Vini Taru Febriani Prajayati
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Perikanan

KEANEKARAGAMAN TEMPORAL PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN DI AREA TAMBAK BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Muhammad Akbarurrasyid; Vini Taru Febriani Prajayati; Mustika Katresna; Dinno Sudinno; Sofian Sofian
Jurnal Perikanan Vol 13 No 3 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i3.621

Abstract

Plankton merupakan mikroorganisme yang memiliki fungsi dan jasa ekosistem penting pada lingkungan perairan. Plankton rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan sehingga dapat dijadikan indikator kualitas lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman temporal plankton sebagai bioindikator kualitas lingkungan perairan pada area sekitar tambak udang vannamei. Penelitian dilakukan dengan cara survey dan identifikasi terhadap plankton dan kualitas air secara temporal. Plankton yang teridentifikasi dilakukan analisis indeks biologi (keanekaragaman, keseragaman dan dominansi), kualitas air dianalisis secara deskriptif kualitatif serta analisis regresi untuk mengetahui peran plankton sebagai indikator kualitas lingkungan perairan. Hasil penelitian diperoleh kelimpahan dan kepadatan plankton kelompok Chlorophyceae sebesar 78,30% (3 Genus), Cyanophyceae sebesar 12,89% (2 Genus), Bacillariophyceae sebesar 5,98% (3 Genus), Dinoflagelata sebesar 2,52% (2 Genus) dan lain-lain sebesar 0,31% (1 Genus). Kelimpahan dan kepadatan plankton secara temporal berpengaruh terhadap kualitas air. Hasil pengamatan kualitas air mengalami fluktuasi yang mendukung kelimpahan dan kepadatan plankton, sedangkan hasil uji regresi keanekaragaman (R2 = 0,7854), keseragaman (R2 = 0,9643) dan dominansi (R2 = 0,8673) plankton terhadap kualitas air sangat berpengaruh. Hasil penelitian menunjukan bahwa keanekaragaman, keseragaman dan dominansi plankton secara temporal merupakan indikator biologi terhadap kualitas lingkungan perairan.
PEMANFAATAN SILASE DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM FORMULASI PAKAN TERHADAP EFISIENSI NUTRIEN DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Muhammad Akbarurrasyid; Vini Taru Febriani Prajayati; Achmad Sofian; Dinno Sudinno; Ega Aditya Prama; Wahyu Puji Astiyani; Indra Kristiana
Jurnal Perikanan Vol 13 No 2 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i2.539

Abstract

Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan bahan baku lokal yang memiliki kandungan protein nabati sebesar 21,49% sehingga dapat dijadikan alternatif dalam penyusunan formulasi pakan buatan. Potensi penggunaan daun kelor sebagai bahan baku dalam formulasi pakan dapat dilakukan dalam bentuk silase. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan dan persentase silase daun kelor dalam formulasi pakan terhadap efisiensi nutrient dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakasana dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Penelitian dilakukan dengan mengindetifiksi potensi silase daun kelor, persiapan pakan perlakuan dan uji biologi terkait efesiensi nutrient dan pertumbuhan ikan nila. Hasil penelitian menunjukan pemanfaatan silase daun kelor memiliki potensi yang sama seperti pakan komersial terhadap efisiensi nutrient dan pertumbuhan ikan nila. Nilai efisiensi nutrient tidak menunjukan perbedaan signifikan antara pakan formulasi silase dan tanpa silase daun terhadap rasio konversi pakan dan retensi energi (P>0.05), sebaliknya mengalami perbedaan signifikan terhadap rasio efisiensi protein (P<0.05). Pertumbuhan ikan nila yang diperoleh tidak menunjukan perbedaan signifikan antara formulasi silase dan tanpa formulasi terhadap pertumbuhan bobot mutlak, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) dan tingkat kelangsungan hidup (P>0.05), hal ini menujukan bahwa kualitas pakan formulasi silase sama dengan pakan tanpa formulasi tapi memiliki tingkat rasio efisiensi protein yang rendah.