Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Dampak stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. WHO memperkirakan terdapat 162 juta balita pendek, jika tren berlanjut tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta. Kasus Stunting di Puskesmas Kerkap tertinggi di Kabupaten Bengkulu Utara sebesar 18,75%. Balita stunting pada Maret 2018 sebanyak 68 balita (18,84%) dan pada Juni 2018 sebanyak 45 balita (18,75). Implementasi program 1000 HPK telah dilaksanakan namun kasus stunting masih tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui multifaset determinan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Veriabel Penelitian ini adalah variabel indenpenden (ASI Ekslusif, Sanitasi Lingkungan, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan, Praktik Kebersihan/Hygiene, Riwayat Penyakit Infeksi, Budaya dan asupan energi) dan Variabel depedenden (Kejadian Stunting). Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif (p=0,002), Sanitasi Lingkungan (p=0,008), Praktik kebersihan hygiene (p=0,000), riwayat penyakit infeksi (p=0,000) dan budaya (p=0,001) dengan stunting pada Balita. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pelayanan kesehatan (p=1,000) dengan stunting pada Balita. Penelitian ini menyimpulkan variabel penyakit infeksi merupakan faktor resiko yang paling dominan terhadap kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Diharapkan ibu-ibu yang memiliki balita. Disarankan untuk ibu balita untuk memberikan ASI secara eksklusif, meningkatkan akses sanitasi lingkungan, PHBS, akses informasi kesehatan, dan pengobatan segera bagi balita yang mengalami diare dan ISPA.