Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Modifikasi Nugget dari Bahan Baku Ikan Bandeng dan Tempe bagi UMKM Mandiri Kecamatan Genuk Kota Semarang Erwin Nofiyanto; Sri Haryati; Sri Budi Wahjuningsih
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 11, No 4 (2020): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v11i4.6292

Abstract

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi modifikasi pangan nugget dari bahan baku ikan bandeng dan tempe kepada UMKM Mandiri Kecamatan Genuk Kota Semarang, pengolahan ikan bandeng dan tempe menjadi nugget yang mempunyai cita rasa dan penampilan menarik, menghasilkan produk yang dapat diterima konsumen, memberikan alternatif kepada konsumen berupa produk berbahan baku ikan bandeng dan tempe sebagai upaya membangkitkan sekaligus meningkatkan tingkat perekonomian. Metode pengabdian ceramah, diskusi dan praktik dengan UMKM mengenai pembuatan nugget berbahan baku dari ikan bandeng dan tempe yang mempunyai citarasa dan penampilan menarik. Pembuatan nugget berbahan baku ikan bandeng dan tempe sekaligus praktik pembuatan nugget serta sharing materi mengenai penentuan harga jual, persyaratan kemasan dan label dan penjelasan mengenai persyaratan bagi UMKM untuk memasarkan produk (sanitasi hygiene, perijinan). Pengabdian pada masyarakat dilaksanakan sebanyak 3 kali yang berisi ceramah, praktik pengolahan nugget, dan evaluasi pelaksanaan. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa modifikasi nugget dengan bahan baku ikan bandeng dan tempe mempunyai citarasa dan varian baru yang digemari masyarakat. Nugget bandeng cenderung memiliki tekstur yang rapuh atau tidak kokoh yang disebabkan dalam proses pengolahannya dilakukan proses pemanasan yang membuat protein terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Salah satu bahan yang dapat memperbaiki tekstur nugget adalah tempe, penambahan tepung tempe dapat meningkatkan kualitas tekstur nugget tetapi semakin tinggi level penambahan tepung tempe menyebabkan kualitas tekstur nugget semakin menurun mendekati kasar. Berdasarkan evaluasi mitra sangat berkesan dan senang diberi pelatihan pembuatan nugget berbahan baku ikan bandeng dan tempe karena baru pertama kalinya, untuk selanjutkan dapat dipasarkan dan diajarkan ke UMKM lain.
Training on making Nata de coco at SMA Kesatrian 1 Semarang Erwin Nofiyanto; Sudjatinah Sudjatinah; Sri Budi Wahjuningsih
Community Empowerment Vol 7 No 5 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.768 KB) | DOI: 10.31603/ce.6440

Abstract

Nata de coco business development has good economic potential. Nata de coco is a low-calorie snack whose fiber can aid physiological processes. It has an appealing aroma and can be prepared in a variety of flavors, and it lasts a long time. The nata de coco snack was chosen as the training material because it can be prepared with simple processing technologies, making it simple to execute for students. The purpose of the program for SMA Kesatrian 1 Semarang students is to strengthen their business skills. Lectures, debates, and practices are used to carry out the program method. The program's results reveal that students understand and can produce nata de coco, as well as the different types of nata. Students believed that the nata-making course was quite beneficial in increasing their excitement for entrepreneurship.
PENGARUH PENAMBAHAN DAUN KELOR DAN UBI JALAR UNGU TERHADAP KARAKTERISTIK MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) Erwin Nofiyanto; Antonia Nani Cahyanti
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 8, No 5 (2023): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jstp.v8i5.28932

Abstract

Pemenuhan kebutuhan Gizi sangat diperlukan terutama pada masa pertumbuhan seorang bayi pada usia 6-24 bulan, pada masa ini kebutuhan energi bayi menjadi semakin besar dan tidak tercukupi hanya dengan ASI saja, sehingga perlu tambahan atau sumber energi lain. Daun kelor (Moringa oleifera) adalah sayuran yang memiliki kandungan zat gizi tinggi dan dapat digunakan sebagai suplemen untuk balita. Ubi jalar ungu memiliki komposisi betakaroten 15 kali lebih banyak dibandingkan dengan wortel dan memiliki kandungan antosianin yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Pengaruh Penambahan Daun Kelor dan Ubi Jalar Ungu Terhadap Karakteristik MP-ASI. Metode penelitian digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, dengan perlakuan perbandingan antara tepung daun kelor dan tepung ubi jalar ungu (0:0, 4:66, 5:65, 6:64). Masing - masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukan Penambahan Daun Kelor dan Ubi Jalar Ungu berpengaruh nyata terhadap kadar protein, kadar karbohidrat, kadar serat pangan, kadar lemak dan vitamin C. Perlakuan terbaik pada Perlakuan P3 dengan kadar Abu 2,21 %, Protein 9,92%, karbohidrat 7,29 g/100 g, serat pangan 1,96%, kadar lemak 2,09%, vitamin c 2,07 mg/100 g.
Peningkatan Pemahaman dan Pengetahuan Siswa SMKN 4 Kendal Terhadap Bahaya Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Erwin Nofiyanto; Maria Sudjatinah; Sri Budi Wahjuningsih
TEMATIK Vol 5, No 1 (2023): Juni (2023)
Publisher : TEMATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/tmt.v5i1.7145

Abstract

Salah satu permasalahan kebutuhan manusia adalah makanan. Makanan tidak hanya sekedar cukup akan tetapi harus aman, bermutu dan bergizi. Kalangan kaum remaja dan anak sekolah yang gemar “jajanan“ yang siap saji sering tidak menyadari resiko atau bahaya dari penggunaan bahan pembukus makanan yang terlihat rapi dan bersih. Tujuan Pengabdian untuk peningkatan pemahaman dan pengetahuan siswa tentang pemanfaatan bahan pembungkus makanan khususnya Styrofoam. Metode yang digunakan dalam pengabdian yaitu sosialisasi secara langsung tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan yang berbahaya dan menekan resiko penggunaan bahan Styrofoam pada kalangan remaja khususnya siswa SMKN 4 Kendal. Hasil Pengabdian sebelum diadakan sosialisasi semua siswa SMKN 4 Kendal tidak mengetahui bahaya dan solusi penggunaan styrofoam secara tepat sebagai wadah makanan dan setelah pelatihan semua memahami bahaya dan solusi penggunaan styrofoam, sebelum sosialisasi 75% siswa tidak memahami dampak buruk styrofoam terhadap lingkungan hidup dan setelah sosialisasi 100% memahami dampak buruk styrofoam terhadap lingkungan hidup, semua siswa tidak memperhatikan foodgrade dalam kemasan styrofoam sebelum menggunakannya, 44% siswa menjawab menggunakan stryrofoam untuk makanan pada menu berminyak, panas atau asam, sedangkan 56% siswa menjawab tidak menggunakan stryrofoam untuk makanan pada menu berminyak, panas atau asam
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PEMANFAATAN ALAT PENYIRAMAN OTOMATIS KUMBUNG CLOSE HOUSE BAGI PKT. SUBUR JAYA GUNUNGPATI SEMARANG Herny Februariyanti; Jati Sasongko Wibowo; Erwin Nofiyanto; Eddy Nurraharjo
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 4 (2023): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i4.17733

Abstract

ABSTRAKPenyiraman merupakan hal penting dalam budidaya jamur. Penyiraman yang tidak teratur akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi jamur. Sebagian besar petani jamur masih menggunakan cara tradisional dengan melakukan penyiraman pagi dan sore hari. Meskipun demikian beberapa petani sudah menggunakan penyiraman otomatis. Petani yang sudah menggunakan teknologi penyiraman otomatis diantaranya tergabung pada Perkumpulan Kelompok Tani (PKT) Subur Jaya. Perkumpulan ini berdiri sejak tahun 2016 berada di kelurahan Pongangan Gunungpati Semarang, mempunyai anggota sejumlah 50 orang petani dengan 10% merupakan petani budidaya jamur. Tujuan pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang dilakukan diantaranya adalah menerapkan teknologi penyiraman bergerak yang dilengkapi dengan otomatisasi pengkondisi suhu dan kelembapan pada area kumbung jamur. Sedangkan manfaat dari kegiatan PKM yang dilakukan adalah, meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen sehingga meningkatkan pendapatan petani jamur.  Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan PKM adalah kaji tindak partisipatif mulai identifikasi dan analisis permasalahan, menyusun rencana solusi, penyiapan kebutuhan, pembuatan modul, pengadaan fasilitas, pelaksanaan pelatihan dan pendampingan, monitoring dan evaluasi. Kegiatan PKM diawali dengan Forum Group Discusion dan survey ke Mitra pada bulan Juni 2023. Pelatihan dan pendampingan tatakelola kumbung close house dan penggunaan alat penyiraman otomatis dilaksanakan pada bulan September 2023. Hasil dan target capaian kegiatan PKM adalah terpenuhinya kumbung jamur sesuai standar close house, penerapan alat penyiraman otomatis bergerak yang dikendalikan dengan mikrokontroler, petani mampu memerapkan manajemen tatakelola kumbung jamur yang lebih baik. Indikator capaian meningkatnya hasil panen sebasar 25% dan kualitas hasil panen jamur tiram lebih baik dengan kadar air yang rendah. Sedangkan Luaran yang akan dicapai pada kegiatan PKM adalah mitra menjadi berdaya, manajemen tatakelola budidaya jamur, meningkatnya pengetahuan dan keterampilan penggunaan alat penyiraman otomatis menggunakan penyiraman bergerak..Kata kunci: jamur; penyiraman otomatis; close house, suhu dan kelembapan. ABSTRACTWatering is an important aspect of mushroom cultivation. Irregular Watering can reduce the quality and quantity of mushroom production. Most mushroom farmers still use traditional methods of watering in the morning and evening. However, some farmers have already adopted automatic Watering systems. Farmers who have implemented automatic Watering technology include members of the Subur Jaya Farmers' Group (PKT). This association was established in 2016 in the Pongangan village of Gunungpati, Semarang, and has 50 members, with 10% of them being mushroom cultivators. The objectives of implementing the Community Partnership Program (PKM) activities include applying mobile watering technology equipped with temperature and humidity automation in the mushroom cultivation area. The benefits of the PKM activities conducted are increasing the quantity and quality of harvests, thereby increasing the income of mushroom farmers. The implementation method used in the PKM activities includes participatory action research, starting from problem identification and analysis, developing solution plans, preparing requirements, creating modules, procuring facilities, conducting training, providing assistance, monitoring and evaluation, and documenting the results. PKM activities began with a Forum Group Discussion and survey to Partners in June 2023. Training and assistance on the management of closed house barns and the use of automatic watering tools was carried out in September 2023. The result and target achievements of the PKM activities are the fulfilment of mushroom cultivation houses according to close house standards and the implementation of mobile automated watering equipment controlled by a microcontroller, and farmers' ability to apply better mushroom growing management. The indicators of success include a 25% increase in mushroom harvest yields and improved quality with lower moisture content. The expected outcomes for the PKM activity are the partners becoming self-reliant, improved management of mushroom cultivation, and increased knowledge and skills in the use of automated watering equipment with mobile watering. Keywords: mushroom; otomatic watering; close house; temperature and humidity
THE TRAINING IN TEMPERATURE AND HUMIDITY CONDITIONING EQUIPMENT UTILIZATION FOR THE OYSTER MUSHROOM CULTIVATION BUSINESS AT PONGANGAN GUNUNGPATI Mardi Siswo Utomo; Muji Sukur; Eddy Nurraharjo; Erwin Nofiyanto
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 7 No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/abdidos.v7i2.1588

Abstract

Oyster mushroom farming is a business practice for six SMEs in the Pongangan Gunungpati region. The fact that the production tools still in use are basic presents one of the main challenges to oyster mushroom cultivation. The production scale for fresh oyster mushrooms is still quite limited, and it has not been able to satisfy market demand. Additionally, production standards and good crop management have not been adopted. Among MSME members, production management and marketing management are still conducted independently, so that the circulation of fresh mushroom production and marketing is not optimal. Changes in climate and seasons are difficult to foresee and have a propensity to occur, and the popular perception that mushroom cultivation is difficult and can only be done in the highlands contributes to the low level of interest in mushroom farming. The inability of mushroom farmers to condition the mushroom house in accordance with applicable regulations and the absence of technology capable of maintaining stable temperature and humidity in the mushroom house area. Currently, mushroom growers in the Pongangan subdistrict still utilize a rudimentary irrigation mechanism and manually water their crops each morning and evening. The objective of the performed service activities is to use appropriate technology to condition the air’s temperature and humidity to match the natural circumstances of oyster mushrooms.