Antok Wahyu Sektiono
Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

MECHANISM ANTAGONISM of Trichoderma viride AGAINST SEVERAL TYPES of PATHOGENS and PRODUCTION of SECONDARY METABOLITES Anton Muhibuddin; Endah Mulyaningtyas Setiyowati; Antok Wahyu Sektiono
AGROSAINTIFIKA Vol 4 No 1 (2021): November
Publisher : LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.111 KB) | DOI: 10.32764/agrosaintifika.v4i1.2375

Abstract

Biological control agents using antagonistic fungi have the ability to inhibit the development of disease-causing pathogens by various mechanisms such as competition for space and nutrients, antibiosis by producing antibiotics in the form of chemical compounds, and parasitism by entangling pathogenic hyphae. Antibiotic mechanism is a condition in which an organism secretes one or more metabolites that have a negative effect on other organisms. One of the fungi that has the ability as an antibiosis is Trichoderma viride, where this fungus secretes secondary metabolites in the form of a viridiol phytotoxin compound. This study conducted to determine the antagonist mechanism of the fungus T. viride in suppressing the growth of Alternaria solani, Fusarium oxysporum, Rhizoctonia solani, and Sclerotium rolfsii which causes disease in some cultivated plants, as well as what compounds T. viride possesses in suppressing the growth of other pathogens. This research was carried out at the Plant Disease Laboratory, Department of Plant Pest and Disease, Faculty of Agriculture, Brawijaya University from November 2020 to August 2021. The research was conducted using Trichoderma viride as antagonist fungus and Alternaria solani, Fusarium oxysporum, Rhizoctonia solani, and Sclerotium rolfsii as pathogenic fungi. This research consisted of 3 stages, the first stage was rejuvenation and macroscopic and microscopic characterization of pathogenic fungi and antagonist fungi. The second stage is the in vitro antagonist test using the dual culture method using a completely randomized design with 6 replications. The third stage is the phytochemical test of secondary metabolites using 5 test, namely terpenoid and steroid test, the alkaloid test, the flavonoids test, the tannin test, and the saponin test. The results showed that T. viride had an inhibitory ability >50% against four types of pathogens. The mechanism of T. viride antagonist against four treatments, three treatments belonged to the competition mechanism and one treatment belonged to the microparasite mechanism. The content of secondary metabolites of T. viride are steroids and alkaloids.
IDENTIFIKASI MOLEKULER JAMUR ANTAGONIS Trichoderma harzianum DIISOLASI DARI TANAH PERTANIAN DI MALANG, JAWA TIMUR Yohana Avelia Sandy; Syamsuddin Djauhari; Antok Wahyu Sektiono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK T. harzianum merupakan salah satu spesies jamur antagonis yang  banyak ditemukan dan memiliki manfaat yang penting bagi pertanian di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengkonfirmasi isolat T. harzianum yang dikoleksi di beberapa laboraturium dan didapatkan dari beberapa lahan pertanian di Malang, Jawa Timur. Isolat tersebut dianalisis berdasarkan pada sekuen internal transcribed spacer (ITS) di daerah DNA ribosom dengan menggunakan teknik PCR. Dalam penelitian ini identifikasi secara morfologi dan molekuler dengan teknik PCR menggunakan primer universal ITS 1 dan ITS 4 didapatkan hasil yang berbeda. Secara morfologi ketiga isolat yang didapatkan dari Tanah Pertanian Organik Batu, BPTP Ngijo dan Tanah Pertanaman Kakao Blitar merupakan jamur antagonis T. harzianum namun setelah dilakukan penelusuran kesamaan genetik DNA hasil PCR  pada GeneBank ditemukan bahwa ketiga isolat merupakan T. asperellum dengan presentase sampel T1 F adalah 98 %, T1 R adalah 98% , T2 F adalah  95% , T2 R adalah 97% ,dan  T3 F  adalah 98%, T1 R adalah 99% dengan produk PCR 600 bp. Kata Kunci: Trichoderma harzianum, Trichoderma asperellum, Molekuler, PCR
UJI ANTAGONISME ACTINOMYCETES RHIZOSFER DAN ENDOFIT AKAR TANAMAN CABAI (Capsicum frutescens L.) TERHADAP JAMUR Colletotrichum capsici (Syd.) Bult et Bisby Antok Wahyu Sektiono; Siti Nur Kajariyah; Syamsuddin Djauhari Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Actinomycetes yang terdapat di rhizosfer dan endofit akar tanaman cabai serta potensi antagonismenya terhadap jamur C. capsici. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Januari – Mei 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplorasi dan eksperimen. Eksplorasi Actinomycetes rhizosfer dan endofit akar diambil dari lahan tanaman cabai secara sistematis. Eksperimen meliputi uji antagonisme Actinomycetes terhadap jamur C. capsici. Hasil eksplorasi didapatkan 3 isolat Actinomycetes yaitu 2 isolat dari rhizosfer dan 1 isolat dari endofit tanaman. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Actinomycetes yang ditemukan termasuk dalam genus Streptomycetes. Hasil analisis menunjukkan bahwa isolat Actinomycetes memiliki daya hambat yang berbeda-beda terhadap C. capsici. Isolat Actinomycetes Rhizosfer 1 memiliki daya hambat tertinggi yaitu 45,33%, sedangkan Actinomycetes Rhizosfer 2 memiliki daya hambat sebesar 41,99% dan isolat Actinomycetes Endofit memiliki daya hambat sebesar 44,66%.
ISOLASI DAN UJI ANTAGONIS JAMUR FILOPLEN TERHADAP ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp.) PADA TANAMAN ANTHURIUM BUNGA (Anthurium andraeanum) Indah Nur Khulillah; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Antok Wahyu Sektiono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 8 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anthurium bunga (Anthurium andraeanum) disukai konsumen karena keindahan warna, variasi bunga dan daun yang beragam. Toleransi terhadap kerusakan yang ditimbulkan OPT sangat rendah sehingga dapat dikendalikan dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat membunuh mikroorganisme bukan target seperti jamur antagonis. Penelitian ini bertujuan untuk isolasi dan identifikasi jamur filoplen pada daun anthurium serta potensinya sebagai pengendali hayati penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum sp. pada tanaman anthurium. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan dan 5 kali ulangan. Metode yang digunakan adalah kultur ganda. Eksplorasi jamur filoplen pada daun anthurium didapatkan sembilan jenis jamur yaitu Aspergillus sp. isolat 1, Aspergillus sp. isolat 2, Aspergillus sp. isolat 3, Aspergillus sp. isolat 4, Curvularia sp., Fusarium sp., Mucor sp., Rhizoctonia sp., dan Trichoderma sp. Setelah dilakukan uji antagonis antara jamur patogen dengan jamur filoplen didapatkan hasil tertinggi pada jamur Trichoderma sp dengan persentase sebesar 91,83%. Kemudian diikuti oleh Aspergillus sp. isolat 1, Aspergillus sp. isolat 2, Mucor sp., Aspergillus sp. isolat 3, Rhizoctonia sp., Curvularia sp., Fusarium sp., dan Aspergillus sp. isolat 4, dengan daya hambat berturut-turut sebesar 72,21%; 67,27%; 41,12%; 38,89%; 38,65%; 18,06%; 13,54%; dan 8,80%. Hasil mekanisme antagonisme antara jamur Colletotrichum sp. dengan keempat isolat Aspergillus sp., Mucor sp., dan Rhizoctonia sp. adalah kompetisi, pada Curvularia sp. dan Fusarium sp. adalah antibiosis, serta pada Trichoderma sp. adalah kompetisi dan parasitisme.
IDENTIFIKASI PENYAKIT HAWAR DAUN PADA DRASENA (Dracaena sp.). SERTA UJI PENGHAMBATANNYA MENGGUNAKAN JAMUR ANTAGONIS SECARA IN VITRO Novalia Indaryaningsih; Antok Wahyu Sektiono; Ika Rochdjatun Sastrahidayat
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 9 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2021.009.2.5

Abstract

Hawar daun adalah salah satu penyakit yang ditemukan menyerang tanaman drasena. Alternatif pengendalian penyakit yang ramah lingkungan ini adalah memanfaatkan mikroba antagonis terhadap jamur patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur patogen penyebab hawar daun pada tanaman drasena (Dracaena sp.) dan mengetahui perbedaan daya hambat jamur antagonis yang terdiri atas Gliocladium sp., Aspergillus sp., dan Fusarium sp. terhadap jamur patogen. Percobaan dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan tiga kali ulangan. Pengujian dilakukan dengan cara menumbuhkan potongan biakan murni jamur patogen dan jamur antagonis pada cawan Petri berdiameter 9 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur penyebab penyakit hawar daun yang menyerang tanaman hias drasena (Dracaena sp.) adalah  jamur Gloeosporium sp. Di saat yang sama,  hasil uji antagonis menunjukkan bahwa jamur, Gliocladium sp., Aspergillus sp., dan Fusarium sp. dapat menghambat pertumbuhan jamur Gloeosporium sp. Gliocladium sp. memiliki daya hambat tertinggi yaitu sebesar 64,33%.
UJI DAYA TUMBUH DAN UJI VIRULENSI ISOLAT PATOGEN Fusarium moniliforme PENYEBAB PENYAKIT POKAHBUNG PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum) SECARA IN VITRO DAN IN VIVO Nia Devita Mevianti; Antok Wahyu Sektiono; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 9 No. 3 (2021)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2021.009.3.4

Abstract

Pokahbung merupakan salah satu penyakit penting yang banyak ditemukan di pertanaman tebu dan disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya tumbuh F. moniliforme di 6 media yang berbeda dan mengetahui media yang sesuai bagi pertumbuhan jamur F. moniliforme serta mengkaji pengaruh perbedaan media pertumbuhan jamur yang digunakan terhadap tingkat virulensi F. moniliforme pada tanaman tebu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kaca (Greenhouse), Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Metode penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan eksperimen. Eksperimen dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan media yang berbeda dan 4 kali ulangan secara In vitro dan In vivo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari parameter pengamatan diameter koloni, kerapatan konidia, dan viabilitas konidia menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sehingga kentang, umbi ganyong, dan ubi kayu dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur F. moniliforme dan penggunaan media kentang dan dextrose serta media kentang dan sukrosa dinilai dapat menjadi media yang paling efektif untuk pertumbuhan jamur F. moniliforme. Perkembangan intensitas serangan penyakit yang ditimbulkan dari keenam media yang berbeda memiliki tingkat virulensi yang sama.
PENGARUH MIKORIZA TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusarium oxysporum) PADA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) DALAM MEDIA PASIR KUARSA MENGANDUNG KOMPOS AMB-P0K Dony Firman Fajariza; Anton Muhibuddin; Antok Wahyu Sektiono
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol. 7 No. 1 (2020)
Publisher : Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.497 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.5

Abstract

Sand is one of the planting media, but the use of sand as a planting medium is still rare due to the low nutrient content. Quartz sand needs the addition of compost to support plant growth. Mycorrhiza can also be added to the growing media. Mycorrhiza is a soil fungus that can symbiosis with the host plant's roots and has a broad influence on pathogenic microorganisms. Mycorrhiza can also increase secondary metabolites in plants.  The compound which is the initial signal for plants to form secondary metabolites is salicylic acid. This research aimed to investigate effect mycorrhiza increase plant growth, the content of salicylic acid and reduce the attack of F. oxysporum fungi that cause Fusarium wilt in tobacco plants. This experiment used a completely randomized design with mycorrhiza dose treatment consisting of 6 treatments that are Control (Soil), M0 (AMB-P0K + 0 g polybag-1) M1 (AMB-P0K + 10 g polybag-1), M2 (AMB-P0K + 20 g polybag-1), M3 (AMB-P0K + 30 g polybag-1), M4 (AMB-P0K + 40 g polybag-1) with each treatment consisting of 5 replications. The results showed that AMB-P0K + mycorrhiza was significant at plant height, number of leaves, leaf area, disease index, pathogen incubation and SA contain.
Potential of Endophytic Fungi as Plant Growth-Promoting Fungi (PGPF) Against Growth of Single Bud Set Seedlings on Sugarcane Plants (Saccharum officinarum L) Antok Wahyu Sektiono; Novency Habtuti; Yohana Avelia Sandy; Yogo Setiawan
PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpt.2023.008.1.8

Abstract

Increase of sugarcane productivity must be followed by improvements to a more environmentally sound cultivation system. One of them is the use of endophytes. Endophytic fungi are indeed included in the group of growth-promoting fungi or Plant Growth Promoting Fungi / PGPF and are known to secrete growth hormones such as Indole Acetic Acid (IAA), gibberellin so that they can spur growth. This study aims to determine the type of endophytic fungus that can potentially be PGPF in sugarcane breeding. The research uses sampling methods, exploration, and application of PGPF in sugarcane plants. The results of the identification of endophytic exploration fungi of sugarcane plants obtained five colonies consisting of 4 genera and four species from Trichoderma sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., and Fusarium sp. From the results of the potency test, the results were obtained that the soaking of bud set seeds with isolates of the fungus Trichoderma sp., Penicillium sp. Noticeable effect on plant height, stem diameter, and the number of leaves.
UJI NILAI PROPAGUL JAMUR ARBUSKULA MIKORIZA INDIGENOUS TANAH HUTAN CANGAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN C-ORGANIK, P TOTAL DAN P TERSEDIA TANAH: PROPAGULE VALUE TEST OF INDIGENOUS ARBUSCULAR MYCORRHIZAL FUNGUS IN CANGAR FOREST AND ITS RELATIONSHIP WITH C-ORGANIC, TOTAL P, AND SOIL AVAILABLE P Syamsul Huda Harisul Muslimin; Muhammad Akhid Syib’li; Antok Wahyu Sektiono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 11 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2023.011.1.5

Abstract

Hutan Cangar termasuk salah satu hutan yang ada di Indonesia yang memiliki banyak makro serta mikroorganisme yang hidup di dalamnya, salah satunya yaitu mikoriza. Mikoriza termasuk golongan jamur yang mampu berasosiasi dengan perakaran tanaman yang ada di hutan. Salah satu jenis mikoriza yaitu Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM). Dalam menginfeksi tanaman, VAM menggunakan propagul yang terdiri dari spora mikoriza itu sendiri, tanah yang terinfestasi dan akar yang terinfeksi oleh mikoriza. VAM berperan dalam siklus karbon karena mampu mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup serta mempengaruhi ketersediaan unsur P di tanah karena membantu tanaman menyerap unsur P dari tanah. Penelitian yang dilakukan meliputi pengambilan sampel tanah, penanaman tanaman kenikir, pewarnaan akar dan perhitungan nilai MPN. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai propagul jamur arbuskula mikoriza sebesar 12.961,897 propagul per gram dan berpengaruh terhadap kandungan C-Organik yang tinggi, P total sedang dan P tersedia tinggi. Tingginya nilai C-Organik ini dapat dipengaruhi karena mikoriza mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup dan sebagian karbonnya dialirkan ke tanah untuk membantu mikroba dalam mendekomposisi bahan organik yang mana akan menghasilkan karbon di tanah. Sedangkan tingginya kandungan P tersedia dapat disebabkan karena mikoriza mampu merubah kandungan P dari kondisi tidak tersedia menjadi tersedia dengan bantuan enzim fosfatase.
UJI NILAI PROPAGUL JAMUR ARBUSKULA MIKORIZA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN C-ORGANIK, P TOTAL, DAN P TERSEDIA YANG DIPEROLEH DARI HUTAN KOTA MALABAR MALANG: PROPAGULE VALUE TEST OF ARBUSCULA MYCHORRHIZAE FUNGI AND THE CORELATION WITH AVAILABILITY OF C-ORGANIC, TOTAL PHOSPORUS AND PLANT-AVAILABLE PHOSPORUS FROM MALABAR CITY FOREST MALANG Indah Mutmainah Kirana; Muhammad Akhid Syibli; Antok Wahyu Sektiono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 11 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2023.011.2.3

Abstract

Mikoriza merupakan jamur tanah yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Untuk mengetahui kuantitas mikoriza, satuan yang digunakan adalah spora. Namun, satuan tersebut kurang efektif sehingga merujuk pada satuan yang baru yaitu propagul. Jamur mikoriza berperan dalam penyerapan karbon dan pengubahan P total menjadi P tersedia yang dapat diserap tanaman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai propagul jamur arbuskula mikoriza yang diperoleh dari Hutan Kota Malabar Malang serta sebagai dasar pengambilan sampel jamur mikoriza. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Rumah Kawat Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Laboratorium Pusat Penelitian Sukosari, dan Laboratorium UMM pada bulan Agustus-November 2022. Variabel yang diamati meliputi nilai most probable number (MPN), nilai C-organik, P total, dan P tersedia. Data MPN dan data kimia tanah dianalisis secara deskriptif. Nilai propagul pada Hutan Kota Malabar Malang sebesar 34,343 propagul/gram dengan ditemukan infeksi struktur jamur mikoriza berupa hifa. Jamur mikoriza pada Hutan Kota Malabar Malang hidup pada kondisi tanah dengan kandungan C-organik sedang, P total rendah, dan P tersedia sedang.