Sudjianto Sudjianto, Sudjianto
Doctoral Program in Environmental Study Post Graduate University of Riau

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Ecotourism Development: Educational Media of Environmental Care Hatta, Mohd.; Thamrin, Thamrin; Sudjianto, Sudjianto; Yoswati, Desi
AT-TALIM Vol 22, No 2 (2015)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.6 KB) | DOI: 10.15548/jt.v22i2.131

Abstract

One of appropriate tourism management models to be implemented while maintaining the sustainability and the beauty of the nature is sustainable tourism activities that have low impact on the environment, otherwise known as ecotourism. With the concept of ecotourism, which combines tourism with nature conservation, is believed to develop the rest of the environmental potential. Developing the natural ecotourism with alignments principles on nature and will be very beneficial to humans. Its usefulness is not only availability of a healthy environment and climate, maintaining flora and fauna that increasingly rare, but also can be a direct lecturing media, both formal and informal levels. Availability of valuable educational ecotourism area has to be monitored seriously so that the chain of intergenerational education of nature is not interrupted. Through ecotourism promoting the values of education, future generations will be more familiar with nature as an integral part of life. Keywords: Ecotourism, educational media, environmentCopyright © 2015 by Al-Talim All right reserved
ANALISIS MAKNA UNGKAPAN ~ TO OMOU PADA NOVEL TORABERU X ROMANSU KARYA EMA KOHINATA Fatati, Evat Ramadhani; Bachri, Aep Saeful; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i2.3291

Abstract

AbstrakSuatu ungkapan dalam bahasa Jepang apabila dicetuskan pada kondisi atau situasi tertentu akan menghasilkan makna yang berbeda. Namun kadang-kadang ungkapan yang berbeda dapat menghasilkan makna yang sama. Persamaan makna atau sinonim (ruigigo) ini juga menjadi salah satu faktor sulitnya mempelajari bahasa Jepang. Hal ini disebabkan proses penerjemahan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia dengan tidak menggunakan padanan kata yang tepat maka akan terjadi kesalahan dalam memahami apa yang dimaksud. Sehingga dalam penerjemahan bahasa Jepang perlu penggunaan ungkapan yang tepat agar maksud yang kita harapkan dapat tersampaikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperjelas makna penggunaan pola kalimat ~to omou agar maksud atau apa yang ingin pengarang novel sampaikan dapat dipahami oleh pembaca. Penelitian ini menggunakan metode padan, metode ini merupakan cara menganalisis data untuk menjawab masalah yang diteliti dengan alat penentu berasal dari luar bahasa. Berdasarkan hasil analisis penelitian, terdapat bermacam-macam makna ungkapan ~to omou juga makna pada konjugasinya. Bentuk ini digunakan untuk mengungkapkan sesuatu/kejadian yang bersifat emosional (dari hati), dalam bentuk ini terdapat makna yang sama juga makna yang berbeda. Makna yang berbeda di pengaruhi subjek penutur, perubahan bentuk kalimat (konjungsi),  objek yang dinyatakan, dan waktu penuturan.  Kata kunci : makna ungkapan, ruigigo, ~to omou,  ABSTRACT   A phrase in Japanese will have different meaning when conceived at certain situation or condition. But sometimes different phrase can make the same meaning. The same meaning or synonym (ruigigo) are also being the one of difficulty learning the Japanese. This is caused by not using proper word when change the Japanese sentence into Indonesian that will make a mistake in understanding what is meant. It is meant when changing the Japanese into Indonesian we must using proper word so it will contain meaning that we want to. This research purpose is to explaining  the meaning of using ~to omou pattern so the intent or what the author want to can be understood by the reader. This research using unified (padan) method, this method  is a way to analyze the data to answer the problem with determinants of instrument that derived from the outside of  languange. Based on the analysis of research, there are various meaning on ~to omou pattern also on the conjugations. This phrase used to express something/events that have emotional feeling (from heart), in this phrase also have same meaning and different meaning too. A different meaning influenced by the subject, change of sentence form (conjunction), the object, and a time when it uttered.  Keyword : meaning of phrase, ruigigo, ~to omou
ANALISIS MAJAS HIPERBOLA PADA LAGU JEPANG (STUDI DESKRIPTIF TERHADAP LAGU JEPANG PADA ALBUM HERO) Triwulandari, Dinar; Sudjianto, Sudjianto; Sutjiati, Neneng
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 1 (2016): April
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i1.2651

Abstract

AbstrakDalam bahasa Jepang, majas merupakan salah satu bagian dari bidang linguistik namun dalam pembelajaran tidak begitu sering dibahas padahal majas dapat memperkaya bentuk-bentuk kalimat dan kosakata, termasuk majas hiperbola yang memberikan efek berlebihan dalam sebuah kalimat. Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang analisis majas hiperbola pada lagu Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk majas hiperbola pada lagu Jepang dan mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Objek penelitian dari analisis ini adalah lagu-lagu Super Junior yang terdapat pada album Hero, lagu yang diteliti sebanyak 15 lagu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa 1) bentuk yang sering dipakai adalah kata “ように”yang memiliki arti seperti, karena pada dasarnya majas hiperbola selalu mengandaikan sesuatu dan memberi efek berlebihan. 2) kata “世界中”dimana menggunakan kata dunia untuk memberi efek luas dan tak terbatas. 3) kata “になる”yang memiliki arti menjadi. 4) kata “より”  yang memiliki arti lebih dari. 5) kata ”永遠“yang memiliki arti selamanya. Kata kunci : majas hiperbola,lagu jepang,super junior,analisis.ABSTRACTIn the Japanese Languange,figure of speech is one of linguistic material but rarely discussed in class,whereas the figure of speech could gain more knowledge on sentences and vocabulary,and one form of the figure of speech is hyperbole it can add exaggerate figuration to sentences. This research talks about figurative hyperbole that used in Japanese songs,the goal of this research is to get to know the form of figurative hyperbole,which is contained in the song and can find out the equivalent of it. The object in this study is the songs from a boygroup named Super Junior which is included in their Hero’s album. This research uses 15 songs from them. This research use descriptive methods. Based on results this research is 1) the form usually used  is “ように”it has hyperbole meaning. 2) “世界中”it has means world.  3) “になる”it has means be. 4) “ように” it has means more than. 5) “永遠”it has means eternal.Keyword : hyperbole,Japanese songs,super junior,analysis.
ANALISIS MAKNA KOTOWAZA YANG TERKAIT DENGAN KANJI MUSIM DAN RELEVANSINYA DENGAN KEBUDAYAAN JEPANG Kharina, Mia; Sudjianto, Sudjianto; Sutjiati, Neneng
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i2.3284

Abstract

Abstrak Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Evolusi kebudayaan berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Maka dari itu, budaya di setiap negara berbeda-beda berdasarkan lingkungannya. Salah satu  faktor yang terlihat jelas adalah iklim atau musim di sebuah negara. Adanya perubahan musim mempengaruhi kebudayaan yang berkembang di masyarakatnya. Kemudian, salah satu unsur dari kebudayaan terdapat bahasa. Bahasa tidak terbatas dengan interaksi sehari-hari, tetapi banyak sarana sastra yang dapat dijadikan objek pembelajaran. salah satunya, peribahasa yang merupakan ajaran berdasarkan pola pikir orang Jepang dari zaman dahulu. Orang Jepang sering menggunakan peribahasa dalam mengungkapkan atau menggambarkan suatu keadaan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya sebagian pembelajar bahasa Jepang tidak memahami makna dari peribahasa bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu makna peribahasa dan relevansinya terhadap kebudayaan Jepang. Penulis membatasi peribahasa yang digunakan hanya peribahasa yang berkaitan dengan kanji musim (haru, natsu, aki, fuyu). Oleh karena itu penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1) apa sajakah peribahasa Jepang yang terkait dengan kanji musim (haru, natsu, aki, fuyu), 2) apa makna peribahasa tersebut dalam bahasa Indonesia, 3) adakah relevansi kebudayaan yang tersirat dalam peribahasa Jepang yang terkait dengan kanji musim (haru, natsu, aki, fuyu). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini, ditemukan 20 peribahasa yang berkaitan dengan kanji musim dan 12 diantaranya memiliki relevansi dengan kebudayaan Jepang berdasarkan musim. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan adanya keterkaitan antara keadaan lingkungan atau kebudayaan yang berdasarkan musim mempengaruhi pembentukan peribahasa di sebuah negara.  Kata kunci: peribahasa, makna, kebudayaan, musim AbstractsCulture is the way of life that developed and shared by a community that are passed from generation to generation. Cultural evolution is closely related with enviromental conditions. Therefore, the culture in each country is different based on environment. One of the obious factor is the climate or season in a country. The changing seasons affect the cultures that developed  in the society. Then, one of the elements of culture are language. Language is not the daily interactions only, but many literary device that can be used as learning objects. One of them is proverb that teaching based  on the mindset of Japanese people from ancient times. Japanese people often use proverbs to express or describe a situation in daily life. However, in fact most of Japanese language learners didn’t understand the meaning of Japanese proverbs. This research aims to find out the meaning of proverbs and relevance to the Japanese culture. Authors restrict to use proverbs which is related to kanji season (haru, natsu, aki, fuyu). Therefore, authors  formulate the research problems as follow : 1) what are the Japanese proverbs which is associated with kanji season (haru, natsu, aki, fuyu), 2) what are the meaning of these proverbs in Indonesian, 3) is there any relevance of culture implicit in Japanese proverbs related kanji season (haru, natsu, aki, fuyu). The method used in this research is descriptive and qualitative research method. The result of this research, it was found 20 proverbs related to kanji season (haru, natsu, aki, fuyu) and 12 of  them have relevance to the Japanese culture based on season. thus, it can be concluded there is a correlation between the state of environment or culture that is based on the proverbs season affect formation in a country. Keywords : proverb, meaning, culture, season
ANALISIS KEISHIKI MEISHI TOKI, KORO, DAN SAI SEBAGAI SINONIM DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG Sutisna, Mochamad Agung; Bachri, Aep Saeful; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 3 (2016): December 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i3.5568

Abstract

Bahasa terlahir secara alamiah dan mempunyai kata-kata yang artinya kembar yang biasa kita sebut sinonim (ruigigo). Sebagai bahasa yang mempunyai banyak kata untuk mengekspresikan sesuatu, dalam bahasa Jepang terdapat banyak ruigigo yang menyeluruh dari semua kelas kata, diantaranya dalam verba, nomina, adjektiva, adverbial, partikel, dan sebagainya. Fokus dalam penelitian ini adalah tiga keishiki meishi dari kelas meishi (nomina) yang berfungsi membangun makna dalam sebuah kalimat disebut. Ketiga keishiki meishi ini yaitu toki, koro, dan sai yang sama-sama mempunyai padanan arti “pada saat” dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan, persamaan juga perbedaan, serta untuk mengetahui apakah ketiga keishiki meishi toki, koro, dan sai ini dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode deskriptif analitik. Dengan metode ini dapat ditemukan perbedaan dan persamaan, kondisi penggunaan, makna dan probabilitas saling menggantikannya. Hasil penelitian ini adalah toki, koro dan sai dapat diartikan “pada saat” dalam bahasa Indonesia sedangkan koro dapat pula kita artikan “sekitar”. Keishiki meishi toki dan dua keishiki meishi lainnya yaitu koro dan sai dapat saling menggantikan dalam kondisi apapun kecuali saat toki mengiringi kondisi yang tidak dapat diiringi oleh sai. Disisi lain, keishiki meishi koro dan sai memerlukan banyak syarat agar dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, maka dari itu jarang ditemukan. Semua subtitusi memengaruhi makna kalimat, jangkauan periode, dan penekanan dari kalimat itu sendiri.  Language was born naturally and has word that have “twin meaning” with other words called synonym word (ruigigo). As language which is have a tons of expression, Japanese have so many ruigigo that spreaded in class word including noun, verb, adverb, ect. Especially in class word noun, focus on this research is about to analyse three formality-noun which is not mention the meaning of the word itself but build the meaning of the sentence. The “three” of formality-noun are toki, koro, and sai that have meaning “pada saat” in Indonesia. Purpose of this research is to find, to research the utilities, differences/equality, and to analyse the atmosphere, condition as possibility to replacing each others in Japanese sentence. This research using descriptive analytic research method. This method will find out an equality/difference, utility condition, meaning, and possibility of replace as answer of the problems. The result of this reaserch is toki, koro and sai could translated “pada saat” in Indonesia directly while koro has meaning “sekitar” in Indonesia as well. Density of synonym that showed by three formality-noun toki, koro, and sai make toki could replacing koro and sai in every single condition except when toki accompanying with condition which is sai cannot. In other side, koro and sai has a little chance to be replaceable in sentence because koro and sai have a tons of requirement to replacing each other. All of the substitution have impact to meaning, period, and emphasize of the sentence.
Indonesian JSL Students Beliefs and Learning Strategies in Kanji Learning Bachri, Aep Saeful; Firmansyah, Dian Bayu; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 2, No 2 (2017): JAPANEDU Volume 2 Issue 2, December 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v2i2.8818

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui beliefs serta strategi belajar yang digunakan oleh pembelajar bahasa Jepang sebagai bahasa kedua (JSL Indonesia) dalam mempelajari huruf kanji. Penelitian ini juga bertujuan untuk meneliti tentang hubungan antara beliefs yang dimiliki oleh JSL Indonesia terhadap pembelajaran kanji dan strategi belajar kanji yang digunakan oleh pembelajar JSL Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif statistik. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data berupa angket dan interview. Ada dua jenis angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu angket Beliefs About Language Learning Inventory (BALLI) dan angket Strategy of Inventory Language Learning (SILL). Sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswa/i Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Pendidikan Indonesia. Dari hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa pembelajar JSL memiliki beliefs yang positif terhadap proses penguasaan kanji serta menganggap kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran kanji, dapat diatasi dengan pemilihan strategi belajar kanji yang tepat. Pengampu mata kuliah kanji juga dianggap memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu pembelajar JSL Indonesia, terutama dalam memperkenalkan strategi-strategi belajar kanji yang efektif dalam proses penguasaan kanji. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara Metacognitive-Compensation strategies dengan. Dari temuan penelitian di atas, disarankan agar pengampu mata kuliah kanji selalu mengevaluasi keefektifan metode ajar yang digunakan untuk membantu pembelajar dalam mengembangkan strategi belajar kanji mereka, serta membimbing pembelajar agar menghindari strategi belajar kanji yang tidak efektif seperti penggunaan kartu kanji untuk mengingat kanji.  The major purpose of this study were to find out about which kind of beliefs and learning strategies are used by Japanese as second language (JSL) students in studying Japanese character (kanji). In addition, this study also aims to examine how kanji learning beliefs relate to the use of kanji learning strategies by Indonesian university JSL students. This study was conducted with descriptive statistic method, using Lickert scale type survey questionnaire and short interviews. The self report survey questionnaire Beliefs About Language Learning Inventory (BALLI) and Strategy of Inventory Language Learning (SILL), was used to examine learners' beliefs in kanji learning and to determine about learning kanji strategies used by Indonesian JSL students. The subject in this current research were the Indonesia University of Education students who are majoring Japanese language as their second language. Survey questionnaire result showed that overall learners have a positive beliefs on the process of acquiring kanji and also consider that the difficulties experienced in kanji learning process, can be solve by employ appropriate kanji learning strategies. They also believe that teachers have an important role in providing them a wider range of appropriate kanji learning strategies, that help them to acquire kanji in more effective ways. The significant correlation found between Metacognitive-Compensation strategies and kanji learning beliefs. While negative correlation found between Association strategies and students beliefs. Based on these findings, it is highly recommends that teachers need to consider the effectiveness of teaching methods used, in order to help student develop their learning strategies and to aware them about the ineffective kanji learning strategies found in this study such as using kanji card to memorize a new kanji, etc.
PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA PEMBELAJARAN VERBA BAHASA JEPANG BENTUK~TE Agustina, Citra Dewi; Haristiani, Nuria; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i2.3285

Abstract

ABSTRAKBerdasarkan pengalaman penulis ketika melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMA Negeri 11 Bandung, ditemukan permasalahan berkenaan dengan kemampuan siswa dalam memahami materi perubahan verba bahasa Jepang bentuk kamus kedalam bentuk Te. Maka dari itu, penulis mengadakan penelitian penerapan metode Cooperative Learning model Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran perubahan verba bahasa Jepang dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan metode Cooperative Learning  model Student Facilitator and Explaining. Penulis melakukan penelitian eksperimen quasi dengan desain one-grop pretest posttest.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2015/2016, dengan sampel dua puluh lima orang siswa kelas XII Lintas minat bahasa Jepang. Dari hasil analisis data, diketahui nilai rata-rata pretest sebesar 45, 28, posttest 83, 63, maka diperoleh t hitung sebesar 9, 88. Dengan db=24, maka dapat  disimpulkan bahwa  dengan nilai  untuk taraf signifikan 5% dan 9,88 2,80 untuk taraf signifikan 1%. Hasil diatas membuktikan bahwa Hk yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran perubahan verba bahasa Jepang bentuk Te sebelum dan sesudah menggunakan metode Cooperative Learning model Student Facilitator and Explaining diterima.  Kata kunci: Student Facilitator and Explaining, DoushiABSTRACT  Based on the author experience, when implementing the program of field experience in SMAN 11Bandung, in regard to the problem found with the ability of the student in understanding material change japanese verb dictionary from into the shape of Te. Because of that, writer did a research with Cooperative Learning Student Facilitator and Explaining  model for studying Japanese verb with purpose to know if there’s a huge difference or not before and after using this model. The author conducted a quasi experimental study with one group pretest posttest design. Population in this study is the students from 11 Bandung Senior High School period year 2015/2016, with the sample of 25 student from class XII cross-interest in Japanese language. From the analysis of data, known to the average value of  pretest about 45, 28, and posttest 83, 63, then obtained  9,88 with db=24, so it conclude that with value 9, 88 2, 06 to a significant level 5% and 9, 88 2, 80 for significant level 1%. The above result prove that hk stating there are significant differences between learning Japanese language verbs change outcomes before and after using cooperative learning method model of  Student Facilitator and Explaining accepted.  Keyword:Student Facilitator and Explaining, Japanese verb
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA APLIKASI ALEPHBET KATAKANA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF KATAKANA Siregar, Tiur Mian; Renariah, Renariah; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 3 (2016): December 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i3.5285

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minat siswa dalam pembelajaran bahasa Jepang. Siswa mengalami kesulitan dalam menguasai huruf hiragana dan katakana. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, diperlukan alat atau media yang menarik dan praktis untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemamapuan menulis huruf katakana. Berdasarkan hal tersebut penulis memberikan alternatif pembelajaran menulis katakana dengan menggunakan aplikasi Alephbet Katakana. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi dengan desain pre-test dan post-test. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah test dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2013/2014 dan sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 24 siswa yang sedang belajar bahasa Jepang. Hasil dari analisis data diperoleh nilai mean pre-test adalah 18.13 dan nilai mean dari post-test adalah 88.23, dengan demikian terdapat peningkatan setelah treatment yaitu sebesar 70.1. Dan didapatkan nilai dari t hitung adalah 20.32 dan nilai t tabel dengan derajat kebebasan (db) yaitu 23 dengan taraf signifikan 5% 2.07 dan 1% 2.81. Dengan demikian nilai t hitung lebih besar dari t tabel (20.32 2.07). Yang artinya dapat ditari kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y sehingga hipotesis kerja ( Hk) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa aplikasi Alephbet Katakana dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam huruf katakana. Berdasarkan pengolahan hasil angket yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa menyatakan merasa lebih mudah mempelajari huruf katakana dengan aplikasi Alephbet Katakana. Sebagai kesimpulan, aplikasi Alephbet Katakana dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis huruf katakana. Oleh karena itu, aplikasi Alephbet Katakana dapat dijadikan solusi sebagai metode pembelajaran huruf katakana.
Japanese Inviting Speech Act Strategy: From Gender Point of View Chandrawisesa, Galih; Kiyama, Keiko; Haristiani, Nuria; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 4, No 2 (2019): JAPANEDU Volume 4 Issue 2, December 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v4i2.19430

Abstract

The invitation acts categorized as an action that is likely to threaten the faceof interlocutors and it is called as face-threatening acts (FTA). There is a need for a strategy in making  invitations, so that speakers can maintain their utterance to not interfere the faceof the interlocutors. This study aims to describe the strategies used by Japanese speakers in conducting speech acts to invite friends with similar and opposite gender. The method used in this study is a qualitative descriptive research method. The data was obtained using the discourse completion test (DCT) questionnaire with respondents from 60 Gunma University students (30 men and 30 women). Then, the collected data has been analyzed based on Brown and Levinson’s politeness strategy. Results showed, that in doing invitation speech acts to friends with opposite gender, both male and female speakers tend to use negative politeness strategies. While the positive politeness strategy is only used in small imposition situations and to friends with similar gender. Male speakers tend to use men’s language (danseigo) to similar gender friends, it shows the nature of a man who is strong and full of masculinity. While female speakers use polite and refined language, such as female language characteristics that are more polite and not dominating. From there, it can be seen that Japanese speakers have a high awareness of the differences in the gender of their interlocutor when they do speech acts.