels of vitamin C, 3 levels of antanan and 4 replications) and continued with contrast-orthogonal test when necessary. The result indicated that the treatments of 5% antanan (A5), 10% antanan (A10), combination of A5C, and A10C significantly (P < 0.05) increased the plasma triiodothyronine hormone from 101 ng/dL to 113, 110, 121, 119 and 126 ng/dL respectively; carcass protein from 16.5% to 17.8%, 19.1%, 19.2%, 17.3% and 18.1%; feed consumption from 2711 g to 3026, 3071, 2883, 3156 and 2935 g and body weight gain from 1181 g to 1297, 1347, 1254, 1376 and 1330 g. It could be concluded that the combination of addition 5% antanan and vitamin C 600 ppm is the most effective as anti heat-stress agent in broilers. Key words : Centella asiatica, vitamin C, heat stress, broiler
Profil hormon progesteron dan luteinizing hormone (LH) kerbau betina dalam keadaan reproduksi normal dan setelah pemberian PGF2 Alpha G Wanananda; D Sastradipradja; P Paridjo; R Widjajakusuma; H Permadi; Iskandar .; A Soetisna; J.T. Batussama
Hemera Zoa Vol. 71 No. 1 (1983): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.441 KB)

Abstract

Dalam penelitian ini dilakukan tehnik radioimmunoassay (RIA) untuk analisa hormon progesteron dan LH pada kerbau betina bersiklus normal dan setelah pemberian PGF2 alpha. Hewan percobaan yang dipakai adalah delapan hewan krbau betina dewasa yang diberi makan dan minum secara ad libitum. Prepara PGF2 alpha yang diberikan adalah Enzaprost-F, secara intra-uterin, sebanyak dua kali pemberian dengan selang waktu sebelas hari dengan dosis 3-7 mg/hewan setiap kali pemberian. Pada profil hormon normal kadar progesteron mulai meningkat pada hari ke-6 dan mencapai puncak pada hari ke-12 yaitu 423 +- 60.3 pg/ml. Kadar progesteron pada saat estrus berkisar antara 24-253 pg/ml. Kadar LH basal adalah sekitar 0.1 pg/ml. Kadar progesteron setelah penyuntikan PGF2 alpha pertama maupun kedua berkisar antara 28-200 pg/ml. Profil LH setelah perlakuan pada dasarnya sama dengan yang diamati untuk siklus normal. Kerbau betina bersiklus normal memperlihatkan pola hormon progesteron dan LH dalam kualitas tidak berbeda dengan pola pada hewan ternak pemamah biak lain. Perbedaan itu terletak pada nilai kadar hormon yang lebih rendah yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti misalnya ciri genetik bangsa hewan dan mungkin juga berbagai keadaan cekaman (stress) seperti kualitas dan kuantitas makanan yang kurang baik, kondisi eksperimen, tatalaksana yang kurang baik dan sebagainya. Perlakuan dengan PGF2 alpha menyebabkan regresi corpus luteum yang dicerminkan oleh penurunan kadar peogeteron sampai ke nilai basal. Tumbuhnya puncak LH merupakan indikasi terjadinya ovulasi. Berdasarkan data tersebut, PGF2 alpha dapat dipakai sebagai penyerentak birahi pada kerbau yang diikuti oleh kemungkinan fertilitas, jika didukung oleh proses pematangan ovum yang cukup pada saat pemberian PGF2 alpha yang kedua.