I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PROFIL PENDERITA OSTEOARTRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2014 – DESEMBER 2016 I Putu Gede Cahya Giartha Putra; , I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna; I Wayan Niryana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 10 (2019): Vol 8 No 10 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.54 KB)

Abstract

ABSTRAK Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang sistemik, kronis, dan berkaitan dengan kerusakan tulang rawan pada sendi serta terjadi penyempitan pada celah sendi. Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan terjadinya osteoartritis terutama yang menyerang sendi lutut, panggul, dan tulang belakang. Angka kejadian osteoartritis di Indonesia masih cukup tinggi, terutama angka kejadian di Bali yang memiliki angka kejadian tertinggi terjadinya osteoartritis. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil penderita osteoartritis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Periode Januari 2014 – Desember 2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif cross-sectional yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar. Data yang diperoleh berupa data sekunder rekam medis pasien periode Januari 2014 – Desember 2016. Data dianalisis dengan menggunakan program Excel dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 pasien, jenis osteoartritis terbanyak yaitu osteoartritis lutut sejumlah 66 orang (73,3%). Rerata usia 59,81 ± 12,01 tahun dengan proporsi terbanyak pada manula yaitu sejumlah 46 orang (51,1%). Jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan sejumlah 53 orang (58.9%). IMT terbanyak dengan rentang normal sebanyak 43 orang (47,8%). Penderita terbanyak yang memiliki riwayat trauma dengan jumlah 68 orang (75,6%). Penderita terbanyak yang tidak memiliki riwayat merokok dengan jumlah 74 orang (82,2%). Dapat disimpulkan dari variabel yang diteliti, faktor risiko tertinggi pada penelitian ini yaitu riwayat trauma. Kata kunci: Profil Penderita, Osteoartritis, Lutut, Panggul, Tulang Belakang. ABSTRACT Osteoarthritis (OA) is a degenerative disease of the joint that is systemic, chronic, and associated with cartilage damage to the joints and narrowing of the joints. Various risk factors can increase the occurrence of osteoarthritis especially that involved the knee, hip and spine joints. The incidence of osteoarthritis in Indonesia is still quite high, especially the incidence rate in Bali which has the highest incidence of osteoarthritis. The purpose of this study is determine the profile of osteoarthritis patients at RSUP Sanglah Denpasar on period January 2014 until December 2016. This research is a descriptive crosssectional study conducted at RSUP Sanglah Denpasar. Data obtained in the form of secondary data patient record period January 2014 – December 2016. Data were analyzed using Excel and SPSS programs. The results showed that from 90 patients, the most common type of osteoarthritis is knee/genu osteoarthritis with total 66 persons (73.3%), the average age was 59.81 ± 12.01 years with the highest proportion of elderly is 66 people (41.1%). The most frequent gender is women (58.9%). The most dominant BMI is normal BMI (47.8%). The most frequent is having history of trauma (75.6%). The most frequent is not having history of smoking (82.2%). The conclusions of the variables studied, the highest risk factor in this study is the history of trauma. Keywords: Profile of Patient, Osteoarthritis, Knee, Hip, Spine.
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN FRAKTUR METAKARPAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2018 - JUNI 2019 Karima Duhita; A.A. Gde Yuda Asmara; I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 3 (2021): Vol 10 No 03(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i3.P17

Abstract

ABSTRAK Fraktur metakarpal adalah fraktur yang terjadi pada tulang metakarpal yang berada di bagian tangan seorang individu. Dampak yang dapat dihasilkan dari penatalaksanaan yang tidak tepat berupa malunion, infeksi, sampai tidak bisanya bergerak. Sudah banyak penelitian yang ditemukan mengenai fraktur metakarpal di luar Indonesia, namun penelitian distribusi fraktur metakarpal di Indonesia, khususnya di Bali masih sangat jarang dilakukan. Penelitian ini merupaan penelitian deskriptif retrospektif potong lintang (cross-sectional) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien fraktur metakarpal di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar tahun 2018- 2019. Pengumpulan data menggunakan teknik total sampling dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik. Hasil penelitian diperoleh 19 sampel pasien fraktur metakarpal dengan distribusi terbanyak ditemukan pada laki –laki (73,7%) serta pada rentang usia 17-25 tahun (42,1%). Tangan yang paling sering mengalami fraktur metakarpal pada penelitian ini adalah tangan kiri (52,6%). Fraktur metakarpal yang sering terjadi berupa fraktur tertutup (68,4%) dengan jenis fraktur yang paling sering ditemukan adalah fraktur multipel (26,3%) dan fraktur leher metakarpal kelima (21,1%). Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan adalah penatalaksanaan operatif (73,7%) ketimbang konservatif. Melihat hasil dari studi ini, terlihat bahwa banyak kesamaan dengan hasil dari studi-studi yang pernah dilaksanakan sebelumnya. Kata kunci : Fraktur Metakarpal, Deskriptif, RSUP Sanglah
GAMBARAN KARAKTERISTIK FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2019 – JUNI 2019 Made Ramanda Bramasta Pramana; Made Bramantya Karna; I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 12 (2021): Vol 10 No 12(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i12.P14

Abstract

Fraktur ekstermitas merupakan fraktur yang terjadi pada clavicula, scapula, humerus, radius, ulna, carpal, metacarpal, phalanx. Fraktur ini umumnya terjadi pada laki-laki usia produktif, namun bisa juga pada wanita. Namun, data mengenai fraktur ekstremitas atas di Indonesia khususnya di Denpasar masih sulit ditemukan. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik fraktur ekstremitas atas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis dengan teknik penentuan sampel total sampling. Data yang didapat sesuai kriteria inklusi dan eksklusi adalah 186 pasien dengan 246 lokasi fraktur yang kemudian dianalisis dengan SPSS versi 26. Penelitian ini menunjukkan 67% pasien adalah laki-laki. Mayoritas pasien berusia 26-35 tahun (16,6%). Jenis fraktur terbanyak adalah fraktur tertutup (84,1%). Sebagian besar pasien ditatalaksanai secara non-operatif (50,4%). Mekanisme terjadinya fraktur terbanyak adalah high energy injury (83,7%). Lokasi tersering terjadinya fraktur adalah pada radius sebanyak 66 kasus (26,8%). Sebagian besar karakteristik pasien fraktur ekstremitas atas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Sanglah adalah laki-laki, usia 26-35 tahun, jenis fraktur tertutup, penatalaksanaan non-operatif, mekanisme terjadinya fraktur high energy injury, dan lokasi fraktur tersering pada radius.
EVALUASI STATUS STRUKTURAL, STATUS FUNGSIONAL, DAN KOMPLIKASI PASCA INTERVENSI FRAKTUR ANKLE BIMALLEOLAR: A SYSTEMATIC REVIEW Made Ratna Savitri Indraswari; I Wayan Subawa; I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna; I Wayan Suryanto Dusak
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 4 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.V11.i4.P05

Abstract

Fraktur ankle bimalleolar merupakan jenis fraktur yang menyebabkan ketidakstabilan pada struktur anatomis sendi ankleatau sendi talokrural. Fraktur ini berpotensi menimbulkan gejala sisa pada pasien sehingga diperlukan manajemen intervensi adekuat untuk mengembalikan kondisi struktur maupun fungsi optimal. Systematic review ini bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi status struktural, status fungsional, dan komplikasi pasca intervensi fraktur ankle bimalleolar. Protokol PRISMA digunakan untuk menentukan langkah sistematis dan kriteria eligibility (kelayakan) sebagai pedoman menyeleksi artikelpenelitian. Rentangan tahun publikasi artikel penelitian adalah 2015-2020. Penilaian kualitas dan risiko bias dilakukan dengan kriteria OCEBM dan Cochrane. Sejumlah 7 artikel penelitian dari 249 artikel yang berpotensi diinklusi. Total subjek 496 (14-91 tahun) melaporkan hasil evaluasi intervensi operatif dan 1 studi melakukan perbandingan konservatif. Sebanyak 99,6% (n=494) subjek mencapai union, sedangkan non-union ditemukan pada 2 subjek dengan tindakan konservatif. Instabilitas struktural ditemukan pada 6 subjek dengan medial clear space > 4mm. Status fungsional dengan AOFAS, OMA, dan Biard and Jackson didapatkan 98,9% pada rentang sedang-baik, 5 subjek melaporkan skor buruk, dan tidak ada subjek melaporkan restriksi fungsional. Untuk komplikasi, kondisi yang ditemukan paling umum yaitu nyeri sedang 43,1%, osteoarhtitis ankle grade 1, serta infeksi superfisial dan dalam yang sembuh dengan intervensi antibiotik. Capaian status struktural union sangat tinggi (99,6%), namun 2 subjek mengalami non-union pada kelompok intervensi konservatif. Status fungsional pasien tercapai pada kategori sedang-sangat baik (98,9%) dan tanpa adanya restriksi fungsional meskipun terdapat 5 subjek dengan skor buruk. Komplikasi yang muncul pada pasien umumnya adalah nyeri sedang (43,1%), osteoarthritis ankle grade 1, serta infeksi superfisial dan dalam. Kata kunci : evaluasi pasca intervensi, fraktur ankle bimalleolar
PERBEDAAN SKOR KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN PATAH TULANG PERGELANGAN KAKI YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN DAN TANPA PEMBEDAHAN DENGAN INSTRUMEN FOOT AND ANKLE ABILITY MEASURE (FAAM) DI RSUP SANGLAH TAHUN 2014-2016 Ni Putu Sri Wulandari; IGL Ngr Agung Artha Wiguna; I Wayan Niryana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 12 (2018): Vol 7 No 12 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.101 KB)

Abstract

Patah tulang pergelangan kaki adalah salah satu patah tulang yang paling sering ditemui di UGD. Penanganan patah tulang pergelangan kaki masih kontroversi. Terdapat instrumen yang dapat digunakan untuk menilai fungsi fisik terkait gangguan pada pergelangan kaki. Peneliti ingin mengetahui perbedaan skor keberhasilan terapi pada pasien patah tulang pergelangan kaki yang dilakukan pembedahan dan tanpa pembedahaan dengan instrumen FAAM di RSUP Sanglah dari tahun 2014-2016. Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional, diperoleh total 60 sampel yang dibagi dalam kelompok pembedahan (30 pasien) dan tanpa pembedahan (30 pasien). Data diambil secara sekunder dengan melihat rekam medis pasien dan juga diambil secara primer dengan melakukan wawancara kuesioner. Data dianalisis menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan pasien pada kelompok pembedahan dan tanpa pembedahan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 53,3% dan 70,0%, status pendidikan SMA (66,7%), status pekerjaan pegawai dengan persentase 53,3% dan 46,7%, dan jenis patah tulang SER dengan persentase 46,7% dan 56,7%. Kelompok pembedahan rerata berusia 39,10 tahun dan lama patah tulang 1,20 tahun yang lalu. Kelompok tanpa pembedahan rata-rata berusia 35,43 tahun dan lama patah tulang 1,11 tahun yang lalu. Uji normalitas Saphiro-Wilk skor ADL dan skor sports berdistribusi normal dengan nilai p = >0,05. Uji independent sample t-test menunjukkan perbedaan rerata skor ADL dan skor sports yang signifikan pada kelompok pembedahan dan tanpa pembedahan dengan nilai p=0,000 dan 0,028. Terdapat perbedaan skor keberhasilan terapi pada kelompok pembedahan dan tanpa pembedahan dengan nilai p yang signifikan secara statistik. Kata kunci : fraktur ankle, ORIF, gips, skor FAAM
Gambaran evaluasi tingkat nyeri pasien pasca operasi radang usus buntu dengan bedah terbuka dan laparoskopi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar tahun 2016 Dewa Ayu Wahyu Diantari; IGL Ngr Agung Artha Wiguna; I Wayan Niryana
Intisari Sains Medis Vol. 9 No. 2 (2018): (Available online: 1 August 2018)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.109 KB) | DOI: 10.15562/ism.v9i2.158

Abstract

Radang pada usus buntu merupakan peradangan dari apendiks vermiformis. Pasien pasca operasi radang usus buntu yang ditangani dengan bedah terbuka atau laparoskopi akan merasakan suatu sensasi nyeri dari tindakan pembedahan yang dilakukan. Tujuan: Mengetahui gambaran evaluasi tingkat nyeri secara umum dan berdasarkan karakteristik data sampel. Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospektif observasional. Sampel ialah pasien pasca operasi radang usus buntu dengan bedah terbuka dan laparoskopi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dari tahun 2016 dari hari pertama hingga hari ketiga pasca operasi. Pengambilan data menggunakan data sekunder, meliputi: skor VAS (visual analog scale) yang telah tertera pada rekam medis pasien. Tingkat nyeri dilihat dari hari pertama hingga hari ketiga pasien pasca operasi radang usus buntu dengan bedah terbuka dan laparoskopi. Hasil: Terdapat sebanyak 44 orang pasien bedah terbuka memberikan gambaran tingkat nyeri yang terdata pada hari pertama 75% nyeri ringan dan 25% nyeri sedang, hari kedua 2,3% tanpa nyeri, 86,4% nyeri sedang, dan 11,4 nyeri berat, serta pada hari ketiga 9,1% tanpa nyeri, 88,6 nyeri ringan, 2,3% nyeri sedang. Terdapat pula 6 orang pasien dengan laparoskopi yang terdata pada hari pertama 50% tanpa nyeri dan  50% nyeri ringan, pada hari kedua 66,7% tanpa nyeri dan 33,3% nyeri ringan, serta pada hari ketiga 83,3% tanpa nyeri dan 16,7% nyeri ringan. Simpulan: Gambaran evaluasi tingkat nyeri pasien pasca operasi radang usus buntu dengan bedah terbuka adalah nyeri ringan, sedangkan untuk laparoskopi adalah tanpa nyeri. 
Perbandingan outcome penanganan pembedahan dan tanpa pembedahan pada fraktur radius distal di RSUP Sanglah periode April 2016-Agustus 2017 Putu Prabhawati DwiKrisna; I Wayan Subawa; IGL Ngurah Agung Artha Wiguna
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 3 (2020): (Available online: 1 December 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.75 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i3.220

Abstract

Background: Fracture of the distal radius is one of the most common fractures of the wrist. The incidence of fracture of the distal radius increases in each year. Management on the fracture of the distal radius can be grouped into two ie surgery and without surgery.Aim: This study aims to determine the comparison of successful treatment between fracture of distal radius surgically and without surgery.Method: This research used descriptive cross-sectional approach which is conducted at Sanglah General Hospital (RSUP) Denpasar. Data obtained was secondary data in the form of patient's medical record from April 2016 - August 2017 as well as primary data from patient interview. Data were analyzed using SPSS program.Result: This study indicated that the most involved gender was men classified as adult (25-59 years). The incidence of most fracture of distal radius was caused by traffic accidents. It also obtained that there were no different outcomes between surgical and non-surgical therapy in patients with fracture of distal radius.Conclusion: The comparison of surgical and non-surgical outcome at distal radius do not show significant differences statistically. Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Angka kejadian fraktur radius distal meningkat di setiap tahunnya. Penatalaksanaan pada fraktur radius distal dapat dikelompokan menjadi dua yaitu pembedahan dan tanpa pembedahan.Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan keberhasilan terapi penanganan fraktur radius distal dengan pembedahan dan tanpa pembedahan.Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Data yang diperoleh berupa data sekunder rekam medis pasien periode April 2016 – Agustus 2017 dan data primer dari wawancara pasien. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS.Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak yaitu pada laki-laki tergolong dewasa (25-59 tahun). Insiden fraktur radius distal terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalulintas. Penelitian ini juga mendapatkan hasil tidak terdapat perbedaan hasil outcome terapi pembedahan dan tanpa pembedahan pada pasien fraktur radius distal.Kesimpulan: Perbandingan outcome penanganan pembedahan dan tanpa pembedahan pada fraktur radius distal tidak menunjukan perbedaan yang signifikan secara statistic.
Profil kepadatan tulang wanita menopause di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2017 Ellintang Charisma Dewi; IGL Ngr Agung Artha Wiguna; I Wayan Niryana
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.015 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.233

Abstract

Background: Bone is a living tissue in the body that will continue to grow. A decrease in bone mass is identified from bone density and changes in bone structure. In addition to the growth process, bone is also regenerated. The process is affected by hormones. However, in menopause, resorption exceeds formation resulting in loss of bone mass and the risk of osteoporosis. Quoted from WHO, there are about 200 million people suffering from osteoporosis worldwide. Osteoporosis prevalence in Indonesia in 2004 reached 19.7%.Aim: The general purpose of this study was to determine profile of bone density in menopause women at General Hospital Sanglah Denpasar in 2017.Methods: This study used a prospective observational design with an interview approach. The research was conducted in Obgyn Polyclinic General Hospital Sanglah in August 2017. Instrument used in the form of Sonost 3000-Quantitative Ultrasound BMD, performed on the bone of calcaneus. Statistical analysis was done using SPSS.Results: The results of 100 samples of menopausal women showed that the average age of the sample was 52.2 years old, the average of last menstrual period was 7 years, most were Balinese ethnic (84%), most had last education status in the form of college (34%), most were not working (42%), and most had history of cervical cancer (49%).Conclusion: The average T-score was -1.7 with the highest proportion of osteopenia, followed by normal bone density and osteoporosis. Menopausal women with osteopenia has the most of normal BMI (37%), while the percentage of menopausal women with osteoporosis is 13%.  Latar belakang: Tulang merupakan jaringan hidup dalam tubuh yang terus menerus akan mengalami pertumbuhan. Penurunan massa tulang diidentifikasikan dari kepadatan tulang dan perubahan struktur tulang. Selain proses pertumbuhan, tulang juga mengalami regenerasi. Proses tersebut dilakukan oleh hormon. Namun pada menopause, resorpsi melebihi pembentukan yang mengakibatkan hilangnya massa tulang dan risiko terjadinya osteoporosis. Dikutip dari WHO, ada sekitar 200 juta orang yang menderita osteoporosis di seluruh dunia. Prevalensi osteoporosis di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 19,7%.Tujuan: Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kepadatan tulang wanita menopause di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2017.Metode: Desain penelitian ini menggunakan rancangan observasional prospektif dengan pendekatan wawancara. Penelitian dilakukan di Poliklinik Obgyn RSUP Sanglah pada bulan Agustus 2017. Instrumen yang digunakan berupa BMD Sonost 3000-Quantitative Ultrasound, yang dilakukan pada tulang calcaneus. Analisa data secara statistik menggunakan SPSS.Hasil: Hasil penelitian dari 100 orang sampel menunjukkan bahwa rata-rata usia sampel wanita menopause yaitu 52,2 tahun, dengan rata-rata riwayat menstruasi terakhir 7 tahun, memiliki suku Bali 84%, dengan status pendidikan terakhir berupa perguruan tinggi sebanyak 34%, tidak bekerja sebanyak 42%, dan memiliki riwayat penyakit terbanyak berupa kanker serviks yaitu 49%.Kesimpulan: Dari hasil T-score, didapatkan rata-rata T-score yaitu -1.7 dengan proporsi terbanyak adalah wanita dengan osteopenia, diikuti dengan kepadatan tulang normal dan osteoporosis. Wanita menopause dengan osteopenia memiliki IMT normal terbanyak (37%), dan wanita menopause dengan osteoporosis memiliki IMT normal sebanyak 13%.
Laminoplasty provides better functional outcomes than laminectomy in the management of cervical stenosis myelopathy: a systematic review Putu Kermawan; I Ketut Siki Kawiyana; I Gusti Ngurah Wien Aryana; I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna; I Gede Eka Wiratnaya; I Ketut Suyasa
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 1 (2021): (Available online : 1 April 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.207 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i1.896

Abstract

Background: Increasing the life expectancy of an individual will be accompanied by the emergence of various degenerative diseases such as cervical stenosis myelopathy (CSM). CSM is characterized by the presence of signs and symptoms of spinal cord compression associated with narrowing the spinal canal dimensions. Decompression can be achieved by conventional methods such as laminectomy or a lamina reshaping procedure known as a laminoplasty. This study reports recent evidence regarding laminectomy and laminoplasty procedures in managing CSM in terms of functional outcomes.Methods: A systematic search was conducted on the PUBMED database to identify and find studies comparing laminoplasty and laminectomy procedures. Inclusion criteria included patients older than 65 years diagnosed with cervical myelopathy, including CSM and/or ossified posterior longitudinal ligament (OPLL). Randomized controlled studies and prospective and retrospective cohorts were included in this study, while case series and case reports were excluded. The comparison of effectiveness is based on the results of measuring functional outcomes using the Japanese Orthopedic Association (JOA) score, neck disability index (NDI), and the visual analogue scale (VAS) for pain assessment.Results: A thorough search through the PUBMED database yielded 156 citations. Scanning titles and abstracts from studies that met the inclusion and exclusion criteria resulted in 14 articles. All articles have a retrospective cohort design. In total, there were 187 patients in the laminoplasty group and 161 patients in the laminectomy group. There was no significant difference between laminoplasty and laminectomy when viewed from the JOA score in weighted mean difference (WMD) (WMD 0.28; 95% Confidence Interval [CI]:-0.34-0.91) and VAS score (WMD 0.06; 95% CI: -1.13-1.02). However, laminoplasty was shown to have a better NDI score (WMD 3.32; 95% CI: -6.50-0.14).Conclusion: Laminoplasty is superior to laminectomy for managing cervical myelopathic stenosis in terms of NDI score.