Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Gambaran Kecemasan Pasien Preoperatif Sectio Caesarea dengan anestesi spinal di RSIA Siti Hawa Padang Rani Ilma Imani; Muhammad Zulfadli Syahrul; Dedy Kurnia
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1065.819 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i2.33

Abstract

Anxiety is a response to a threat that comes nowhere, internally, indistinctly or conflictually. One common cause of the anxiety in the world is a patient that will experience an operation. The incidence is about 11-80% in the world. There are some risk factors that impact the anxiety of pre-operative patient like ages, education levels, operation histories, information resources, and etc. This study aimed to give the incidence of the anxiety of cesarean section pre-operative patients with spinal anaesthesia at Siti Hawa’s Mother and Child Hospital Padang. Specifically, cesarean section is chosen to be observed because this surgery is the most common operation in the world and spinal anesthesia is the main choice because of its rapid onset and low failure. This study was an observational-descriptive with cross-sectional design done from July until August 2018. Data were collected by direct interview with eighty-three respondents using The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) questionnaire. This result of this study based on APAIS questionnaire were (51,8%) patients does not feel anxiety and the most need for information was low (48,2%). The highest frequency of preoperative anxiety were patients twenty to thirty-five years old (54%), based on education levels (62,9%) patients graduated from college, based on operation histories (63%) patients that hadn’t experience the operation yet, and based on the information resources (53,3%) patients who had known the operation procedure.
Prevalensi Nyeri Tenggorok Pascaoperasi dengan Pemberian Lubrikasi VCO pada Pemasangan LMA Rahmadhya Khairina Rianti; Dedy Kurnia; Afdal Afdal
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1042.313 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i2.156

Abstract

Background. Postoperative sore throat (POST) is a common complication after general anaesthesia. It affects patient satisfaction and can affect activity after discharge. The supraglottic airway device (SAD) offers an alternative to traditional tracheal intubation with potential benefit in preventing sore throat. Numerous agents have been used as lubricant to reduce the incidence of POST with variable efficacy. The purpose of this study is to determine the prevalence of postoperative sore throat in patients with Virgin Coconut Oil (VCO) as a lubricant for Laryngeal Mask Airway (LMA) insertion in patients undergoing general anaesthesia for elective surgery. Objective. Determine the prevalence of postoperative sore throat in patients by giving Virgin Coconut Oil (VCO) as a lubricant for the Laryngeal Mask Airway (LMA) installation under general anesthesia for elective surgery. Methods. This is an observational descriptive study, was conducted in December 2019 until June 2020 at Surgical Installation RSUP dr. M. Djamil Padang and Andalas University Hospital. Forty-two subjects were recruited to this study taken by using consecutive sampling technique. Results. Patients evaluated about sore throat at immediately, 2 hours, and 24 hours post-operative period. POST was observed in 47,6% of the patients in immediate post-operative period. After 2 hours 23,8% patients had sore-throat, and after 24 hours 9,5% patients had sore-throat. Among patients had sore throat after 24 hours, the intensity was mild. Conclusion. We conclude that lubricating cuff of LMA with VCO can reduce the prevalence of POST. Keyword: Laryngeal Mask Airway, sore throat, Virgin Coconut Oil
Inflamasi pada Coronavirus Disease 2019 Dedy Kurnia; Rinal Effendi
In Proses
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.827 KB)

Abstract

Latar Belakang: Desember tahun 2019, terjadi wabah pneumonia yang tidak diketahui penyebab pastinya. Wabah ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. WHO secara resmi menamakan penyakit ini COVID-19.Pembahasan: Sars-CoV-2 merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen yang memiliki 4 protein. Virus ini menular melalui droplet nuclei. Virus memiliki 5 tahapan saat menginfeksi yang akan terjadi apabila virus berikatan dengan reseptor ACE-2. Proses inflamasi terjadi akibat pelepasan sitokin IL-1, IL-6, IL-10, TNF-a. Infeksi dimulai dari masa inkubasi sampai dengan terjadinya respon imun berlebihan yang menyebabkan hiperinflamasi pada paru yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya ARDS. berat kasusnya COVID-19 dibagi menjadi tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.Kesimpulan: COVID-19 adalah penyakit infeksi pernapasan yang disebabkan oleh Sars-CoV-2 yang dapat menyebabkan hiperinflamasi. Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, berat atau bahkan kritis.
Enhaced Recovery After Surgery (ERAS) pada Orthopedi Yulinda Abdullah; Dedy Kurnia
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 11 (2022): Volume 4 Nomor 11 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v4i11.7288

Abstract

ABSTRAK Pembedahan dan trauma mengakibatkan stress terhadap tubuh. Konsep ERAS menargetkan faktor-faktor yang menunda pemulihan pasca operasi seperti stres bedah dan disfungsi organ. Protokol atau program ERAS berbasis multimodal dan terkoordinasi. ERAS diarahkan untuk mengurangi komplikasi pasca operasi, memperpendek lama tinggal di rumah sakit, meningkatkan kepuasan pasien, dan mempercepat pemulihan. ERAS terdiri dari pre- operatif, intraoperative dan post-operatif. ERAS pada orthopedi sudah diterapkan pada operasi lumbar, pergantian sendi, pergantian lutut dan pinggul. Program ERAS pada bedah orthopedi sedang dikembangkan ke variasi bedah orthopedic lainnya. Kata Kunci: ERAS, Operasi ortopedi, Operasi Lumbar ABSTRACT Surgery and trauma cause stress to the body. The ERAS concept estimates factors that delay postoperative recoveries, such as surgical stress and organ dysfunction. The ERAS program is multimodal and coordinated. ERAS is aimed at reducing postoperative complications, shortening the length of hospital stay, increasing patient satisfaction. ERAS includes pre-operative, intraoperative, and post-operative. ERAS in orthopedics have been applied to lumbar surgery, joint replacements, knee, and hip replacements. The ERAS program in orthopedic surgery is being developed for other variations of orthopedic surgery. Keywords: ERAS, Orthopedic Surgery, Lumbar Surgery
Karakteristik dan Outcome Pasien Preeklampsia Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2020 Tsurayya Pertiwi Femilia; Aladin Aladin; Dedy Kurnia
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i2.723

Abstract

Latar Belakang : Preeklampsia adalah salah satu penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu yang disertai dengan proteinuria. Preeklampsia terdiri atas preeklampsia ringan dan berat. Terdapat banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia berat Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan outcome pasien preeklampsia berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 ibu hamil yang telah didiagnosis preeklampsia berat, memiliki status yang lengkap dan jelas usia kehamilan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis ibu dengan preeklampsia berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari – 31 Desember tahun 2020. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar ibu dengan preeklampsia berat (65%) pada kelompok usia 20-35 tahun, lebih dari separuh (76,7%) adalah multigravida, berdasarkan paritas (40%) yaitu ibu dengan multipara, mayoritas (91,7%) terjadi pada trimester III kehamilan, sebagian besar (75%) ibu tidak memiliki riwayat hipertensi, sebanyak (48,3%) ibu hamil dengan obesitas, jumlah ibu yang mengalami komplikasi sindrom HELLP (18,3%), mayoritas (65%) bayi yang dilahirkan secara preterm, dan tidak ada kematian maternal. Kesimpulan: Preeklampsia berat paling banyak terjadi pada kelompok usia 20-35 tahun, multigravida, multipara, terjadi pada trimester III, tanpa riwayat hipertensi, disertai obesitas, dan tidak disertai sindrom HELLP, namun tidak ada kematian maternal.
Gambaran Kejadian Kasus Osteomielitis Di Bagian Bedah Ortopedi RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang Tahun 2018-2020 Arie Van Diemen Sitinjak; Ardian Riza; Dedy Kurnia
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i1.728

Abstract

Latar Belakang: Osteomielitis adalah proses inflamasi tulang dan sumsum tulang yang disebabkan oleh organisme menular yang mengakibatkan kerusakan tulang lokal, nekrosis, dan aposisi tulang baru. Insidensi osteomielitis sebesar 21,8/100.000 orang/tahun. Osteomielitis terjadi pada semua kelompok umur dan lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian kasus osteomielitis di RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang tahun 2018-2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel berjumlah 39 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data diolah menggunakan uji univariat. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan catatan rekam medis pasien rawat inap di RSUP DR. M. Djamil Kota Padang periode Januari 2018-Desember 2020. Hasil: Penelitian ini menunjukkan usia terbanyak penderita osteomielitis terjadi pada kelompok usia 50-54 tahun (17,9%); jenis kelamin laki-laki lebih sering mengalami osteomielitis (79,5%) dibandingkan perempuan (20,5%); mikroorganisme penyebab osteomielitis tersering adalah Staphylococcus aureus (25,6%); lokasi tulang yang terinfeksi paling banyak adalah tibia (25,6%); lama rawat inap terbanyak pada rentang 8-14 hari (51,3%); antibiotik yang paling banyak diberikan adalah ceftriaxone (64,1%); dan teknik debridement merupakan tatalaksana bedah paling banyak dilakukan (35,9%). Kesimpulan: Osteomielitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 50-54 tahunosteomielitis dengan pasien laki-laki sebagai kelompok jenis kelamin utama. Staphylococcus aureus menjadi organisme penyebab osteomielitis tersering dengan tibia sebagai lokasi tulang yang paling banyak yang terinfeksi. Perawatan dengan rawat inap ditemukan paling banyak pada rentang 8-14 hari, dengan pemberian antibiotik ceftriaxone serta penggunaan teknik debridement sebagai tatalaksana yang paling sering dilakukan.
Assessment of Anxiety Before Surgery In Cardiac Surgery Patients Who Have No History of Anxiety: Supporting Factors and Postoperative Morbidity Yose Wizano; Dedy Kurnia
Devotion Journal of Community Service Vol. 3 No. 13 (2022): Devotion: Journal of Research and Community Service
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/dev.v3i13.277

Abstract

Anxiety is a negative or threatening emotion that a person feels in general, in the long term (anxiety trait), or in certain situations that fluctuates over time (anxiety state). The research method used is a systematic review conducted by looking for articles related to the assessment of factors supporting anxiety before surgery in cardiac surgery patients who do not have a history of postoperative anxiety and morbidity through an electronic database search, namely ProQuest, and Google Scholar conducted in June – August 2022. RESULTS AND DISCUSSION: Patients with preoperative heart surgery have a moderate-high level of anxiety with many influencing risk factors. The extent to which each patient manifests his or her preoperative anxiety depends on many factors such as the patient's susceptibility to preoperative anxiety, age, gender, past experience with surgery, educational status, type and degree of proposed surgery, current health status, and socioeconomic status. . Patients with high postoperative pain have high morbidity and mortality, poor recovery, impaired wound healing, poor satisfaction, and longer hospital stays. Conclusion: Based on the results of the study in this systematic review, it was shown that patients undergoing cardiac surgery showed moderate to high levels of preoperative anxiety, with little medical information obtained, especially those related to surgery. Many factors influence the emergence of anxiety in preoperative cardiac patients, including fear of postoperative complications, lack of preoperative information to patients about surgical methods and procedures and the anesthesia they will undergo, not having strong social support, fear of death, fear of the unknown, the danger of doctor or nurse error, the need for blood transfusions, and the patient's comorbidities. Preoperative psychosocial factors are associated with poor short-term and long-term outcomes after cardiac surgery, so the detection and assessment of the patient's anxiety level before undergoing cardiac surgery should be carried
Penggunaan Levobupivakain dan Ropivakain Isobarik pada Anestesia Spinal Nasman Puar; Dedy Kurnia
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.529 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i9.9566

Abstract

Teknik anestesi spinal kini semakin berkembang dan banyak menjadi pilihan dalam tindakan operasi karena manfaat dan efektifitasnya. Sejalan dengan hal tersebut mendorong berkembanganya obat-obatan anestesi lokal dalam pengaplikasiannya. Obat anestesia lokal yang ideal memiliki kriteria onset kerja cepat, durasi kerja dan juga tinggi blokade yang dapat diperkirakan dengan efek samping minimal. Selama ini penggunaan bupivakain hiperbarik pada anestesi spinal masih menjadi pilihan pertama di negara kita. Penggunaan bupivakain hiperbarik dikaitkan dengan efek sistem saraf pusat yang berat dan reaksi mengancam jiwa pada kardiovaskular setelah penggunaanya. Levobupivakain isobarik dan ropivakain isobarik menjadi alternatif yang lebih aman pada anestesi spinal. Regresi blok motorik terjadi lebih awal dengan efek samping minimal pada levobupivakain dan ropivakain isobarik dibanding bupivakain hiperbarik.
Correlation Between C-Reactive Protein Level and Outcome In Coronavirus Disease 2019 Patients At COVID Intensive Care Unit RSUP. Dr. M. Djamil Padang Putri Ariani; Dedy Kurnia; Malinda Meinapuri; Rudy Afriant; Rina Gustia; Rikarni; Rinal Effendi
Jambi Medical Journal : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol. 11 No. 3 (2023): Jambi Medical Journal: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Special Issues: Jambi M
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jmj.v11i3.25078

Abstract

Background: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a respiratory system disease transmitted to humans and has infected humans in almost every country. Plasma cytokine levels, such as C-reactive protein (CRP), are elevated inflammatory markers in most COVID-19 patients and are routinely examined, especially in the intensive care Unit (ICU). Elevated CRP levels are associated with higher rates of severity and death. Objective: This study aimed to determine the correlation between CRP levels and outcomes in COVID-19 patients at COVID ICU RSUP. Dr. M. Djamil Padang Period July – December 2021. Method: This research was conducted using by analytic observational method with a retrospective cohort design. Secondary data was collected from the medical records of COVID-19 patients treated in the ICU COVID RSUP. Dr. M. Djamil Padang from July – December 2021, using total sampling as a technique, 107 samples met the inclusion criteria. Data analysis was carried out using univariate and bivariate methods. Result: The result shows more male patients (51.4%) than women (48.6%). From the age range, most age was found in the range > 59 years (54.2%). The most common type of comorbid disease was diabetes (32.7%). The highest CRP level at the initial ICU admission was >160 mg/L (70.1%), and the highest ferritin level was >434 ng/mL (86.0%). The most common patient outcome was death (65.4%). There is a relationship between CRP levels (p = 0.029) and the outcome of COVID-19 patients in the COVID ICU. Conclusion: This study concludes that there is a correlation between C-Reactive Protein (CRP) levels and Outcomes in COVID-19 patients at COVID ICU RSUP. Dr. M. Djamil Padang Period July – December 2021. Keywords : COVID-19, CRP, Patient Outcome, ICU
Gambaran Kejadian Nyeri Tenggorok Pascaoperasi pada Pasien yang Menjalani Anestesi Umum dengan Intubasi Endotrakeal Muhammad Amirul Ihsan Saputra; Dedy Kurnia; Afriwardi Afriwardi
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 4 No 3 (2023): September 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v4i3.641

Abstract

Latar Belakang. Nyeri tenggorok pascaoperasi (POST) merupakan nyeri tenggorok pada pasien yang dilakukan intubasi dengan pipa endotrakeal yang mengakibatkan terjadinya cedera mekanik, kerusakan mukosa karena tekanan oleh cuff ETT, dan dehidrasi pada mukosa. Angka kekerapan POST pada pasien yang menjalani anestesi umum dengan intubasi endotrakeal yaitu antara 21% sampai 65% dan merupakan keluhan utama yang berhubungan dengan airway selain keluhan seperti suara serak dan dysphagia (sulit menelan). Tujuan: Mengetahui gambaran kejadian nyeri tenggorok pascaoperasi pada pasien yang menjalani anestesi umum dengan intubasi endotrakeal di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode: Penelitian ini adalah deskriptif observasional yang dilakukan selama bulan Januari sampai Februari 2020 di recovery room IBS, HCU Bedah, Bangsal Bedah pria dan wanita di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Sampel sebanyak 64 pasien pascaoperasi dengan anestesi umum teknik intubasi endotrakeal diambil menggunakan metode consecutive sampling. Hasil: Didapatkan sebanyak 15 dari 64 pasien (23,4%) mengalami POST dengan derajat ringan sebanyak 9 pasien (14,1%) dan derajat sedang sebanyak 6 orang (9.3%). Angka POST tertinggi terjadi pada jam ke-0 (23,4%) di bandingkan jam ke-2 (15,6%) dan jam ke-24 (4,7%). Kejadian POST terbanyak pada pasien laki – laki (25%), kelompok usia diatas 65 tahun (36,36%), memiliki riwayat merokok (34,6%), lama terintubasi lebih dari 120 menit (30,56%) dan ukuran pipa ETT 7,5 mm (42,86%) pada pasien laki - laki serta ukuran pipa ETT 7 mm (29,4%) pada pasien perempuan. Simpulan: Secara umum, gambaran kejadian nyeri tenggorok pascaoperasi banyak ditemukan pada jam ke-0 dengan nyeri tenggorok derajat ringan. Terbanyak ditemukan pada pasien laki – laki, usia diatas 65 tahun, memiliki riwayat merokok, lama terintubasi lebih dari 120 menit dan ukuran pipa ETT yang lebih besar digunakan pada masing - masing jenis kelamin pasien.