Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search
Journal : Jurnal Sylva Scienteae

SENYAWA KIMIA AKTIF PADA DAUN NIPAH (Nyfa fruticans Wurmb) Laely Wijayanti; Rosidah Radam; Siti Hamidah
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 6 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 6 Edisi Desember 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i6.7140

Abstract

Nipah plants are plants that live in brackish water swamp ecosystems and river mouths. Nipah is often used for various household needs. Nipah contains active compounds that can become medicinal plants. This research has purpose to analyze active chemical compounds in three age of nipah leaves in young, medium, and old periode.This research was conducted at the Lambung Mangkurat Banjarbaru Forest Product Technology Laboratory. The study time was conducted for 4 including the stages of material preparation and equipment, laboratory analysis, data processing, preparation and writing of research results. The study was conducted by conducting phytochemical testing by identifying triterpenoids, alkaloids, steroids, and flavonoids. Simplisia is carried out 3 times repetition at each age of the nipah leaves. Young, medium, and old leaves from the test results obtained active chemical compounds, namely alkaloid compounds, triterpenoids, flavonoids, and tannins. Medium and old leaves contain steroids, while young leaves do not exist. Young leaves contain triterpenoids, while medium leaves and old leaves do not contain triterpenoids.Tanaman Nipah merupakan tanaman yang hidup dalam ekosistem rawa air payau dan muara sungai. Nipah sering dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga. Nipah memiliki kandungan senyawa aktif yang dapat menjadi tumbuhan berkhasiat obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan senyawa kimia aktif pada daun nipah berumur muda, sedang dan tua. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 meliputi tahapan persiapan bahan dan peralatan, analisis laboratorium, pengolahan data, penyusunan dan penulisan hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian fitokimia dengan mengidentifikasi Triterpenoid, Alkaloid, Steroid, dan Flavonoid. Simplisia dilakukan 3 kali pengulangan pada setiap umur dari daun nipah. Daun muda, sedang, dan tua dari hasil uji didapat senyawa kimia aktif yaitu senyawa Alkaloid, Triterpenoid, Flavonoid, dan Tannin. Daun sedang dan tua mengandung steroid, sedangkan daun muda tidak ada. Daun muda mengandung Triterpenoid, sedangkan daun yang sedang dan daun yang tua tidak mengandung Triterpenoid.
PRODUKTIVITAS PENGOLAHAN ANYAMAN ECENG GONDOK (Eichornia carssipes) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA BANYU HIRANG KECAMATAN AMUNTAI SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Muhammad Hardawi; Rosidah Radam; Yuniarti Yuniarti
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 6 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 6 Edisi Desember 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i6.7132

Abstract

This research aims to analyze the productivity and contribution of hyacinth webbing processing (Eichornia crassipes) to community income in Banyu Hirang Village, South Amuntai District, Hulu Sungai Utara Regency. Primary data collection was obtained by observation of the stages of making hyacinth woven crafts and brief interviews with craftsmen regarding the production process while, secondary data were obtained by studying literature studies from several related references. The research data using tabulation analysis includes calculations of productivity and contribution of people's income, and is analyzed descriptively in the form of a calculation table. The results showed that the hyacinth woven handicraft industry had not met the productivity standard value, the highest value was only obtained at 25.56 cm2 / hour and with a wicker product size of 83.4 cm². As for the average number of production costs of Hyacinth craftsmen of Rp.922,493,-per year, the average cost of depreciation of tools is Rp.69,400,-per year, the average marketing cost is Rp.62,333,- per year, and the average net income per year is Rp.5,613,773,-per year. The contribution value of the hyacinth wovenhas not touched the value of the efficiency standard. The value of the average productivity is 1.6542 pieces / day with an average production output of 7.7196 pieces / month. The contribution of Purun woven handicrafts to the income of the people of Banyu Hirang Village is 52%.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas dan kontribusi pengolahan anyaman eceng gondok (Eichornia crassipes) terhadap pendapatan masyarakat di Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pengumpulan data primer didapatkan dengan cara observasi mengenai tahapan pembuatan kerajinan anyaman eceng gondok dan wawancara singkat terhadap para pengerajin mengenai proses produksi sedangkan, data sekunder diperoleh dengan mempelajari studi pustaka dari beberapa referensi terkait. Data penelitian menggunakan analisis tabulasi meliputi perhitungan produktivitas dan kontribusi pendapatan masyarakat, serta dianalisis secara deskriptif berupa tabel perhitungan. Hasil penelitian menunjukan industri kerajinan anyaman eceng gondok belum memenuhi nilai standar produktivitas, nilai tertinggi hanya didapat pada angka 25,56 cm2/jam dan dengan ukuran produk anyaman sebesar 83,4 cm². Adapun untuk jumlah rata-rata biaya produksi para pengrajin Eceng gondok sebesar Rp.922.493,-pertahun, rata-rata biaya penyusutan alat sebesar Rp.69.400,-pertahun, rata-rata biaya pemasaran sebesar Rp.62.333,- pertahun, dan rata-rata pendapatan bersih pertahun sebesar Rp.5.613.773,-pertahun. Nilai kontribusi kerajinan anyaman eceng gondok belum menyentuh nilai standar efisiensi. Nilai dari rata-rata produktivitas sebesar 1,6542 buah/hari dengan rata-rata output produksi sebesar 7,7196 buah/bulan. Adapun hasil kontribusi kerajinan anyaman Purun terhadap pendapatan masyarakat sebesar 52%.
SENYAWA KIMIA AKTIF BUAH NIPAH (Nypa fruticans Wurmb) BERDASARKAN 3 TINGKAT KEMATANGAN BUAH Elmalia Rinten Suryanizak; Rosidah Radam; Yuniarti Yuniarti
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 1 Edisi Februari 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i1.8198

Abstract

The nipah plant (Nypa fruticans Wurmb) is a type of betel nut tribe that lives in brackish water marsh areas. The spread of nipah in South Kalimantan covers areas in Banjar Regency, Tanah Laut Regency, Tanah Bumbu Regency and Pulau Laut Regency. Nipah fruit has antibacterial content and is useful as a food source that can be used as a diet food. This study aims to analyze the content of akif chemical compounds, namely flavonoids, tannins, alkaloids, steroids and triterpenoids in nipah fruit (Nypa fruticans Wurmb) at 3 levels of fruit maturity. Phytochemical tests are carried out to determine the class of compounds contained in nipah fruit. This research began with the manufacture of simplicia first then a phytochemical test was carried out using a color test, showing positive results that the nipah fruit contains active chemical compounds alkaloids and tanninsTumbuhan nipah (Nypa fruticans Wurmb) merupakan jenis palem atau suku pinang-pinangan yang hidup di daerah rawa berair payau. Penyebaran nipah di Kalimantan Selatan meliputi wilayah di Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Pulau Laut. Buah nipah memiliki kandungan antibakteri dan bermanfaat sebagai sumber pangan yang dapat dijadikan sebagai makanan diet. Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan senyawa kimia akif yaitu flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan triterpenoid pada buah nipah (Nypa fruticans Wurmb) pada 3 tingkat kematangan buah. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam buah nipah. Penelitian ini diawali dengan pembuatan simplisia terlebih dahulu kemudian dilakukan uji fitokimia menggunakan tes uji warna, menunjukkan hasil positif bahwa buah nipah mengandung senyawa kimia aktif alkaloid dan tanin.
SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU JELUTUNG (DYERA COSTULATA) DARI HUTAN TANAMAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH Rio Ilhamsyah; Wiwin Tyas Istikowati; Rosidah Radam
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 1 Edisi Februari 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i1.8196

Abstract

The physical and mechanical of jelutung wood come from the community plantation forest, village of Kelampangan, Sebangau district, Palangka Raya city, Central Kalimantan, It was observed in this study with the aim of deciding to match the use of jelutung wood according to the properties of physics and mechanics. The wood cut was taken at 50  5  5 centimeters for MOE's test and at 50  3  3 centimeters for testing the mor taken from three jelutung wood. Test samples using universal testing devices mechine (utm) Manuals and digital calipers to test shrink on jelutung wood. The coinage of jelutous wood range from 0.38, 0.37 and 0.34 and based on an average of 0.36 wood that is included in the strong IV class. the rate of depreciation in tangential and radial directions ina sequence is 0.28 and 0.11. MOE's two-time repeat sequence has 27.6 and 23.6. MOR tests with double repetition also have a value of 46.35 and 216.2.Pengujian sifat fisika dan mekanika kayu jelutung berasal dari kawasan Hutan Tanaman Rakyat desa Kelampangan, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah diamati pada penelitian ini dengan tujuan untuk menentukan kesesuaian penggunaan kayu jelutung berdasarkan sifat fisika dan mekanika. Potongan kayu diambil sebesar sebesar 50 5  5 cm untuk pengujian MOE dan sebesar 50  3  3 cm untuk pengujian MOR yang diambil dari 3 bagian kayu jelutung. Sampel diuji menggunakan alat Universal Testing Mechine (UTM) manual dan kaliper digital untuk menguji penyusutan pada kayu jelutung. Berat jenis kayu jelutung berkisar dari 0,38, 0,37 dan 0,34 serta berdasarkan rata-rata yang bernilai 0,36 kayu ini termasuk dalam kelas kuat IV. Nilai penyusutan pada arah tangensial dan radial secara berurutan adalah 0,28 dan 0,11. Pengujian MOE sebanyak 2 kali pengulangan secara berurutan memiliki nilai 27,6 dan 23,6. Pengujian MOR dengan 2 kali pengulangan secara berurutan juga memiliki nilai 46,35 dan 216,2.
PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN JUMLAH RAGI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH MERANTI MERAH (Shorea leprosula MIQ) Akbar Khairu Juhda; Gusti Abdul Rahmat Thamrin; Rosidah Radam
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 2 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 2 Edisi April 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i2.8503

Abstract

One of the most widely available lignocellulosic materials in Indonesia is red meranti wood sawdust. Most of the natural forests outside Java are dominated by stands of dipterocarpaceae, especially red meranti. This study calculates the content of bioethanol and bioethanol in the fermentation process, and how variable the amount and content of bioethanol from waste due to the addition of yeast and variations in the length of fermentation time. The collection and processing of data from the results of the study were recorded in an observation table associated with a factorial Completely Randomized Design (CRD) experiment using parameters such as yeast volume and fermentation time. Based on the results obtained, the amount of ethanol produced from the fermentation process of red meranti sawdust (Shorea leprosula Miq) obtained the largest yield of 9.104 ml and the smallest 2.419 ml, while for the ethanol content produced the largest yield was 10.889% and the lowest was 2.419 ml. the smallest 3.541%. From the results of further testing, it was found that there was a significant effect between the AB interaction on the volume of ethanol produced, while the bioethanol content had a very significant effect on the AB interactionSalah satu bahan lignoselulosa yang banyak tersedia di Indonesia adalah limbah serbuk kayu meranti merah. Sebagian besar hutan alam di luar Pulau Jawa didominasi oleh tegakan dipterocarpaceae, terutama meranti merah. Penelitian ini menghitung kandungan bioetanol dan bioetanol dalam proses fermentasi, dan bagaimana variabel jumlah dan kandungan bioetanol dari limbah akibat penambahan ragi dan variasi lama waktu fermentasi. Pengumpulan dan pengolahan data dari hasil penelitian dicatat dalam tabel observasi yang terkait dengan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan menggunakan parameter seperti volume ragi dan waktu fermentasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi serbuk gergaji kayu meranti merah (Shorea leprosula Miq) didapatkan hasil yang terbesar yaitu 9,104 ml dan yang terkecil 2,419 ml, sedangkan untuk kadar etanol yang dihasilkan didapatkan hasil yang terbesar yaitu 10,889% dan yang terkecil 3,541%. Dari hasil pengujian lanjutan, didapatkan hasil berupa adanya pengaruh nyata antara interaksi AB terhadap volume etanol yang dihasilkan sedangkan untuk kadar bioetanol memiliki pengaruh sangat nyata terhadap interaksi AB.
PENGERINGAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis) MENGGUNAKAN METODE GREEN HOUSE DEGAN TEKNIK PENYUSUNAN HORIZONTAL (REBAH) DAN VERTIKAL (SANDAR) Yuni Fransiska; Rosidah Radam; Noor Mirad Sari
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 3 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 3 Edisi Juni 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i3.9213

Abstract

The purpose of this study was to analyze the optimal arrangement of rubber wood (Hevea brasiliensis) with Horizontal (falling) or vertical (leaning) techniques based on the calculation of moisture content, density and determination and to analyze the drying rate of rubber wood (Hevea braslisiensis) using the green house method. with horizontal (falling) and vertical (leaning) arrangement techniques based on speed. The parameters used in this study were to test the moisture content, density, growth rate and differences. The results obtained in the wood drying process are that the vertical arrangement technique (backing) dries faster than the horizontal arrangement technique (falling). horizontal (falling) 11.77%, the average density value in the engineering preparation technique (leaning) is 0.64 gram/cm3 while in the horizontal arrangement technique (falling) 0.68 gram/cm3, the average value in the arrangement technique vertical (leaning) on the longitudinal distinction of 0.36%, tangential 1.75% and radial 1.86% the difference in the differentiation of horizontal affixing techniques (falling) on the longitudinal distinction of 0.64%, tangential 3.07% and radial 1, 89%., where the best drying time in the vertical (leaning) technique is 6 weeks and 8 weeks for the horizontal technique (falling down) the average value of the drying rate in the vertical arrangement technique (leaning) is 57.23%/day while in the horizontal technique (falling down) it is 60.14%/day.Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis teknik penyusunan pengeringan kayu karet (Hevea brasiliensis) yang optimal dengan teknik penyusunan Horizontal (rebah) atau vertikal (sandar) berdasarkan perhitungan kadar air, kerapatan dan penyusutan dan menganalisis laju pengeringan kayu karet (Hevea braslisiensis) menggunakan metode green house dengan teknik penyusunan horizontal (rebah) dan vertikal (sandar) berdasarkan laju pengeringan. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk menguji kadar air, kerapatan, laju pengeringan dan penyusutan. Hasil yang didapatkan dalam proses pengeringan kayu adalah teknik penyusunan vertikal (sandar) lebih cepat kering dibandingkan dengan teknik penyusunan horizontal (rebah).Nilai kadar air pada teknik penyusunan vertikal (sandar) nilai rata-rata kadar air sebesar 10, 65 % dan pada teknik horizontal (rebah) sebesar 11,77%, Nilai kerapatan rata-rata pada teknik penyusunan vertikal (sandar) sebesar 0,64 gram/cm3 sedangkan pada teknik penyusunan horizontal (rebah) 0,68 gram/cm3, Nilai rata-rata penyusutan pada teknik penyusunan vertikal (sandar) pada penyusutan longitudinal 0,36 %, tangensial 1,75% dan radial 1,86% sedangkan penyusutan pada teknik penyusunan horizontal (rebah) pada penyusutan longitudinal sebesar 0,64%, tangensial 3,07 % dan radial 1,89%., dimana lama pengeringan yang terbaik pada teknik vertikal (sandar) dilakukan selama 6 minggu dan 8 minggu untuk teknik horizontal (rebah) Nilai rata-rata laju pengeringan pada teknik penyusunan vertikal (sandar) sebesar 57,23 %/hari sedangkan pada teknik horizontal (rebah) sebesar 60,14%/hari
PROSES PENURUNAN KADAR AIR MADU KELULUT (Heterotrigona itama) MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN BEKAS DAN DEHUMIDIFIER Nova Purwanti; Trisnu Satriadi; Rosidah Radam
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 4 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 4 Edisi Agustus 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i4.9296

Abstract

ABSTRACT. Honey is a natural product obtained from kelulut bees (Heterotrigona itama). This research aims to analyze the use of used refrigerators and dehumidifiers to reduce the water content of honey. The process of reducing the water content of honey begins by pouring honey into a plastic container. Each plastic container is neatly arranged in a used refrigerator. The dehumidifier is placed at the bottom of the used refrigerator. Observation of water content is carried out every 09.00 and 16.00. The use of used refrigerators and dehumidifiers can reduce the water content of honey from 30% to 20% for 48 hours.ABSTRAK. Madu kelulut (Heterotrigona itama) adalah salah satu bahan alam yang diperoleh dari lebah kelulut. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan lemari pendingin bekas dan dehumidifier terhadap penurunan kadar air madu kelulut. Proses penurunan kadar air madu dimulai dengan menuangkan madu ke dalam wadah plastik.  Setiap wadah plastik disusun rapi di dalam lemari pendingin bekas.  Alat dehumidifier diletakkan pada bagian paling bawah lemari pendingin bekas.  Pengamatan kadar air dilakukan setiap pukul 09.00 dan 16.00.  Penggunaan lemari pendingin bekas dan dehumidifier dapat menurunkan kadar air madu dari 30% menjadi 20% selama 48 jam.