Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Gambaran Perubahan Tekanan Darah Pasca Olahraga Futsal pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Akdri Andi; Afriwardi Afriwardi; Detty Iryani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i2.515

Abstract

AbstrakPada olahraga tertentu seperti futsal,  tekanan darah dapat naik menjadi 150-200 mmHg. Sebuah penelitian menyatakan  60 kematian mendadak pasca olahraga, 58 diantaranya disebabkan oleh kelainan kardiovaskuler. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perubahan tekanan darah pasca olahraga futsal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan menggunakan desain cross-sectional study. Subjek yang digunakan adalah 30 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi pada April 2014. Olahraga futsal dilakukan 30 menit lalu dilakukan pengukuran tekanan darah sesaat, 15, 30 dan 60 menit dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa dan stetoskop. Hasil penelitian didapatkan peningkatan tekanan darah sistolik sesaat setelah olahraga futsal pada semua sampel dengan peningkatan sebesar 20 mmHg pada 18 orang (60%) dan 25 orang (83,8%) tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik. Pada 15 menit setelah olahraga futsal, 18 orang (60%) terjadi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg dan 26 orang (86,67%) tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik. Pada 30 menit setelah olahraga, 4 orang (13,3%) mengalami penurunan tekanan darah sistolik. Satu jam setelah olahraga, semua subjek telah mencapai tekanan darah awal.Kata kuncl: tekanan darah, olahraga futsal sesaat, 15 menit, 30 menit, satu jam AbstractIn certain exercise such as futsal, blood pressure can raise around 150-200 mmHg. A study has identified 60 sudden deaths after sports and 58 were caused by cardiovascular disorders. The objective of this study was to describe changes in blood pressure after futsal exercise in students of Medical Faculty of Andalas University. The design is descriptive observational using a cross-sectional study. The 30 subjects were taken base on inclusion and exclusion criteria. This study was conducted on April 2014. Subject played futsal for 30 minutes, then the blood pressure was measured right after doing futsal then 15, 30 and 60 minutes later with a sphygmomanometer and stethoscope. This study found an increase in systolic blood pressure shortly after  futsal in all subjects with an increase of 20 mmHg in 18 people (60%) and 25 people (83.8%) had no change in diastolic blood pressure. Fifteen minutes after doing futsal, 18 people (60%) had 20 mmHg decrease in systolic blood pressure and 26 (86.67%) had no change in diastolic blood pressure. Thirty minutes after doing futsal, 4 (13.3%) experienced a decrease in systolic blood pressure and 100%  returned to the initial blood pressure. One hour after exercise, all of subjects  reached the initial blood pressure again.Keywords: blood pressure, right after doing futsal, 15 minutes, 30 minutes, one hour
Pengaruh Kompres Panas dan Dingin terhadap Penurunan Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Fisiologis Ibu Primipara Mutia Felina; Masrul Masrul; Detty Iryani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.190

Abstract

AbstrakPersalinan adalah peristiwa fisiologis dalam setiap perkembangan seorang wanita menjadi ibu.Peristiwa ini dapat menimbulkan trauma karena nyeri yang dialaminya.Beberapa ibu bahkan memilih untuk melahirkan secara sectio caesareatanpa indikasi medis untuk menghindari nyeri tersebut. Terapi kompres panas dan dingin merupakan salah satu metode non farmakologis untuk mengatasi nyeri.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres panas dan dingin terhadap penurunan nyeri kala I fase aktif persalinan fisiologis ibu primipara. Jenis penelitian ini yaitu eksperimental dengan rancangan One Group Pretest Postest. Penelitian dilaksanakan di BPS Bunda dan BPS Rita Bukittinggi tanggal 26 Maret s/d 26 Mei 2014.Populasi penelitian ini adalah ibu primipara inpartu kala I fase aktif menggunakan tekhnik Non Probability Sampling dengan metode sampel Consecutive Sampling. Dari hasil penelitian diperoleh rerata derajat nyeri sebelum kompres panas adalah 7,29±1,102 dan sebelum kompres dingin adalah 7,33±1,238. Rerata derajat nyeri setelah kompres panas adalah 4,95±1,244 dan setelah kompres dingin adalah 3,90±0,889. Tidak terdapat perbedaan rerata derajat nyeri sebelum kompres panas dandingin p = 0,896. Terdapat perbedaan rerata derajat nyeri setelah kompres panas dan dingin p = 0,003. Terdapat perbedaan selisih derajat nyeri kompres panas dan dingin p = 0,001. Dapat disimpulkan terdapat perbedaan pengaruh pemberian kompres panas dan dingin terhadap penurunan nyeri persalinan.Kata kunci: kompres panas, kompres dingin, nyeri persalinanAbstractChildbirth is a physiologic process that happened in each woman’s development to be a mother. This process may cause trauma because of the pain. Even, some mother choose sectio caesarea without medical implication as a labor choice.Hot and cold compress therapy is one of non-pharmacological approach to reduce pain. The objective of this study was to determine the difference of the effect of hot and cold compress pain relief during active first stage of physiologic labor in primiparous women.This is an experimental study with one group pretest posttest design. This study takes places in BPS Bunda and BPS Rita in Bukittinggi from 26th of March till 26th of May, 2014. The population of this study was inpartu primiparous women in active first stage of labor using non probability sampling and consecutive sampling method.The result of this study are mean rate of the pain before hot compress are 7.29±1.102 and before cold compress are 7.33±1.238. Mean rate of the pain after hot compress are 4.95±1.244 and after cold compress are 3.90±0.889. There is no differences of the pain during labor before hot and cold compress p=0.896. There is differences of the pain during labor after hot and cold compress p=0,003. There is differences of the pain deviation in hot compress and cold compress p=0.001. We conclude that there is the difference of the effect of hot and cold compress on pain relief during labor.Keywords: hot compress, cold compress, pain during labor
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kejadian Obesitas Anak di SD Islam Al-Azhar 32 Padang Merisya Merisya; Eryati Darwin; Detty Iryani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.218

Abstract

AbstrakObesitas adalah kelainan yang ditandai oleh penimbunan berlebihan jaringan lemak dalam tubuh. Salah satu kelompok usia yang berisiko mengalami obesitas adalah kelompok usia 6-12 tahun. Pengetahuan gizi ibu berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak.Hal tersebut mempengaruhi pemilihan nutrisi yang dikonsumsi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah dasar. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan studi cross sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 1-3 di SD Islam Al-Azhar 32 Padang dengan subyek penelitian sebanyak 102 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pembagian angket kepada ibu yang berisi pertanyaan seputar gizi. Status gizi anak ditentukan dengan pengukuran berat dan tinggi badan. Hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi anak menurut Departemen Kesehatan Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat fisher’s exact test. Hasil penelitian didapatkan subyek obesitas sebanyak 17,6% dengan rerata IMT adalah 16,6 ± 3,20. Tingkat pengetahuan gizi ibu ditemukan hampir seluruhnya dalam kriteria cukup baik, yaitu sebesar 98%. Hasil uji statitik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian obesitas (p = 0.323)Kata kunci: obesitas anak, pengetahuan ibu, giziAbstractObesity is a disorder that is marked by excessive accumulation of body fat. Age group 6-12 years is one group that is at risk of childhood obesity. Mother’s nutritional knowledge is related to childhood obesity. The knowledge influence mother’s decision on child’s daily consumption. The objective of this research was to investigate the relationship between mother’s knowledge of nutrition and childhood obesity among elementary school students.This research was analytic research with cross sectional study. The research population was class 1-3 in Al-Azhar 32 elementary school with 102 subjects. Sample collection was conducted by distributing questionnaire upon child’s mother. Nutrition status was determined by measuring weight and height of children. The result was categorized by using children’s nutritional status assessment of standard anthropometry according to Indonesian Health Department. The data was analyzed by univariate and bivariate analysis by using fisher’s exact test. From the research, obtained obesity rate for about 17,6% with average BMI 16,6 ± 3,20. Mother’s nutritional knowledge levels is good criteria (98%). From Fisher’s exact test statistic, obtained that there is no significant relationship between mother’s nutritional knowledge with incidence of childhood obesity (p = 0,323).Keywords: childhood obesity, mother’s knowledge, nutrition
Hubungan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dengan Kelulusan OSCE pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dinda Putri Amir; Detty Iryani; Laila Isrona
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.458

Abstract

AbstrakKecemasan adalah normal terjadi dalam kehidupan, namun kecemasan dapat menjadi abnormal jika respons terhadap stimulus berlebihan. Pada mahasiswa, kecemasan berpengaruh terhadap proses pendidikan. OSCE merupakan salah satu bagian dari ujian komprehensif yang menguji keterampilan medis mahasiswa yang akan memasuki kepaniteraan klinik. Ujian ini hampir sama dengan ujian skills lab, tapi materi ujian lebih banyak dan setting ujian juga berbeda sehingga situasi tersebut menimbulkan kecemasan pada mahasiswa menjelang OSCE. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan tingkat kecemasan dalam menghadapi OSCE dengan kelulusan OSCE pada mahasiwa FK Unand. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan sampel sebanyak 34 orang. Data diperoleh melalui wawancara kepada peserta OSCE menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dan Bagian Akademik FK Unand yang selanjutnya dianalisis melalui uji korelasi Gamma dan Somers’d. Hasil penelitian ini didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,106 dan nilai signifikansi p>0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan dalam menghadapi OSCE dengan kelulusan OSCE pada mahasiwa FK Unand.Kata kunci: kecemasan, ujian, OSCE, HRS-A AbstractAnxiety normally occurs in life, but anxiety can become abnormal if the response to the stimulus is excessive. In student, anxiety affects the educational process. OSCE is a part of comprehensive exam that examine medical skills of the students who will enter their clinical stage. Although this exam is similiar like skills lab exam but the matters of exam is more complex and the setting of exam is different too, so these situations cause anxiety in students toward OSCE. The objective of this study was to determine the correlation between anxiety level in facing OSCE to students’ graduation of OSCE in Faculty of Medicine Andalas University. This study was a descriptive analytical and total sample of 34 people. Data were collected through interviewing the students use the questionnaire of Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) and Academic Department of Faculty of Medicine Andalas University. It was analyzed by Gamma and Somerd’s correlation test. The result of this study found a correlation coefficient (r) is -0,106 and level of significance (p) >0,05.  Based on the result, it can be concluded  that there is no correlation between anxiety level in facing OSCE with students’ graduation of OSCE in Faculty of Medicine Andalas University.Keywords: anxiety, exam, OSCE, HRS-A
Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Fadma Yuliani; Fadil Oenzil; Detty Iryani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i1.22

Abstract

AbstrakPenyebab mortalitas dan morbiditas utama pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 adalah penyakit jantung koroner (PJK) dimana penderitanya dua sampai empat kali lebih berisiko terkena penyakit jantung dari pada non DM. Mekanisme terjadinya PJK pada DM tipe 2 dikaitkan dengan adanya aterosklerosis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian PJK pada penderita DM tipe 2. Penelitian dilaksanakan di RSUP. Dr. M. Djamil Padang dan RS. Khusus Jantung Sumbar pada bulan Maret-Agustus 2013. Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional comparative. Jumlah sampel 176 orang yang terdiri dari 88 orang penderita DM dengan PJK dan 88 orang DM tanpa PJK. Pengolahan data dilakukan dengan uji chi-square menggunakan sistem komputerisasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2 adalah jenis kelamin (p=0,000), lama menderita DM (p=0,043), hipertensi (p=0,007), dislipidemia (p=0,000), obesitas (p=0,023), dan merokok (p=0,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang sangat bermakna (p<0,0001) antara jenis kelamin, dislipidemia, dan merokok dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2 dan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara lama menderita DM, hipertensi, obesitas dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2.Kata kunci: DM tipe 2, PJK, faktor risikoAbstractThe main causes of mortality and morbidity in type 2 diabetes mellitus (DM) patients is coronary heart disease (CHD) which adults who suffer from DM are two to four times have the risk of heart disease than people without DM. The mechanism of CHD in DM is associated with the presence of atherosclerosis that influenced by various factors. This research has aims to determine the relationship of risk factors for CHD incident in patients with DM. The study was conducted in the Dr. M. Djamil Padang and Cardiac Hospital of West Sumatra from March to August 2013. This research is an analytic study with comparative cross-sectional design. There are 176 DM patient samples that consist of 88 CHD patients and 88 patients without CHD. The data processing used chi-square test by computerized system. The result showed that risk factors that were related with CHD incident in DM patients are gender (p=0,000), long-suffering diabetes (p=0,043), hypertension (p=0,007), dyslipidemia (p=0,000), obesity (p=0,023), and smoking habit (p=0,000). Conclusion: There are marked significant (p<0,0001) relationship between gender, dyslipidemia, and smoking habit with CHD incident in DM patients and significant relationship (p<0,05) between long-suffering diabetes, hypertension, and obesity with CHD incident in DM patients.Keywords: type 2 diabetes mellitus, CHD, risk factor
Gambaran Kejadian Hemoptisis pada Pasien di Bangsal Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011 – Desember 2012 Intan Irfa; Irvan Medison; Detty Iryani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.151

Abstract

AbstrakHemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah dengan jumlah minimal hingga masif yang dapat membahayakan jiwa. Etiologi hemoptisis seperti infeksi, neoplasma dan kelainan kardiovaskular berbeda kekerapannya di berbagai negara. Di Indonesia dan negara berkembang lainnya, tuberkulosis paru merupakan penyebab utama hemoptisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian hemoptisis pada pasien di bangsal paru RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2011 – Desember 2012. Metode yang digunakan adalah deskriptif secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien rawat inap dengan hemoptisis di bangsal paru RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2011 – Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak Januari 2011 – Desember 2012 terdapat 103 kejadian hemoptisis dan prevalensi kejadiannya sebesar 3,6%. Sebagian besar pasien dengan hemoptisis adalah laki-laki (65%) dengan kelompok usia terbanyak yaitu 31 – 40 tahun. Sementara distribusi frekuensi pasien dengan hemoptisis berdasarkan riwayat pendidikan terbanyak yaitu tamat SLTA (32%), berdasarkan pekerjaan adalah ibu rumah tangga (29,1%) dan sebagian besar berdomisili di Kota Padang. Klasifikasi hemoptisis terbanyak adalah hemoptisis sedang (34%) dengan etiologi utama tuberkulosis paru (47,6%). Pada penelitian ini didapat angka kematian pasien sebesar 6,8% dari total kejadian hemoptisis.Kata kunci: hemoptisis, prevalensi, tuberkulosis AbstractHemoptysis is expectoration of blood from the lower respiratory tract that varies in amount of blood from small amount to the massive amount and can become threaten of life. The etiology of hemoptysis such as infection, neoplasm and cardiovascular disorder are vary over the world. In Indonesia and other developed countries, pulmonary tuberculosis is a main etiology of hemoptysis. The purpose of this study is to determine the profile of hemoptysis among patients admitted in Pulmonary Department of Dr. M. Djamil Hospital Padang period January 2011 – December 2012. This research was a descriptive survey based on retrospective study design that reviewed the medical record of hospitalized patients with hemoptysis in Pulmonary Department of Dr. M. Djamil Hospital period January 2011 – December 2012. The result has shown that since January 2011 – December 2012 there were 103 patients with hemoptysis, and the prevalence of hemoptysis is 3.6%. Most of patients with hemoptysis are male (65%) with highest frequency distribution based on age group of patients is 31 – 40 years old. While the highest frequency distribution based on patients’ history of education is high school diploma (32%), based on patients’ profession is housewife (29.1%) and most of patients live in Padang. Moderate hemoptysis (34%) were the highest frequency distribution based on classification of hemoptysis, with pulmonary tuberculosis as the main etiology (47.6%). Mortality rate of patients with hemoptysis in this study was 6,8% of all hemoptysis cases.Keywords: hemoptysis, prevalence, tuberculosis
Gambaran Fungsi Ginjal pada Pasien Gagal Jantung yang Dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012 Putri Reno Indrisia; Saptino Miro; Detty Iryani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.262

Abstract

AbstrakHubungan hemodinamik antara jantung dan yang disebut sebagai cardiorenal connector bertanggung jawab dalam perburukkan fungsi ginjal. Gagal jantung yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal termasuk dalam kategori sindrom kardiorenal. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi ginjal pada pasien gagal jantung. Desain penelitian menggunakan study retrospektif dengan populasi adalah pasien gagal jantung yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil periode 2010-2012. Lebih dari setengah pasien gagal jantung (63,63%) mengalami penurunan fungsi ginjal sedang, 18,18% penurunan fungsi ginjal ringan dan 18,18% penurunan fungsi ginjal berat. Pada pasien dengan CHF I, 40% mengalami penurunan fungsi ginjal ringan dan 20% mengalami penurunan fungsi ginjal sedang. Pada pasien dengan CHF II, 18,92% mengalami penurunan fungsi ginjal ringan, 59,56% mengalami penurunan fungsi ginjal sedang, 2,7% mengalami penurunan fungsi ginjal berat. Pada pasien CHF III terdapat 35,85% penurunan fungsi ginjal ringan, 50,94% penurunan fungsi ginjal sedang dan 3,77% penurunan fungsi ginjal berat. Pada pasien CHF IV 14,81% mengalami penurunan fungsi ginjal ringan, 62,97% sedang dan 7,41% mengalami penurunan fungsi ginjal berat. Nilai rerata LFG pasien CHF semakin menurun sesuai dengan peningkatan derajat klasifikasi fungsional gagal jantung.Kata kunci : gagal jantung, sindroma kardiorenal, fungsi ginjal AbstractHemodinamic relation between heart and kidney called cardiorenal connector is responsible for worsening kidney function. The objective of this study was to description kidney function among heart failure patients, more than half (about 63.63%) had moderate worsening kidney function, 18.18% mild worsening kidney function and 18.18% severe worsening kidney function. Patients who were diagnosed with CHF I, 40% mild worsening kidney function and 20% moderate worsening kidney function. In CHF II patients, 18.92% mild worsening kidney function, 59.56% moderate worsening kidney function and 2.7% severe worsening kidney function. In CHF III patients, about 35.85% had mild worsening kidney function, 50.94% moderate worsening kidney function and 3.77% severe worsening kidney function. Mild worsening kidney function occurs in 14.81% patients with CHF IV, moderate worsening kidney function occurs in 62.97% patients with CHF IV and severe worsening kidney function occurs in 7.41% patients with CHF IV. Mean of GFR level in CHF patient is desreasing consistent to its enhancement functional class of HF.Keywords: heart failure, cardiorenal syndrome, kidney function
Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Pasien Hematemesis dan atau Melena di RSUP M Djamil Padang Periode Januari 2010 - Desember 2013 Fadhil Alfino Azmi; Saptino Miro; Detty Iryani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.429

Abstract

AbstrakPerdarahan saluran cerna bagian atas adalah kehilangan darah dalam lumen saluran cerna yang bermula dari esofagus sampai duodenum. Manifestasi kinis berupa hematemesis (muntah darah) dan atau melena (tinja hitam). Kasus ini masih banyak dilaporkan dari berbagai rumah sakit. Etiologi yang sering dilaporkan adalah varises esofagus, ulkus peptikum, gastritis erosif dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui frekuensi diagnosis esofagogastroduodenoskopi (EGD) pasien hematemesis dan atau melena di RSUP M Djamil Padang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif. Data diambil secara total sampling dari rekam medik pasien hematemesis dan atau melena yang dilakukan pemeriksaan EGD di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) RSUP M Djamil Padang periode.Januari.2010.–.Desember.2013. Hasil penelitian menunjukkan 162 pasien kasus terbanyak adalah ulkus gaster (27,8%). Menurut jenis kelamin, pria lebih banyak dibanding wanita yaitu pria (64,8%) dan wanita (35,2%) rasio 1,8 : 1. Kelompok umur terbanyak adalah 51-60 tahun yaitu (20,0%). Lokasi lesi yang paling banyak ditemukan adalah gaster (48,8%).Kata kunci: esofagogastroduodenoskopi, perdarahan saluran cerna bagian atas, hematemesis, melena AbstractUpper gastrointestinal bleeding is a loss of blood in lumen of the gastrointestinal tract from esophagus to duodenum. Clinical manifestations are hematemesis (vomiting of blood) and/or melena (black stools). Many cases were widely reported from various hospitals. The most common etiology that often being reported are esophageal varices, peptic ulcer, erosive gastritis, etc. The objective of this study was to determine the frequency of esophagogastroduodenoscopy(EGD) findings in patients with hematemesis and/or melena in M Djamil Hospital Padang. The design of this research was retrospective descriptive. Data was taken from the result of patient's EGD examination(medical records) that having hematemesis and/or melena in Integrated Diagnostics Installation of M Djamil Hospital Padang from January 2010 to December 2013. The results showed that the highest cases of 162 patients were gastric ulcer (27.8%). According to gender, more men cases than women cases.  Men (64.8%) and women (35.2%) with ratio 1.8 : 1. Most cases occurred on 51-60 years old (20.0%). Location of lesions were most commonly found in gaster (48.8%).Keywords: esophagogastroduodenoscopy, upper gastrointestinal bleeding, hematemesis, melena
MINI CEX : METODE PENILAIAN PERFORMA PADA PENDIDIKAN TAHAP KLINIK Detty Iryani
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.964 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p23-28.2012

Abstract

AbstrakMini Cex adalah salah satu metode penilaian yang dirancang untuk mengukur performa peserta didik dalam pendidikan tahap klinik. Penilaian Mini Cex dilakukan oleh seorang penilai yang sudah dilatih terhadap peserta didik yang berinteraksi langsung dengan pasien, yang terdiri dari tujuh komponen yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, profesionalisme, clinical judgment, keterampilan konseling, organisasi atau efisiensi dan penilaian secara keseluruhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa metode penilaian ini memiliki validitas dan reabilitas yang baik, selain itu metode ini juga mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.Kata Kunci : Mini Cex, metode penilaian, pendidikan tahap klinikAbstractMini Cex is one of assessment method designed to measure the performance of students in the clinical stage education. Mini Cex assessment conducted by an assessor who is trained to student who interact directly with patients, There are seven components which will be evaluated : medical interviewing skills, physical examination skills, professionalism, clinical judgment, counseling skills, organization or efficiency and overall clinical competence. Various studies have shown that mini cex has good validity and reliability, besides this method also has some advantages and disadvantages.Key word : mini cex, assessment method, clinical stage education
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DAYA HAMBAT INFUSUM DAUN SIRIH (PIPERBETIE L) DAN DAUN MENGKUDU (MORINDA CITROFILIA L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR CANDIDA ALBICANS Shara Lutfiyona Ikhsan; Detty Iryani; Nelvi Yohana
Andalas Dental Journal Vol 2 No 2 (2014): Andalas Dental Journal
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.163 KB) | DOI: 10.25077/adj.v2i2.120

Abstract

Many people tend to consider using plants for medicine. Beatle’s leaves are contained of some active substance such as kavikol,kavibetol and eugenol while mengkudu’s leave have active substance such as Scalopoetin ,antrhakuinon and saponin that known as antifungi. One of fungi as the main agent of Candidiasis diseases in mouth is Candida albicans. The purpose of study is to compairing the difference inhibitions activity of infusion beatle’s Leaves (Piper beatle L) and infusion mengkudu’s leaves (Morinda citrofilia L) against Candida albicans growth. The Study use dilution method to determine of Minimun Inhibitory Concentration (MIC). This research using 32 sample of infusion beatle’s leaves and infusion mengkudu’s leaves and mixing with Candida albicans and then incubation with Sabouroud Dextrose Broth media. The result is concentration 80% of infusion beatle’s leaves had an inhibitions power against Candida albicans growth. Concentration 100% infusion mengkudu’s leaves had an inhibitions power against Candida albicans growth.The Conclusion of the study is concentration needed of infusion beatle’s leaves low than infusion mengkudu’s leaves for inhibition against Candida albicans growth.