Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DIRI KLIEN HALUSINASI MELALUI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DI YAYASAN MENTARI HATI KOTA TASIKMALAYA Peni Cahyati; Ridwan Kustiawan; Dudi Hartono
Abdimas Galuh Vol 3, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v3i2.6129

Abstract

Gejala yang muncul pada skizofrenia terdiri atas gejala positif dan gejala negatif. Gejala negatif adalah afek tumpul/datar, menarik diri. Sedangkan gejala-gejala positif yang diperlihatkan oleh penderita skizofrenia seperti delusi (waham), kekacauan alam pikir, gaduh gelisah, dan halusinasi. Prinsip tindakan keperawatan pada klien halusinasi adalah membina hubungan saling percaya, memvalidasi persepsi, menghadirkan realita, menurunkan kecemasan, melindungi klien/orang lain dari bahaya halusinasi, dan meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien halusinasi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: terapi individual, terapi biologis, terapi kognitif, terapi lingkungan, terapi bermain, terapi keluarga, terapi perilaku, dan terapi kelompok. Terapi Aktifitas Kelompok sebagai bagian dari terapi modalitas dalam praktek keperawatan jiwa  memberikan dampak yang positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi dan pemulihan kesehatan jiwa seseorang. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensori merupakan aktifitas yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien. Yayasan Mentari Hati merupakan salah satu yayasan yang menampung pasien dengan gangguan jiwa yang tidak ada keluarganya Untuk membantu pasien halusinasi kami mengadakan pengabdian masyarakat dengan melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok di Yayasan Mentari Hati Kota Tasikmalaya Jumlah respoden sebanyak 36 orang dibagi menjadi 4  kelompok, dari hasil observasi didapatkan seluruh pasien meningkat kemampuan dirinya dalam mengenal halusinasi, menghardik,kepatuhan minum obat, bercakap-cakap, dan membuat jadwal kegiatan.
PEMBINAAN KELOMPOK KEGIATAN (POKTAN) DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI KOTA TASIKMALAYA Peni Cahyati; Dudi Hartono; Tetet Kartilah; Sofia Februanti
Abdimas Galuh Vol 4, No 2 (2022): September 2022
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v4i2.8012

Abstract

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 Hari Pertama  Kehidupan (HPK) sejak janin hingga bayi umur dua tahun. Adapun ciri-ciri stunting yang paling terlihat adalah tubuh anak lebih pendek dari standar  perhitungan  yang di tetapkan oleh Badan Ksehatan Dunia (WHO). Faktor yang menyebabkan stunting di Indonesia adalah praktek pengasuhan yang tidak baik, kurangnya akses ke bahan makanan bergizi, terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan antenatal care, postnatal care dan pembelajaran dini berkualitas serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Angka stunting di Kota Tasikmalaya saat ini mencapai 7.120/38.912 atau diangka 18.37 persen meningkat dari tahun sebelumnya. Melihat fenomena tersebut maka penanganan stunting merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya dilakukan oleh Pemerintah, melainkan seluruh masyarakat. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum memahami persoalan stunting termasuk ibu balita yang ada di Kota Tasikmalaya, faktor yang mempengaruhi adalah tingakat pendidikan serta pengetahuan yang rendah. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang stunting perlu dibekali pengetahuan melalui kelompok kegiatan, kader, karang taruna dan lain nya. Kegiatan dilaksanakan dalam rangkaian program pengabdian kepada masyarakat IPTEKS bagi masyarakat (IbM) Politeknik Kesehatan Tasikmalaya. Kegiatan  dilaksanakan pada bulan Juni 2022. Hasil pelatihan menunjukkan skor pengetahuan kelompok kegiatan tentang stunting naik sebesar 28 poin dibandingkan sebelumnya. Secara statistik, dengan menggunakan uji Wilcoxon hasilnya menunjukan adanyat perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan, dengan taraf signifikansi  ρ = 0,0001 (ρ < 0,05). Diharapkan setelah diberikan pembekalan maka kelompok kegiatan akan berkontribusi dalam peningkatan pengetahuan masyarakat tentang stunting melalui kegiatan deteksi dini, melakukan penyuluhan dan pemantauan terhadap keluarga yang memiliki anggota stunting.
POS KESEHATAN JIWA SEBAGAI WUJUD SINERGITAS PEMERINTAHAN, AKADEMISI, TOKOH MASYARAKAT DAN KADER KESEHATAN DALAM UPAYA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT Peni Cahyati; Dudi Hartono; Heri Dj Maulana; Ridwan Kustiawan; Ira Kusumawaty; Podojoyo Podojoyo; Yunike Yunike; Eprila Eprila
Abdimas Galuh Vol 5, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v5i1.9431

Abstract

Kegiatan ini dilatar belakangi oleh kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa di masyarakat, yang ditandai  adanya ODGJ yang belum melakukan pengobatan secara teratur ke puskesmas, masih ada ODGJ yang telat minum obat, sehingga terjadinya kekambuhan dan perilaku yang mengancam lebih besar. Kesehatan jiwa masyarakat atau yang disebut Community Mental Health merupakan suatu hal yang telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi sebagian besar negara, data dari WHO Mental Health Atlas menunjukkan bahwa permasalahan besar di wilayah negara berkembang adalah sumber daya manusia. Kerjasama lintas sektoral, termasuk melibatkan peran serta masyarakat penting dilakukan, karena sumber daya masyarakat merupakan aspek paling vital dalam menyukseskan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang memiliki kesehatan mental yang baik. Sebagai perwujudan upaya tersebut maka dilakukan pembentukakan Pos Kesehatan Jiwa (Poskeswa). Poskeswa merupakan wadah untuk memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mencegah serta mengatasi masalah kesehatan jiwa warganya, sehingga terwujud Desa/Kelurahan Sehat Jiwa. Poskeswa merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya bidang pengabdian masyarakat. Poskeswa diresmikan diawali beberapa beberapa kegiatan antara lain penyusunan buku pedoman kader kesehatan jiwa, pelatihan untuk 43 kader kesehatan jiwa, pembuatan video stigma ODGJ, pemberian sarana terapi modalitas berupa media cocok tanam dan budikdamber pada 10 orang ODGJ yang sudah hidup produktif. Melalui program ini diharapkan kesembuhan pasien gangguan jiwa tidak tergantung dengan obat-obatan saja, namun juga mendapatkan dukungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya para pasien mampu produktif mengembangkan keterampilan dan sebagainya. Keberlangsungan kegiatan Poskeswa dilakukan melalui peningkatan kerja sama lintas sektor dan lintas program dalam mendukung kemandirian ODGJ, keluarga dan masyarakat.
The influence of competence, work environment and organizational culture on nurse performance at Dr Soekardjo Tasikmalaya hospital Peni Cahyati; Dudi Hartono; Siska Evi Martina; Anah Sasmita
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 9, No 3 (2023): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020232221

Abstract

This study aims to obtain empirical evidence regarding the effect of competence, work environment, and organizational culture on the performance of nurses in RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya. The results of this study can be used as a contribution of thoughts for the leadership of RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya to improve the performance of nurses through increasing competence and work environment as well as organizational culture.The research method used is descriptive analysis and verification. The data collection used interviews using a questionnaire accompanied by observation and library techniques. Sampling using a simple random sample. Data collection in the field will be carried out in 2022 2. The data analysis technique used Path Analysis.The results showed that competence, work environment, and organizational culture are included in the excellent category, and the performance of nurses, in general, is good. There is an influence of competence, work environment, and corporate culture on the performance of nurses in RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya. Meanwhile, competence is partially more dominant in influencing the performance of nurses' performance than the work environment and organizational culture
The influence of competence, work environment and organizational culture on nurse performance at Dr Soekardjo Tasikmalaya hospital Peni Cahyati; Dudi Hartono; Siska Evi Martina; Anah Sasmita
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 9, No 3 (2023): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020232221

Abstract

This study aims to obtain empirical evidence regarding the effect of competence, work environment, and organizational culture on the performance of nurses in RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya. The results of this study can be used as a contribution of thoughts for the leadership of RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya to improve the performance of nurses through increasing competence and work environment as well as organizational culture.The research method used is descriptive analysis and verification. The data collection used interviews using a questionnaire accompanied by observation and library techniques. Sampling using a simple random sample. Data collection in the field will be carried out in 2022 2. The data analysis technique used Path Analysis.The results showed that competence, work environment, and organizational culture are included in the excellent category, and the performance of nurses, in general, is good. There is an influence of competence, work environment, and corporate culture on the performance of nurses in RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya. Meanwhile, competence is partially more dominant in influencing the performance of nurses' performance than the work environment and organizational culture