Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

GERAKAN DI/TII DI KOLONO DAN SEKITARNYA SERTA REAKSI PASUKAN DJIHAD KONAWE (PDK) : 1955-1965 Leli Septi April Yanti; Ali Hadara
Journal Idea of History Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i1.999

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Awal masuknya DI/TII di Kolono dan sekitarnya, 2) Aktivitas gerakan DI/TII di Kolono dan sekitarnya, 3) Reaksi Pasukan Djihad Konawe (PDK) terhadap gerakan DI/TII di Kolono dan sekitarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Pemilihan Topik, 2) Pengumpulan Sumber, 3) kritik Sumber (eksternal dan internal), 4) Interpretasi Sumber (analisis san sintesis), 5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Gerilyawan DI/TII mulai masuk di Kolono pada tahun 1955, para gerilyawan DI/TII masuk di kolono di mulai dari Kolaka Utara yakni Lasusua dan berpindah ke Boaepinang, Kasipute, Tinanggea kemudian menyebrang ke Kolono melalui jalur laut dan berlabu pertama kali di Desa Lambangi. 2) Aktivitas Gerakan DI/TII di Kolono dan sekitarnya, yakni (a) penguasaan daerah, (b) Perekrutan terhadap masyarakat, (c) Permintaan uang sumbangan/uang suci, 3) Reaksi Pasukan Djihad Konawe (PDK) terhadap gerakan DI/TII di Kolono terbagi menjadi dua bentuk yaitu dalam bentuk radikal dan moderat.
PERLAWANAN RAKYAT WANGI-WANGI TERHADAP KEBIJAKAN PENARIKAN PAJAK PEMERINTAH HINDIA BELANDA PADA AWAL ABAD XX Nurvianti Lina; Ali Hadara; Hayari Hayari
Journal Idea of History Vol 3 No 2 (2020): Volume 3 Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i2.1116

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak pemerintah Hindia Belanda pada awal abad XX. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri atas lima tahapan kerja yaitu, (1) Pemilihan topik, (2) Heuristik sumber, (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak dimulai sejak penandatanganan perjanjian Asyikin-Brugman pada tahun 1906. Pada saat itu wilayah Kesultanan Buton direstrukturisasi ke dalam sistem distric. Salah satu distrik tersebut yakni distrik Wanci yang ada di Pulau Wangi-Wangi. Masyarakat melakukan perlawanan karena menganggap mekanisme pemungutan pajak yang kurang etis secara adat. (2) Proses Perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak pemerintah Hindia Belanda dimulai pada masa akhir pemerintah Hindia Belanda. Perlawanan rakyat Wangi-Wangi juga dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara melarikan diri dari besarnya jumlah pajak, bahkan rakyat yang tidak tahan terpaksa melarikan diri dari daerah tersebut. (3) Dampak perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak dibagi menjadi dua yaitu: dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatif yakni masyarakat hidup dalam kemiskinan dan kemeralatan. Dampak positif yakni aksi perlawanan tersebut berhasil menyalakan semangat patriotik di dalam dada seluruh rakyat Wangi-Wangi untuk memperjuangkan kemerdekaannya.
PERLAWANAN RAKYAT MORONENE TAUBONTO TERHADAP IMPERIALISME BELANDA: 1911-1941 Muhammad Rahdan; Ali Hadara; Aslim Aslim
Journal Idea of History Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v4i1.1311

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang perlawanan Rakyat Moronene atas imperialisme Belanda di Taubonto, (2) strategi perlawanan Rakyat Moronene atas imperialisme Belanda di Taubonto, dan (3) dampak perlawanan Rakyat Moronene atas imperialisme Belanda di Taubonto. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melalui lima tahapan-tahapan kerja sebagai berikut (1) Pemilihan Topik, (2) Heuristik sumber, (3) Kritik sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang perlawanan rakyat Moronene didasari oleh semangat perjuangan atas keinginan untuk berdikari tanpa campur tangan pihak Belanda. Semangat masyarakat Moronene dikobarkan oleh Sangia Dowo seorang Raja Moronene yang melakukan perlawanan. (2) Strategi perlawanan rakyat Moronene saat melawan Belanda dilakukan dengan bergerilya dan serangan terang-terangan melalui pembelian senjata perang ke pihak Portugis. (3) Perlawanan rakyat Moronene menyebabkan gugurnya banyak Raja Moronene salah satunya yaitu Raja Sangia Dowo. Sangia Dowo meninggal diracun oleh Belanda melalui perjamuan makan malam dalam rangka pertemuan saat melakukan gencatan senjata. Kekalahan Kerajaan Moronene menyebabkan jatuhnya wilayah tersebut ke Pemerintahan Belanda. Kekalahan tersebut menyebabkan rakyat Moronene menderita akibat pemungutan pajak yang tinggi dan kebijakan kerja rodi oleh Belanda.
DI/TII DI POLEANG: 1953-1965 Diky Fikriansyah; Ali Hadara; Aswati Aswati
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v4i2.1452

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan awal masuknya DI/TII di Poleang. (2) Untuk Menjelaskan struktur komando pada pasukan DI/TII selama di Poleang. (3) Menjelaskan Gerakan yang dilakukan oleh DI/TII selama di Poleang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah yang terdiri dari lima tahap penelitian, yaitu: (a) Pemilihan topik, terbagi dua bagian yaitu kedekatan emosional dan kedekatan intelektual, (b) Heuristik sumber, terdiri dari studi dokumen, studi kepustakaan, wawancara, dan pengamatan, (c) Verifikasi sumber, yang dilakukan melalui kritik eksteren dan kritik interen, (d) Interpretasi sumber, yang dilakukan dengan analisis data dan sintesis, (e) Historiografi, yang dilakukan secara sistematis dan objektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Awal masuknya DI/TII di Poleang tidak terlepas dari masuknya DI/TII di Sulawesi Tenggara yang dimulai dengan masuknya gerakan ini di wilayah Tondonbasi, Kolaka Utara, hingga akhirnya tiba di Poleang. (2) Setelah DI/TII berhasil masuk di Poleang, langkah selanjutnya adalah membentuk struktur komando yang bermarkas di daerah Poleang. (3) Gerakan yang dilakukan oleh DI/TII selama di Poleang adalah mendirikan markas sebagai pusat gerakan agar lebih tertata dan terarah serta mengembangkan bidang pendidikan yang membuat Gerakan DI/TII ini semakin berkualitas.
INTERVENSI HINDIA BELANDA TERHADAP BIROKRASI KERAJAAN MUNA, 1910-1947 Herni Inggraeni; Aslim Aslim; Ali Hadara; Salebaran Salebaran
Journal Idea of History Vol 5 No 1 (2022): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v5i1.1647

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang intervensi Hindia Belanda terhadap birokrasi Kerajaan Muna, 1910-1947 dengan tujuan untuk: (1) Menjelaskan struktur pemerintahan Kerajaan Muna tahun 1910-1947. (2) Menjelaskan intervensi Hindia Belanda terhadap birokrasi Kerajaan Muna tahun 1910-1947. (3) Menerangkan dampak dari intervensi Hindia Belanda terhadap birokrasi Kerajaan Muna tahun 1910-1947. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari lima tahapan, yakni (a) Pemilihan topik, (b) Heuristik sumber, (c) Verifikasi sumber, (d) Interpretasi sumber, (e) Historiografi. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pascamasuknya Hindia Belanda struktur pemerintahan Kerajaan Muna mengalami perubahan, pertama pemerintahan pusat (gouvernement) terdiri dari aparat pemerintah dan aparat agama. Kedua, pemerintah daerah (swapraja) terdiri dari Raja (Omputo), Bhonto bhalano, Mintarano bhitara, Kapitalao, Ghoerano, Kino Bharata, Kino dan Mino. Fato Lindano, Parabhela, Kapita, Pengawal Raja. (2) Hindia Belanda melakukan intervensi pada birokrasi Kerajaan Muna seperti pengahapusan Dewan Sara, membentuk pemerintahan distrik, berwenang dalam memilih raja, mengubah sistem pemerintahan, serta menghapus beberapa kedudukan pejabat kerajaan. (3) Dampak dari intervensi Hindia Belanda terhadap birokrasi Kerajaan Muna yakni, menimbulkan gerakan perlawanan masyarakat pada Hindia Belanda, perubahan di bidang ekonomi, perubahan di bidang sosial, serta perubahan di bidang kebudayaan.
DARUL ISLAM/TENTARA ISLAM INDONESIA (DI/TII) DI KAMBOWA BUTON UTARA : 1958-1962 La Suriadin; Ali Hadara; Aslim; Salebaran; Sarman
Journal Idea of History Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2, Juli - Desember 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v5i2.1882

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Kambowa Buton Utara, 1958-1962 dengan tujuan : (1) Menjelaskan masuknya DI/TII di Kambowa (2) Menjelaskan aktivitas Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Kambowa, 1958-1962. (3) Menerangkan dampak dari aktivitas Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Kambowa, 1958-1962. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari lima tahapan, yaitu: (a) Pemilihan topik, (b) Heuristik sumber, (c) Verifikasi sumber, (d) Interpretasi sumber, (e) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Masuknya Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Buton Utara dari Kendari melewati daerah Amolengo. Mereka kemudian menyeberang ke Kepulauan Buton melalui pesisir Labuan hingga sampai di daerah Kambowa. Kelompok ini dalam melakukan gerakannya dipimpin oleh Bahtiar tahun 1958. (2) Aktivitas yang dilakukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia adalah memaksa warga Kambowa untuk membayar pajak atau dikenal dengan‘sumbangan perjuangan’ atau ‘uang suci’. Bentuk pajak yang dibayarkan adalah sebagian hartamasyarakat yang berbentuk materi atau uang untuk dipergunakan mendukung gerakan DI/TII di Kambowa. Pajak ini digunakan untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. (3) Dampak yangditimbulkan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia bagi masyarakat Kambowa yaitu masyarakat meninggalkan desanya (mengungsi), minimnya pendapatan masyarakat, dan terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat yang masif.
The Use of Oral Presentation Techniques to Improve Communication Skills in Social Studies Learning I Ketut Suardika; La Ode Safiun Arihi; Ali Hadara; Hasniah Hasniah; Tri Zahra Ningsih
Ta'dib Vol 26, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31958/jt.v26i2.9023

Abstract

Communication skills play a crucial role in IPS (Social Studies) education, but often they are not fully developed due to the lack of suitable teaching methods. Therefore, this study aimed to explore the effectiveness of using oral presentations as a teaching strategy to enhance communication skills among junior high school students. The study utilized an experimental research design with a pretest-posttest control group. Sixty students were divided into two groups: the control group and the experimental group. The data were collected using an observation sheet to assess students' communication skills, and the data analysis employed the t-test. The findings demonstrated that the oral presentation technique had a significant impact on improving the communication skills of junior high school students in IPS learning. This was supported by a t-test value of 0.000 (below 0.05). Based on these results, the author concluded that employing oral presentations as a teaching strategy is effective in enhancing the communication skills of junior high school students in IPS education. These research findings carry important implications for educators, students, and stakeholders as they recognize and prioritize the development of communication skills in IPS learning.