Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemahaman Terhadap Maritime Security, Maritime Safety dan Maritime Defense serta Perbedaanya dalam Konsep Keamanan Nasional Arga Yudhistira; Widodo; Panji Suwarno; Tomi Aris; Salsabila Cherish Okcavia
Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Akademi Maritim Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.94 KB)

Abstract

Keamanan nasional menunjuk pada kebijakan publik untuk memastikan keselamatan dan keamanan negara melintasi penggunaan kuasa ekonomi dan militer dan penjalanan diplomasi, adun dalam damai dan perang. Dalam mewujudkan kemanana nasional, sebuah negara harus mempunyai keamanan ekonomi, energi, lingkungan, dan lain-lain. Ancaman keamanan tidak hanya datang dari musuh tradisional seperti negara lain, melainkan juga datang dari orang atau organisasi di luar sistem diplomatic. Setiap negara kepulauan dalam mewujudkan Keamanan Nasional, harus menyadari, memahami dan mewujudkan adanya tiga fungsi utama maritim yaitu, safety (keselamatan), security (keamanan) and defence (pertahanan). Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan peneliti sebagai instrumen utama penelitian dan desain pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-eksplanatif. Istilah Maritime Security tidak memiliki definisi yang tunggal dengn cakupan yang luas yang mencakup banyak sektor kebijakan. Setiap negara memiliki wewenang untuk bertindak atas nama negara yang berdaulat untuk melindungi negaranya sendiri dari faktor ancaman. Sama halnya dengan pendefinisian mengenai Maritime Defense masih abu-abu, sehingga tidak ada definisi tunggal tentang Pertahanan Maritim. adapun Maritime Safety adalah istilah luas yang mencakup segala hal mulai dari konstruksi kapal hingga pemeliharaan hingga seberapa profesional awaknya. Dalam konsep Keamanan Nasional ketiganya merupakan hal yang berbeda namun memiliki persamaan yakni, bahaya yang ditimbulkan dari ancaman ketiganya dinilai sama jika tidak dilaporkan, diabaikan, atau tidak ditangani
Pembela Tanah Air (PETA): Bela Negara Sebagai Implementasi Nasionalisme Dalam Kemerdekaan Indonesia Salsabila Cherish Okcavia; Rudiyanto Rudiyanto; Panji Suwarno; Pujo Widodo; Herlina Juni Risma Saragih
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 1 (2022): 1 Januari - 30 Juni 2022 (In Press)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.525 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i1.2555

Abstract

AbstrakKemerdekaan Indonesia dapat tercapai atas kontribusi dari segala pihak, salah satunya adalah Pembela Tanah Air (PETA). Merupakan organisasi berbasis militer yang berperan penting dalam mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. Pembentukan organisasi ini didasari pada saat Belanda yang menyerahkan Indonesia kepada Jepang di tahun 1942. Jepang datang dengan harapan baru, sebagai ‘kawan lama’ bagi Jepang dijadikan alasan mereka membentuk banyak organisasi baru. Salah satunya, PETA yang sebenarnya memiliki tujuan untuk mendukung kepentingan nasional milik Jepang. Bagi Jepang ini sebagai kepentingan nasional mereka mempertahankan wilayahnya dari serangan sekutu. Tetapi, bagi bangsa Indonesia melihat pembentukan ini sebagai babak baru menuju Indonesia Merdeka. Untuk menulis pembahasan ini secara sistematis dan terstruktur digunakan metode penelitian untuk mengurai suatu fenomena menggunakan perspektif akademisi. Metode yang digunakan untuk pembahasan kali ini adalah metode historis dengan metode deskriptif. Pembela Sukarela Tanah Air (PETA) terbentuk atas dasar nasionalisme yang tak bertentangan dengan nilai-nilai Agama Islam. PETA terbentuk atas dasar anjuran dari tokoh-tokoh agama yang dirangkul oleh Jepang saat itu. Terbentuknya PETA, merupakan bentuk Bela Negara yang dilakukan masyarakat Indonesia saat itu. Bagaimana mereka berusaha melawan penjajah menggunakan kemampuan fisik dan mentalnya sebagai militan. Berdasarkan nasionalisme dan Bela Negara untuk memperjuangkan Indonesia sebagai negara yang merdeka, makmur, berdaulat dan sejahtera.Kata Kunci: Bela Negara, Jepang, Kemerdekaan Indonesia, Nasionalisme, PETA. AbstractIndonesia's political independence can be realistically achieved with local contributions from all parties, one of which correctly is the Pembela Tanah Air (PETA). Frequent a military-based establishment that carry out an significant role in achieving the independence of the Indonesian nation. The formation of this organization was based on the Dutch handing over Indonesia to this country in 1942. The Japanese approached with new hopes, as an old friend for this country was the reason they formed many new organizations. One of them, PETA, which essentially establishes a goal to support Japan's national interests. For Japan, it by forcing was in their national interest to properly defend their dependent territory from Allied attacks. However, the Indonesian people observe this formation as a recent chapter towards an independent Indonesia. To write discussion in a systematic and structured way, research methods are utilized to adequately describe a historical phenomenon properly using an academic perspective. The method utilized for this discussion represents the historical approach with the descriptive method. The Voluntary Defenders of the Homeland (PETA) were organized on the basis of nationalism that did not conflict with Islamic religious values. PETA was formed on the excellent advice of religious figures who were tenderly embraced by Japan at that considerable time. The formation of PETA obtains a form of State Defense carried out by the Indonesian people at that time. How they tried to resist the invaders managing their physical and mental abilities as militants. Ideologically based on political nationalism and State Defense to fight professionally for Indonesia as an independent, prosperous, sovereign and prosperous country.Keywords: Indonesian Independence, Japan, National Defense, Nationalism, PETA.
Indonesia's Blue Economy Potential: Salt Pond in Nagekeo, East Nusa Tenggara Salsabila Cherish Okcavia; Rudiyanto Rudiyanto; Panji Suwarno; Pujo Widodo; Herlina Juni Risma Saragih
QISTINA: Jurnal Multidisiplin Indonesia Vol 1, No 2 (2022): December 2022
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.209 KB) | DOI: 10.57235/qistina.v1i2.193

Abstract

Allegedly, based on the diversity of the maritime by Indonesia, our country has a very potential wealth of marine resources. These resources can be utilized for its used as blue econommy approach. This country’s marine resources that can be utilized as a national economic potential is a salt industry. With the wealth of the saline water that we have, Indonesia is still importing salt because there is an imbalance between demand and domestic production. The purpose of this journal is to find out the potential for briny ponds in Indonesia to be used to reduce the dependence on national imports. To handle this problem, there are several efforts to maximize our national productions of saline pond in Nagekeo District, East Nusa Tenggara (Nusa Tenggara Timur). Along with the modernization and technology, there is several branches of innovation and technology to increase the effectiveness of Indonesia’s Sea Salt Industry such as Geomembrane Prism House, Vertical Axis Mill Pump, and the Smart House Salt Maker (SHASA). By adopting these technologies, it is expected that the production of marine salt farmers will be able to severely reduce salt imports and make Indonesia a successful and independent maritime country.