Andi Muhammad Akbar
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Ruang Tamping Sebagai Simbol Kebangsawanan Rumah Tradisional Bugis di Bone Sulawesi Selatan Akbar Andi Muhammad; Azis Alimuddin
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol 6 No 1 Februari 2021
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/losari.v6i1.314

Abstract

The design of the space in the traditional Bugis noble house in Bone is generally divided into three horizontal spaces, namely: lontang ri'saliweng, lontang ri'tenggah and lontang ri'laleng which are connected by a tamping room as a circulation path. With a distinctive shape as a symbol of Bugis Bone nobility, the tamping room needs to be investigated more deeply as a work of local architecture to connect the works of national architecture in the past and the future. The purpose of this study is to reveal the characteristics of the tamping room as a symbol of the traditional architecture of the Bugis noble house in Bone. This research was conducted based on the Bugis kingdom in the former Bone Regency. This researchmethodology is qualitative with a naturalistic paradigm approach. The results of this study, symbolically the tamping room can influence people's perceptions as a differentiating space for social strata in the house with its spatial form extending backward linearly with the existing spaces in Indo bola and located parallel to the main door as a symbol of limitation of human movement space marked by a clear separation of space. and firm in the form of differences in the height and low of the floor. The higher the difference in floor height as a symbol, the higher the degree of nobility, and the wider the size of the tamping room, the more rules that limit it.
Analisis Karakteristik Spasial Ruang dan Bentuk Fasad Rumah Tradisional Paneng-Paneng di Kabupaten Sidrap Berdasarkan Konsep Nilai-Nilai Islam Andi Muhammad Akbar; Nur Setiawati
Jurnal Linears Vol 6, No 1 (2023): Jurnal LINEARS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v6i1.9890

Abstract

Fenomena maraknya pembangunan rumah tradisional Bugis modern “paneng-paneng” di kabupatenSidrap yang lagi tren saat ini, diduga telah mengabaikan kearifan lokal tradisi upacara ritual pada perencanaandan perancangan spasial ruang serta bentuk fasadnya, karna dianggap bertentangan ajaran Islam dan sudahketinggalan jaman. Tujuan penelitiannya menganalisis karakteristik spasial ruang dan bentuk fasad rumahtradisional Paneng-Paneng di Kabupaten Sidrap berdasarkan konsep nilai-nilai Islami yang dipengaruhilingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Metode penelitiannya kualitatif, paradigmanya naturalistis danpembahasannya induktif, pendekatannya lebih menekankan eksplorasi kealamian serta kedalaman sumber datasebagai instrumen menetapkan fokus penelitian. Kategori sampel terpilih adalah rumah tradisional BugisPaneng-paneng pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. Hasil penelitian ini menemukanbahwa meskipun kegiatan upacara ritual sudah diabaikan oleh pemilik rumah Paneng-Paneng, namun maknadan simbolis pada karakteristik spasial ruang serta bentuk fasadnya sebagai fungsi rumah tradisional Bugismasih tetap terjaga keutuhannya sebagai sarana interaksi sosial dalam menjaga tradisi budaya Bugis dan tidakbertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini dapat terlihat pada pembagian spasial ruang luarnyayang terbentuk oleh batas-batas ruang yang jelas dengan gradasi sifat ruang publik, semi publik dan privatyang didasari pada perbedaan fungsi ruangnya sedangkan bentuk fasadnya yang tertutup dengan rapat dan tegasmenciptakan privasi bentuk visual dan privasi jarak pandang yang merupakan karakteristik sosial utama dalamkonsep Islami (Qur’an, Su.24:30).
STRATEGI PENGENDALIAN POLA PERGERAKAN DAN PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS KONSEP COMPACT CITY DI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR Andi Muhammad Akbar
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol 2 No 1 Februari 2017
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.315 KB) | DOI: 10.33096/losari.v2i1.56

Abstract

Fenomena Urban Sprawl yang terjadi di Kota Makassar telah menimbulkan berbagai permasalahan, terutama di sektor transportasi salah satunya dapat dilihat melalui tingginya volume transportasi dari wilayah suburban menuju pusat Kota Makassar maupun sebaliknya, hal ini cenderung menyebabkan kemacetan dibeberapa titik di Kota Makassar. Untuk itu, sebagai alternatif utama pengimplementasian pembangunan berkelanjutan dalam sebuah kota dan sebagai solusi dari fenomena Urban Sprawl maka dicetuskanlah konsep kota kompak atau Compact City. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji potensi penerapan konsep kota kompak di wilayah suburban Kota Makassar sebagai solusi permasalahan urban sprawl. Potensi penerapan ini ditinjau dari aspek kondisi wilayah suburban berdasarkan Indikator compact city, selanjutnya analisis pada aspek transportasi dengan manganalisis pola pergerakan penduduk dan kemudian menyusun strategi penataan kota dengan pendekatan konsep kota kompak (Compact City). Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu dengan menjelaskan kondisi wilayah suburban berdasarkan indikator compact city, selanjutnya menganalisis pola pergerakan penduduk dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara terhadap 321 responden. Data dianalisis dengan menggunakan matriks asal tujuan (MAT), deskriptif kuantitatif, dan analisis spasial dengan peta citra satelit, kemudian menyusun strategi penataan kota dengan pendekatan konsep kota kompak dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep ini dianggap telah sesuai, hal ini berdasarkan pengukuran jarak tempuh penduduk dalam radius berjalan kaki dan bersepeda, dengan menggunakan instrumen penyebaran penduduk terhadap jarak tempuh dari konsentrasi penyebaran penduduk ke pusat aktifitas dengan fasilitas campuran di dalam wilayah penelitian. Sedangkan analisis pola pergerakan penduduk di wilayah Suburban berdasarkan tujuan pergerakan, kedakatan jarak menunjukkan bahwa pola pergerakan penduduk dari Suburban ke Urban umumnya menggunakan kendaraan pribadi dengan tujuan bekerja, berbelanja, rekreasi dan kegiatan sosial, sedangkan kegiatan pendidikan umumnya dilakukan di kawasan suburban. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis sebelumnya dapat disusun beberapa strategi yang dapat mendukung pengimplementasian konsep kota dengan pendekatan konsep kota kompak (compact city).
KONSEP DAN BENTUK RUANG RAKKEANG RUMAH TRADISIONAL BANGSAWAN BUGIS DI BONE SULAWESI SELATAN Andi Muhammad Akbar
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol 2 No 2 Agustus 2017
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.502 KB) | DOI: 10.33096/losari.v2i2.60

Abstract

Arsitektur tradisional Bugis erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Bugis pada masa lalu, dimana Kota Bone sebagai basisnya di Sulawesi Selatan. Didalam rumah tradisional bangsawan Bugis Bone terbagi atas 3 ruang secara vertikal yaitu: Rakkeang, Alle Bola dan Awa Bola. Konsep bentuk ruang yang khas pada Rakkeang mampu memberikan ekspresi karakteristik tersendiri, sehingga perlu diteliti lebih mendalam sebagai aset karya arsitektur nasional penghubung masa yang lalu dan masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini menemukan konsep bentuk ruang Rakkeang yang berpengaruh terhadap karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan Bugis. Penelitian ini mencakup basis kerajaan suku Bugis di Kabupaten Bone. Metedologi penelitian ini kualitatif dengan pendekatan paradigma rasionalistik. Hasil penelitian bentuk ruang Rakkeang ini secara spasial terletak simetris dengan Indo Bola dan cenderung mengikuti pola ruang yang ada dibawahnya, semakin besar ukuran ruang Rakkeang semakin tinggi derajat kebangsawanannya, Sedangkan orientasi ruang Rakkeang menghadap kejalan dan hirarki ruang merupakan simbol kewibawaan dengan fungsi khusus yang sifatnya privasi. Secara fisik konsep bentuk Rakkeang simetris berukuran lebih besar dan kemampuan variasi konstruksinya lebih varatif. Hal ini sebagai simbol derajat sosial dan kemampuan penghuni secara ekonomis. Sedangkan bentuk elemen-elemen Rakkeang dimaksudkan agar hegemoni kebangsawanan tetap diterjaga, dan dapat mempengaruhi persepsi setinggi apa status sosialnya dalam masyarakat.
Analisis Konsep Teritorial Ruang Rumah Tradisional Bangsawan Bugis Di Bone Sulawesi Selatan Dalam Penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka Bidang Penelitian Akbar Andi Muhammad; Setiawati Nur; Ishak Gani
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol.7 No.1, Februari 2022
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The application of Merdeka Learning Campus Merdeka (MBKM) in this field of research analyzes the traditional architecture of the Bugis tribe which is closely related to the history of the Bugis kingdom in the past, where the City of Bone is the base in South Sulawesi. The architecture of the traditional house of the Bugis Bone nobility at that time was strongly influenced by the social stratification that prevailed in their society. The configuration of the spaces has its own characteristics and is able to provide expression as an element of the typical culture of an area by making distinctions between spaces based on social stratification to form a territory of cultural cognition. The purpose of this study is to analyze the concept of territorial space that affects the architectural characteristics of the traditional house which is reviewed based on the pattern of the Spatial system and the Physical system as well as the Stylistic system. The scope of this research is limited to the basis of the Bugis kingdom in Bone Regency, South Sulawesi. This study uses a qualitative methodology with a phenemological paradigm approach, then analyzes in detail the typomorphology of the spatial configuration of each sample of the Bugis Bone nobility's house as a tool to measure the characteristics of the architectural space. The results of the research on the spatial concept of the Bugis Bone noble house is a physical expression that is closely related to his identity which is influenced by socio-cultural factors of the Bugis society in Bone at that time.
Pusat Perawatan Dan Pendidikan Kecantikan di Kota Makassar Reski Amalia; Andi Muhammad Akbar; Usman Fahruddin
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol.8 No.2, Agustus 2023
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/losari.v8i2.725

Abstract

In the era of rapid beauty industry development, the importance of appearance has made skincare and beauty treatments a primary focus for both men and women. The beauty industry in Indonesia, particularly in Makassar City, has experienced significant growth. This research proposes the concept of a centralized Beauty Care and Education Center to address challenges and support economic growth while meeting the needs of the Makassar community. The research method employed is qualitative, involving data collection from various sources, both primary and secondary. Secondary data is obtained through literature reviews, while preliminary data is gathered through direct observations of the Beauty Care Center building. The analysis results indicate that the site location was chosen considering ideal sun exposure, facing south, to maximize morning sunlight utilization. Additionally, using a second skin is being considered to reduce afternoon sun heat. The building's design is based on the Metaphor concept, drawing inspiration from snails and chamomile flowers, often used in skincare products. The structural and construction system involves: The use of pile foundations, Reinforced concrete for column structures, A hollow steel roof frame. The lighting and ventilation systems combine natural and artificial lighting, while utilities involve electricity sourced from the national grid and backup generators, as well as a clean water supply and wastewater disposal system.
Pengembangan Kawasan Wisata Kuliner di Kota Kolaka Saleh Rabulan Makaffan; Andi Muhammad Akbar; Muhammad Zaki
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol.8 No.2, Agustus 2023
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/losari.v8i2.727

Abstract

The COVID-19 pandemic has significantly altered the lifestyles of communities with mobility restrictions and Work From Home (WFH) mandates. This has led to increased levels of stress and monotony. As regulations gradually ease, people are seeking new activities. Culinary tourism has become a primary attraction in Indonesia, including Kota Kolaka, which holds significant potential as a culinary destination. However, this area faces architectural planning challenges, including inadequate supporting facilities, zoning ambiguity, and poor drainage systems. This study adopts a descriptive analysis method and a qualitative approach to collect data. The findings describe the characteristics of Kota Kolaka, including administrative conditions, topography, climate, demographics, and hydrology. The culinary tourism area in Kota Kolaka also requires thorough architectural planning, considering the local community's characteristics. An approach that blends traditional and modern elements, such as Neo Vernacular Architecture, is a suitable solution. The analytical results encompass solar orientation, site processing, and structural and sub-structural planning. With these steps, Kota Kolaka's culinary tourism area has the potential to become a sustainable tourist attraction, supporting local economic growth and promoting cultural heritage and regional cuisine. Special attention to environmental preservation and active community involvement in project implementation are necessary for achieving long-term sustainability