Putri Agus Wijayanti
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IA SMA IBU KARTINI SEMARANG DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING Wijayanti, Putri Agus; Juariyah, Siti
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 27, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jpp.v27i1.198

Abstract

Pada penelitian ini masalah yang dibahas adalah (1) apakah dengan metode cooperative learning model STAD dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010; (2) bagaimana respon siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 terhadap pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode cooperative learning model STAD? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya metode cooperative learning model STAD meningkatkan minat dan keaktifan siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 dalam pembelajaran sejarah, dan respon siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 terhadap pembelajaran sejarah. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010, guru mata pelajaran sejarah SMA Ibu Kartini, dan tim peneliti sebagai konsultas. Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus, dan proses pembelajaran yang diteliti pada setiap silus meliputi perencaan, pelaksanaan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat dan keaktifan siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode cooperative learning model STAD mengalami peningkatan, dari 22,50% pada pra siklus menjadi 69,91% pada sikulus 1 dan 80,00% pada siklus 2. Demikian pula untuk respon siswa, pembelajaran Sejarah di kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang dengan metode Cooperative Learning direspon positif oleh sebagian besar siswa.Kata Kunci: pembelajaran sejarah, metode Cooperative Learning, SMA Ibu Kartini
Rambut Gondrong di Semarang Pada Tahun 1967-1973 Wijanarko, Taufik Silvan; Wijayanti, Putri Agus; Muntholib, Abdul
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32209

Abstract

Kebijakan pelarangan rambut gondrong pada masa Orde Baru terjadi pada tahun 1970-an. Saat itu, Pangkopkamtib Jenderal Soemitro di layar TVRI mengatakan bahwa rambut gondrong yang sedang populer membuat anak muda bersikap ‘acuh tak acuh’. Pernyataan tersebut menjadi penanda bahwa permasalahan rambut gondrong sedemikian gawatnya. Selain itu, operasi penertiban rambut gondrong mulai gencar dilakukan oleh aparat negara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintah Orde Baru, anak muda diidealkan menjadi anak yang penurut dan patuh terhadap orang tua seperti dalam konsep keluarga Jawa. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah membatasi anak muda ikut dalam kegiatan politik. Di samping itu, Orde Baru menerapkan politik pintu terbuka yang membuka akses seluas-luasnya pada Barat. Tidak heran jika musik rock yang pada masa Soekarno dianggap sebagai musik ngak-ngik-ngok menjadi populer pada masa Orde Baru. Salah satu band yang cukup populer di kalangan anak muda pada waktu itu adalah The Beatles. Band asal Inggris tersebut identik dengan rambutnya yang gondrong. Wajar jika anak muda mulai meniru cara berpakaian dan gaya rambut The Beatles. Melihat realitas tersebut, pemerintah merasa khawatir dengan tren rambut gondrong yang melanda anak muda. Pemerintah menganggap bahwa baik-tidaknya tingkah laku anak muda dapat dilihat dari cara berpakaian dan gaya rambut. Bagi Orde Baru, rambut cepak ala ABRI dianggap menjadi potongan rambut yang ideal.
Kampung-Kota dan Permukiman Kumuh di Kota Bandung Tahun 1965-1985 Kausan, Bagas Yusuf; Wijayanti, Putri Agus; Atno, Atno
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32211

Abstract

Pada tahun 1970-1980an, seiring dengan berkembangnya perencanaan kota metropolitan, masalah permukiman menjadi satu gejala yang terjadi nyaris di setiap kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh daya tampung kota yang terbatas, sementara lonjakan jumlah penduduk akibat dari urbanisasi terus mengalami peningkatan. Akibatnya banyak para pendatang yang kemudian bermukim di lahan-lahan tidak terpakai dan mengisi kantong-kantong perkampungan kota yang sebelumnya telah ada. Penelitian ini membahas tentang sejarah kampung-kota, terutama terkait posisinya dalam perencanaan kota yang semakin modern. Lebih lanjut, penelitian ini mencoba melihat cara pemerintah memandang perkampungan-kota dan meninjau upaya apa saja yang pernah dilakukan pemerintah guna memperbaiki lingkungan perkampungan kota tersebut. Setelah ditinjau, dalam rentang tahun 1970-1980an, aneka bentuk program perbaikan perkampungan pernah dilaksanakan di Kota Bandung. Meskipun ada pula program perbaikan perkampungan yang murni diinisiasi secara swadaya oleh masyarakat, sebagian besar program perbaikan perkampungan pada saat itu merupakan proyek pemerintah yang bekerja sama dengan beberapa lembaga filantropi. Namun dengan hanya mengambil fokus pada perbaikan aspek fisik perkampungan, beberapa program perbaikan pun tidak berdampak secara signifikan terhadap masyarakat. Sebab, membaiknya lingkungan perkampungan tidak menjamin membaiknya kondisi perekonomian mereka yang lebih banyak terserap ke dalam ekonomi informal perkotaan.
Kampanye Patai-Partai Politik Menjelang Pemilihan Umum 1955 Di Kota Semarang (Studi Kasus PNI, PKI, Nu, dan Masyumi) Ahmad, Nanang Rendi; Wasino, Wasino; Wijayanti, Putri Agus
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32213

Abstract

Kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1950-an menjadi suatu arena bagi partai-partai politik untuk menunjukan keberadaannya di tengah masalah-masalah sosial-politik yang menimpa Indonesia, setidaknya itu terjadi ketika wacana diselenggarakannya Pemilihan Umum (pemilu) berhembus. Partai-partai politik dengan masing-masing ideologi partai yang diusung saling mengkampanyekan jalan keluar atas masalah-masalah yang dihadapi Indonesia tahun 1950-an. Semua yang dilakukan partai-partai politik itu adalah upaya meraih hati rakyat untuk persiapan Pemilu 1955. Penelitian ini membahas tentang hubungan antara kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1950-an dengan kampanye partai-partai politik. Penelitian ini juga mencoba menunjukan bahwa latar belakang historis dan kondisi sosial-politik suatu daerah turut mempengaruhi peta kekuatan politik dan hasil Pemilu 1955.  Dalam kasus yang terjadi di Kota Semarang, dengan keluarnya PKI sebagai peraih suara terbanyak dalam Pemilu 1955 di Kota Semarang, menunjukkan bahwa kampanye bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi hasil yang diraih suatu partai. Akan tetapi ada faktor lain yang juga turut mempengaruhi hasil yang diraih suatu partai. Faktor tersebut adalah latar belakang historis dan kondisi sosial-politik di Kota Semarang.
Eksistensi Kaset di Surakarta Tahun 1972-1990 Ningrum, Nur Widya; Wijayanti, Putri Agus; Muntholib, Abdul
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32219

Abstract

Eksistensi penggunaan kaset sebagai media penyimpaan rekaman suara di Surakarta dimulai sejak tahun 1972. Dimana pada waktu itu, Surakarta merupakan kota besar dan kota dengan perkembangan budaya yang cukup pesat. Perkembangan itu tidak lepas dari gaya hidup dan selera masyarakat. Tidak seperti piringan hitam yang digunakan oleh kalangan tertentu, kaset dapat digunakan oleh masyarakat umum. Namun, dalam perjalanannya eksistensi kaset asli bersaing dengan eksistensi kaset bajakan. Permasalahan pokok yang dikaji adalah mengapa kaset era 1972-1990 di Surakarta menunjukkan eksistensinya. Selain itu, bagaimana gaya hidup masyarakat berpengaruh pada penggunaan kaset dan bagaimana pengaruh dari pembajakan kaset? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi penggunaan kaset sebagai media penyimpanan rekaman suara di Surakarta pada tahun 1972 mengalami perkembangan. Masyarakat sebagai penikmat hiburan memiliki peran dalam eksistensi kaset, dikarenakan kaset memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan piringan hitam. Selain itu, kaset mampu merekam berbagai jenis musik dan rekaman lainnya seperti pertujukan ketoprak dan wayang dalam bentuk suara, broadcasting untuk siaran radio, iklan layanan masyarakat dari pemerintah dan merekam hasil wawancara wartawan dengan narasumbernya. Hal tersebut menjadi salah satu keunggulan dan menjadi daya tarik terhadap kaset.
PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IA SMA IBU KARTINI SEMARANG DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING Ba'in, -; Wijayanti, Putri Agus; Juariyah, Siti
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 27, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jpp.v27i1.198

Abstract

Pada penelitian ini masalah yang dibahas adalah (1) apakah dengan metode cooperative learning model STAD dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010; (2) bagaimana respon siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 terhadap pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode cooperative learning model STAD? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya metode cooperative learning model STAD meningkatkan minat dan keaktifan siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 dalam pembelajaran sejarah, dan respon siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 terhadap pembelajaran sejarah. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010, guru mata pelajaran sejarah SMA Ibu Kartini, dan tim peneliti sebagai konsultas. Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus, dan proses pembelajaran yang diteliti pada setiap silus meliputi perencaan, pelaksanaan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat dan keaktifan siswa kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang tahun 2009/2010 dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode cooperative learning model STAD mengalami peningkatan, dari 22,50% pada pra siklus menjadi 69,91% pada sikulus 1 dan 80,00% pada siklus 2. Demikian pula untuk respon siswa, pembelajaran Sejarah di kelas XI IA 1 SMA Ibu Kartini Semarang dengan metode Cooperative Learning direspon positif oleh sebagian besar siswa.Kata Kunci: pembelajaran sejarah, metode Cooperative Learning, SMA Ibu Kartini
Rambut Gondrong di Semarang Pada Tahun 1967-1973 Wijanarko, Taufik Silvan; Wijayanti, Putri Agus; Muntholib, Abdul
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32209

Abstract

Kebijakan pelarangan rambut gondrong pada masa Orde Baru terjadi pada tahun 1970-an. Saat itu, Pangkopkamtib Jenderal Soemitro di layar TVRI mengatakan bahwa rambut gondrong yang sedang populer membuat anak muda bersikap ‘acuh tak acuh’. Pernyataan tersebut menjadi penanda bahwa permasalahan rambut gondrong sedemikian gawatnya. Selain itu, operasi penertiban rambut gondrong mulai gencar dilakukan oleh aparat negara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintah Orde Baru, anak muda diidealkan menjadi anak yang penurut dan patuh terhadap orang tua seperti dalam konsep keluarga Jawa. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah membatasi anak muda ikut dalam kegiatan politik. Di samping itu, Orde Baru menerapkan politik pintu terbuka yang membuka akses seluas-luasnya pada Barat. Tidak heran jika musik rock yang pada masa Soekarno dianggap sebagai musik ngak-ngik-ngok menjadi populer pada masa Orde Baru. Salah satu band yang cukup populer di kalangan anak muda pada waktu itu adalah The Beatles. Band asal Inggris tersebut identik dengan rambutnya yang gondrong. Wajar jika anak muda mulai meniru cara berpakaian dan gaya rambut The Beatles. Melihat realitas tersebut, pemerintah merasa khawatir dengan tren rambut gondrong yang melanda anak muda. Pemerintah menganggap bahwa baik-tidaknya tingkah laku anak muda dapat dilihat dari cara berpakaian dan gaya rambut. Bagi Orde Baru, rambut cepak ala ABRI dianggap menjadi potongan rambut yang ideal.
Kampung-Kota dan Permukiman Kumuh di Kota Bandung Tahun 1965-1985 Kausan, Bagas Yusuf; Wijayanti, Putri Agus; Atno, Atno
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32211

Abstract

Pada tahun 1970-1980an, seiring dengan berkembangnya perencanaan kota metropolitan, masalah permukiman menjadi satu gejala yang terjadi nyaris di setiap kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh daya tampung kota yang terbatas, sementara lonjakan jumlah penduduk akibat dari urbanisasi terus mengalami peningkatan. Akibatnya banyak para pendatang yang kemudian bermukim di lahan-lahan tidak terpakai dan mengisi kantong-kantong perkampungan kota yang sebelumnya telah ada. Penelitian ini membahas tentang sejarah kampung-kota, terutama terkait posisinya dalam perencanaan kota yang semakin modern. Lebih lanjut, penelitian ini mencoba melihat cara pemerintah memandang perkampungan-kota dan meninjau upaya apa saja yang pernah dilakukan pemerintah guna memperbaiki lingkungan perkampungan kota tersebut. Setelah ditinjau, dalam rentang tahun 1970-1980an, aneka bentuk program perbaikan perkampungan pernah dilaksanakan di Kota Bandung. Meskipun ada pula program perbaikan perkampungan yang murni diinisiasi secara swadaya oleh masyarakat, sebagian besar program perbaikan perkampungan pada saat itu merupakan proyek pemerintah yang bekerja sama dengan beberapa lembaga filantropi. Namun dengan hanya mengambil fokus pada perbaikan aspek fisik perkampungan, beberapa program perbaikan pun tidak berdampak secara signifikan terhadap masyarakat. Sebab, membaiknya lingkungan perkampungan tidak menjamin membaiknya kondisi perekonomian mereka yang lebih banyak terserap ke dalam ekonomi informal perkotaan.
Kampanye Patai-Partai Politik Menjelang Pemilihan Umum 1955 Di Kota Semarang (Studi Kasus PNI, PKI, Nu, dan Masyumi) Ahmad, Nanang Rendi; Wasino, Wasino; Wijayanti, Putri Agus
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32213

Abstract

Kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1950-an menjadi suatu arena bagi partai-partai politik untuk menunjukan keberadaannya di tengah masalah-masalah sosial-politik yang menimpa Indonesia, setidaknya itu terjadi ketika wacana diselenggarakannya Pemilihan Umum (pemilu) berhembus. Partai-partai politik dengan masing-masing ideologi partai yang diusung saling mengkampanyekan jalan keluar atas masalah-masalah yang dihadapi Indonesia tahun 1950-an. Semua yang dilakukan partai-partai politik itu adalah upaya meraih hati rakyat untuk persiapan Pemilu 1955. Penelitian ini membahas tentang hubungan antara kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1950-an dengan kampanye partai-partai politik. Penelitian ini juga mencoba menunjukan bahwa latar belakang historis dan kondisi sosial-politik suatu daerah turut mempengaruhi peta kekuatan politik dan hasil Pemilu 1955. Dalam kasus yang terjadi di Kota Semarang, dengan keluarnya PKI sebagai peraih suara terbanyak dalam Pemilu 1955 di Kota Semarang, menunjukkan bahwa kampanye bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi hasil yang diraih suatu partai. Akan tetapi ada faktor lain yang juga turut mempengaruhi hasil yang diraih suatu partai. Faktor tersebut adalah latar belakang historis dan kondisi sosial-politik di Kota Semarang.
Eksistensi Kaset di Surakarta Tahun 1972-1990 Ningrum, Nur Widya; Wijayanti, Putri Agus; Muntholib, Abdul
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32219

Abstract

Eksistensi penggunaan kaset sebagai media penyimpaan rekaman suara di Surakarta dimulai sejak tahun 1972. Dimana pada waktu itu, Surakarta merupakan kota besar dan kota dengan perkembangan budaya yang cukup pesat. Perkembangan itu tidak lepas dari gaya hidup dan selera masyarakat. Tidak seperti piringan hitam yang digunakan oleh kalangan tertentu, kaset dapat digunakan oleh masyarakat umum. Namun, dalam perjalanannya eksistensi kaset asli bersaing dengan eksistensi kaset bajakan. Permasalahan pokok yang dikaji adalah mengapa kaset era 1972-1990 di Surakarta menunjukkan eksistensinya. Selain itu, bagaimana gaya hidup masyarakat berpengaruh pada penggunaan kaset dan bagaimana pengaruh dari pembajakan kaset? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi penggunaan kaset sebagai media penyimpanan rekaman suara di Surakarta pada tahun 1972 mengalami perkembangan. Masyarakat sebagai penikmat hiburan memiliki peran dalam eksistensi kaset, dikarenakan kaset memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan piringan hitam. Selain itu, kaset mampu merekam berbagai jenis musik dan rekaman lainnya seperti pertujukan ketoprak dan wayang dalam bentuk suara, broadcasting untuk siaran radio, iklan layanan masyarakat dari pemerintah dan merekam hasil wawancara wartawan dengan narasumbernya. Hal tersebut menjadi salah satu keunggulan dan menjadi daya tarik terhadap kaset.