Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN DASAR BIOGAS, PUPUK ORGANIK (CAIR DAN PADAT) UNTUK TANAMAN KEDELAI DI DESA BUMIAYU KEC. WONOMULYO KAB. POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT Nurdiyah Nurdiyah; Anfas Anfas; Muh. Arman Yamin; Harli A. Karim
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 12: Desember 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan nomor tiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan rata-rata kedelai sebanyak 2,2 juta ton/tahun, namun produksi kedelai dalam negeri hanya sekitar 800 ribu-900 ribu ton. Kedelai terutama dibutuhkan dalam industri pembuatan tahu dan tempe. Mitra dipilih secara sengaja adalah petani kedelai dan peternak sapi di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. Desa Bumiayu dikenal sebagai sentra produksi kedelai di Kabupaten Polewali Mandar. Selain itu, Kecamatan Wonomulyo dikenal sebagai sentra industri pembuatan tahu dan tempe. Kebutuhan kedelai di Kecamatan Wonomulyo setiap harinya sebanyak 3-4 ton/hari (120 ton/bulan) untuk kebutuhan industri tahu dan tempe. Selain sebagai petani kedelai, umumnya petani di Desa Bumiayu juga merupakan peternak sapi. Setiap petani rata-rata memiliki ternak sapi sebanyak 3-4 ekor. Mitra saat ini memiliki 3 ekor sapi. Permasalahan prioritas yang dialami petani kedelai khususnya pada mitra antara lain : Produktivitas tanaman kedelai masih rendah, penggunaan bahan kimia masih tinggi, Limbah kotoran sapi belum banyak dimanfaatkan dan seringnya terjadi kelangkaan gas LPG subsidi. Capaian yang telah diperoleh adalah a). Pemanfaatan hasil fermentasi biogas berupa pupuk organik (cair dan padat) pada tanaman kedelai b). Pengurangan penggunaan pupuk kimia petani khususnya pada mitra c). Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi sebagai bahan dasar biogas d). Produksi biogas skala rumah tanggal Kesimpulan pengabdian antara lain : 1) Terjadi pemanfaatan limbah kotoran sapi sebagai sumber gas rumah tangga 2)Terjadinya pemanfaatan limbah kotoran sapi sebagai sumber pupuk organik cair dan padat 3) Terjadi peningkatan pendapatan petani dengan mengurangi pengeluaran pembelian gas LPG dan penggunaan pupuk kimia.
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU KECAMATAN SIGI BIROMARU DI KABUPATEN SIGI Muhammad Arman yamin
AgriDev Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis Efisiensi Pemasaran Bawang Merah Varietas Lembah Palu di Kabupaten Sigi Kecamatan Sigi Biromaru sebagai pusat produksi komoditi bawang merah varietas Lembah palu. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metode snow ball sampling. Teknik analisa data menganalisis marjin pemasaran yaitu perbedaan harga ditingkat konsumen (Pr) dengan harga yang diterima produsen (Pf), M = Pr – Pf, dan analisis farmar’s share untuk mengukur efisiensi pemasaran yaitu tingkat harga jual petani sebagai dasar (Pf) dibandingkan dengan harga beli pedagang pada konsumen akhir (Pr) dikali dengan 100 %. Hasil penelitian menunjukan saluran pemasaran 1 memperoleh sebesar marjin 1.978 % dengan farmar’s share 76.96 %. Saluran 2 marjin 0 %, farmar’s share 77.03 %. Menunjukan saluran pemasaran 2 lebih efisien, apabila petani menjual langsung ke tempat pengolahan industri bawang goreng.
PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK PASAR MELALUI BIOKONVERSI MAGGOT LALAT TENTARA HITAM (HERMETIA ILLUCENS) MENJADI PUPUK KASGOT Nurdiyah Nurdiyah; Muh. Arman Yamin Pagala; Andi Fausiah; Anfas Anfas; Bulkis Bulkis; Fajar Rakasiwi Syamsuddin; Saddam Husain Thamrin
SIPISSANGNGI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 3 (2023): Sipissangngi Volume 3, Nomor 3, September 2023
Publisher : Lembaga Penelitan dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/sipissangngi.v3i3.4767

Abstract

Penambahan jumlah penduduk mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang semakin meningkat, tumbuhnya industri kuliner, perhotelan, serta minimnya kesadaran masyarakat membuang sampah organik disegala tempat menjadi penyumbang terbesar menumpuknya sampah di beberapa area Kota Majaene. Pengelolaan sampah seperti pemisahan sampah organik dan anorganik, serta pengolahan sampah di hilir belum ada. Menjadi faktor pengelolaan sampah di Majene belum mampu mengurangi sampah sesuai dengan empat prinsif pengelolaan sampah yaitu reduce, reuse, recyle dan replace. Pengelolaan dan pengolahan sampah organik yang ramah lingkungan sangat membantu mengurai sampah rumah tangga dan pasar, metode biokonversi maggot lalat tentara hitam (hermetia illucens). Dimana sampah organik rumah tangga dan pasar mampu diurai oleh maggot menjadi pupuk kasgot. Hasil pelatihan pengolahan sampah organik di kelompok tani Radang Balisang Kel. Tande Kec. Banggae Kab. Majene dengan metode biokonversi maggot, dengan 1 kilo gram maggot mampu mendegradasi sampah organik 1-1,5 kg sampah organik selama 24 jam. Proses perkembangbiakan bibit larva maggot dilokasi PkM sebanyak 300 gram telur maggot, dapat menghasilkan 1.500 gram larva maggot. Dengan potensi kemampuan mengurai sampah organik sebanyak 2,250 kg per hari. Pencapaian tujuan kegiatan PKM dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan kelompok tani teknik budidaya maggot, proses pengolahan sampah organik melalui biokonversi maggot menjadi pupuk kasgot, dan menghasilkan produksi kasgot, dan pakan ternak.
Analisis Kelayakan Usahatani Monokultur (Kakao) Ke Tumpang Sari (Jagung Dan Bayam) Pada Masa Pandemi Covid-19 Muhamad Arman Yamin Pagala; Nurdiyah Nurdiyah; Nurul Iqraini D; St Nur Aliyah; Muh Fahruddin Nurdin
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 9, No 1 (2024): AGROVITAL VOLUME 9, NOMOR 1, MEI 2024
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v9i1.5061

Abstract

Kakao merupakan komoditi ekspor yang banyak dibudidayakan para petani di Polewali Mandar, pada masa pandemi Covid-19 pola distribusi kakao terhambat yang mempengaruhi produksi dan harga kakao menurun. Menjadi faktor petani beralih ke pola tanamn tumpang sari jagung dan bayam. Tujuan penelitian untuk melihat pendapatan dan efisiensi ushatani pola tanam tumpang sari dan monokultur. Metode: Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), jumlah responden yang melakukan pola usahatani atau alih dari kakao ke jagung dan bayam di Kecamatan Binuang, yang dijadikan sampel sebanyak 36 petani. Teknik pengumpulan data, observasi langsung, wawancara dan penyebaran kuesioner penelitian. Hasil: Analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan dan R/C ratio, di dapatkan pendapatan komoditi kakao pada masa pandemi Rp. 4.550.933,- per satu kali musim panen setiap 3-4 bulan sekali, ketika petani beralih ke tumpang sari komoditi jagung Rp. 11.880.000,-. per satu kali musim setiap tiga bulan sekali, dengan nilai tambah komoditi sela bayam Rp. 671.810,- satu kali musim panen setiap 4-6 minggu. Dengan nilai R/C ratio untuk komoditi kakao 1,4, jagung 1,9 dan bayam 3,2. Kesimpulan: (1) Terjadi peningkatan pendapatan ketika petani merubah pola tanaman tumpang sari sebesar Rp. 8.000.877 per/ha dari pola tanamn monokultur, (2) Nilai R/C Ratio meningkat sebesar untuk tanaman jagung 0.5, dan nilai R/C Ratio tanaman bayam sebesar 1,8, menunjukan petani lebih layak ketika beralih ke pola tanam tumpang sari pada transisi pandemi C-19.  
Studi Pendapatan Pola Tanam Monokultur (Kakao) ke Tumpang Sari (Jagung dan Bayam) di Binuang Muhamad Arman Yamin Pagala; Nurdiyah Nurdiyah
Mimbar Agribisnis : Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis Vol 10, No 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ma.v10i2.13977

Abstract

Cocoa is an export commodity that is widely cultivated by farmers in Polewali Mandar, during the Covid-19 pandemic cocoa distribution patterns were hampered which affected cocoa production and prices decreased. It became a factor that farmers switched to intercropping corn and spinach. The purpose of the study was to look at the income and efficiency of intercropping and monoculture farming patterns. Methods: Determination of location is done purposively, the number of respondents who do farming patterns or switch from cocoa to corn and spinach in Binuang Subdistrict, which was sampled as many as 36 farmers. Data collection techniques, direct observation, interviews and distribution of research questionnaires. Results: Data analysis used is income analysis and R / C ratio, obtained cocoa commodity income during the pandemic Rp. 4,550,933, - per one harvest season every 3-4 months, when farmers switch to intercropping corn commodity Rp. 11,880,000, -. per one season every three months, with value added commodity intercropping spinach Rp. 671,810, - one harvest season every 4-6 weeks. With R/C ratio values for cocoa 1.4, corn 1.9 and spinach 3.2. Conclusions: (1) There was an increase in income when farmers changed the intercropping crop pattern of Rp. 8,000,877 per / ha from monoculture cropping patterns, (2) The R / C ratio value increased by 0.5 for corn crops, and the R / C ratio value of spinach crops by 1.8, indicating that farmers are more feasible when switching to intercropping cropping patterns in the C-19 pandemic transition.