Ganal Rudiyanto
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KAJIAN SEMIOTIKA KONOTASI ORNAMEN BETAWI GIGI BALANG Muhammad Syukri Faiz; Acep Iwan Saidi; Ganal Rudiyanto
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.174 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v3i1.8289

Abstract

The connotation semiotical study of the Betawi’s gigi balang ornament discusses the meaning of the gigi balang ornament which has begun to be revived by the DKI Jakarta provincial government. The study of meaning is expected to be a guideline that an ornament is not only an art but can affect people’s lives. With the connotative semiotic method, the meaning of gigi balang does not only stop until the connotative meaning but until the mythic meaning which is held firmly by the Betawi people.
ANALISIS BENTUK KUBAH DAN AKULTURASI BUDAYA PADA BANGUNAN MASJID AL OSMANI MEDAN Rendy Prayogi; Ganal Rudiyanto; Achmad Syarief
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 3 No. 2 (2021): Junal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Produk
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1353.045 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v3i2.9426

Abstract

AbstractMedan City is a combination of several ethnicities and cultures, because in Medan there are several Acehnese, Batak and Malay ethnic groups. Medan has a Malay Deli building with exotic religious and artistic nuances to visit, especially if we like typical Malay buildings such as the Al Osmani Mosque building which still elevates and preserves cultural arts even though there has been a renewal of traditional architecture into modern architecture, but the Malay building still has value. aesthetics with various types of ornament forms, colors, placement of Malay ornaments and also the acculturation of various cultures. Al Osmani Mosque was first built in 1854 with selected wood materials imported from Penang. During the VII Deli Malay Sultanate, namely Sultan Osman Perkasa Alam. Then in 1870 - 1872 the wooden mosque was built permanently by his son, Sultan Mahmud Perkasa Alam (VIII Sultan of Deli). The Al Osmani mosque building was designed by a German architect named GD Langereis with materials sent from Spain and Persia. This study uses a historical approach and aesthetic approach. The historical approach will involve a discussion of the origins of the building form of the Al Osmani Mosque and its functional development since it was founded until now. The aesthetic approach will involve a discussion of the dome shape of the Al Osmani Mosque, what cultural acculturations are there in the Medan Al Osmani Mosque building so that it can attract attention and have unique characteristics? The results showed that the Al Osmani Mosque and its interior as well as the space filling elements in it were not fully influenced by the aesthetics of the forms that came from the Deli Malay culture but were also influenced by the aesthetic forms of Chinese, European, Indian and Middle Eastern cultures.Keywords : Acculturation, Ornaments, Aesthetics, History, Al Osmani Mosque.  AbstrakKota Medan merupakan perpaduan dari beberapa etnis dan budaya, karena di Kota Medan di dapati beberapa etnis Aceh, etnis Batak dan etnis Melayu. Medan memiliki bangunan Melayu Deli bernuansa seni dan religi yang eksotis untuk dikunjungi khususnya jika kita menyukai bangunan-bangunan khas Melayu seperti Bangunan Masjid Al Osmani masih mengangkat dan melestarikan seni budaya meskipun terjadi pembaharuan arsitektur tradisional menjadi arsitektur modern, tetapi pada bangunan Melayu tersebut masih memiliki nilai estetis dengan berbagai jenis bentuk ornamen, warna, penempatan ornamen Melayu dan juga akulturasi dari berbagai budaya. Masjid Al Osmani pertama kali dibangun pada tahun 1854 dengan bahan kayu pilihan yang didatangkan dari Penang. Pada masa Kesultanan Melayu Deli ke-VII yaitu Sultan Osman Perkasa Alam. Kemudian pada tahun 1870 - 1872 masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun permanen oleh putranya yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam (Sultan Deli ke-VIII). Bangunan masjid Al Osmani di desain oleh arsitek asal Jerman yang bernama GD Langereis dengan material yang dikirim dari Spanyol dan Persia. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan pendekatan estetika. Pendekatan sejarah akan menyangkut pembahasan tentang asal-usul bentuk bangunan Masjid Al Osmani dan perkembangan fungsionalnya sejak didirikan hingga sekarang. Pendekatan estetika akan menyangkut pembahasan tentang bentuk kubah Masjid Al Osmani, akulturasi budaya apa saja yang terdapat pada bangunan Masjid Al Osmani Medan sehingga bisa menarik perhatian dan memiliki ciri khas yang unik?. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Masjid Al Osmani dan interiornya serta elemen pengisi ruang di dalamnya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh estetika bentuk yang berasal dari budaya Melayu Deli tetapi juga dipengaruhi oleh estetika bentuk dari kebudayaan China, Eropa, India dan Timur Tengah.Kata Kunci : Akulturasi, Ornamen, Estetika, Sejarah, Masjid Al Osmani.
BENTUK, ORNAMEN DAN MAKNA PADA CINCIN TAPAK GAJAH TRADISIONAL KARO Elvira Yesica Ginting; Ganal Rudiyanto; Krishna Hutama
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 3 No. 2 (2021): Junal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Produk
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1426.528 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v3i2.9431

Abstract

Abstract Forms, ornaments, and meanings of creation are interplayed each other as aesthetic elements. These have a load of wisdom, pieces of the civilization history, and culture of a tribe or society. And, these are very important topic to examine about problems that  traditional Karo Tapak Gajah ring face. The ring is just a mere historical artifacts now for the Karo culture actor. Even though, the development of the Karo culture has been always based on the their role. Therefore, qualitative research, historical and cultural approaches can fulfill the basic comprehension about form, ornament, and message when literacy about it is hard to find. The historical approach is to find out the diachronic and cultural events that occur in Karo culture, while the cultural approach knows the background of Karo customs. Thus, the aesthetic elements of the ring can be revealed through evidence of a certain time span and cultural aspects.Keywords: form, ornaments, meaning, traditional Karo Tapak Gajah Ring, aesthetic elements Abstrak Bentuk, ornamen dan makna pada sebuah karya menjadi hal yang saling terikat sebagai elemen estetik dalam sebuah karya. Mereka memiliki muatan memori kearifan, potongan sejarah peradaban dan kebudayaan suatu suku hingga masyarakat. Hal tersebut menjadi penting saat menyangkut permasalahan yang dihadapi oleh cincin Tapak Gajah tradisional Karo yang kini dianggap hanya sebagai artefak sejarah belaka bagi para pelaku budaya Karo. Padahal, sebuah perkembangan budaya tidak lepas dari peran pelaku budaya tersebut. Oleh karena itu, pemahaman mengenai muatan bentuk, ornamen dan makna didalam cincin Tapak Gajah tradisional Karo menjadi kepentingan yang mendasar ketika literasi mengenai hal tersebut sukar ditemukan. Riset kualitatif disertai dengan pendekatan historis dan kultural. Pendekatan historis untuk mengetahui diakronis dan peristiwa-peristiwa budaya yang terjadi dalam budaya Karo, sedangkan pendekatan kultural mengetahui latar belakang adat istiadat Karo. Sehingga, elemen estetik (bentuk, ornamen dan makna) cincin tersebut dapat terungkap melalui bukti rentang waktu tertentu dan aspek kultural.Kata kunci: bentuk, ornamen, makna, cincin Tapak Gajah tradisional Karo, elemen estetik 
KAJIAN ESTETIKA VISUAL INTERFACE DAN USER EXPERIENCE PADA APLIKASI RUANGGURU AESTHETIC STUDIES OF VISUAL INTERFACE AND USER EXPERIENCE OF THE RUANGGURU APPLICATION Rizki Auliazmi; Ganal Rudiyanto; R. Drajatno Widi Utomo
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 4 No. 1 (2021): Jurnal Seni & Reka Rancang : Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.222 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v4i1.9968

Abstract

AbstractAesthetic Studies of Visual Interface and User Experience In the Ruangguru Application, Visual interface design is a graphic design medium which in this digital age has been widely seen by the public, in this period of large-scale social restrictions, many daily activities use digital media and internet, one of which is school, many use online-based applications or websites to do learning. It's just that these users still lack the habit of using similar applications, for that we need a good user interface to help users use the application, one of the online learning applications is Ruangguru, an application that is well known by the public. In this study, the researcher intends to examine how the user interface of the Ruangguru application affects its users, User Experience is needed to be able to assess the User Interface has been well received by users, for that aesthetic value is also a supporter of the assessment of the User Interface because aesthetics is one of the the most important aspects of designing a Visual Interface Keyword: User Interface, User Experience, Aesthetic Experience Structure, Ruangguru AbstrakKajian Estetika Visual Interface dan User Experience Pada Aplikasi Ruangguru, Visual interface design merupakan sebuah media desain grafis yang pada zaman digital ini sudah banyak dilihat oleh masyarakat, di masa pembatasan sosial berskala besar ini, banyaknya kegiatan-kegiatan sehari-hari yang menggunakan media digital dan internet, salah satunya adalah sekolah, banyak yang menggunakan aplikasi atau website berbasis online untuk melakukan pembelajaran. Hanya saja masih kurang kebiasaan dari pengguna-pengguna tersebut dalam menggunakan aplikasi sejenisnya, untuk itu diperlukannya user interface yang baik untuk membantu pengguna dalam menggunakan aplikasi, salah satu aplikasi belajar online tersebut adalah Ruangguru, merupakan aplikasi yang cukup dikenal oleh masyarakat. Dalam penelitian kali ini peneliti bermaksud mengkaji bagaimana pengaruh user interface aplikasi ruangguru tersebut terhadap penggunanya, User Experience pengguna diperlukan untuk dapat menilai User Interface sudah dapat diterima dengan baik oleh pengguna, untuk itu nilai estetika juga menjadi pendukung penilaian User Interface tersebut dikarenakan estetika merupakan salah satu aspek terpenting pada perancangan Visual Interface Kata kunci: User Interface, User Experience, Struktur Pengalaman Estetika, Ruangguru
RANCANGAN PEWARNAAN ALAMI DAUN SUJI PADA TENUN SUTERA SENGKANG, SULAWESI SELATAN DESIGNING SUJI LEAF NATURAL COLORING ON SENGKANG SILK WEAVING, SOUTH SULAWESI Fitri Aridanti Alamsjah; Yan Yan Sunarya; Ganal Rudiyanto
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 4 No. 1 (2021): Jurnal Seni & Reka Rancang : Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.654 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v4i1.9973

Abstract

AbstrakTenun Sengkang adalah salah satu tekstil khas Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan sejak abad ke-15 dan terus berkembang hingga saat ini. Implementasi warna yang indah dan  aneka ragam hias pada tenun yang memiliki makna penting di dalamanya bagi masyarakat Bugis. Akan tetapi, transformasi budaya telah memberikan intervensi dalam proses pembuatannya seperti penggunaan pewarna kimia dan mulai meninggalkan pewarna alami yang dianggap jauh lebih sulit. Namun jika ditinjau kembali, nilai estetika yang dihasilkan juga mulai tergeser dan perlu dipertimbangkan kembali dengan isu keberlanjutan sebagai dampak yang dihasilkan. Eksplorasi terhadap sumber daya alam yang tersedia dapat dilakukan sebagai upaya menghasilkan alternatif pewarna alami pada tekstil. Tumbuhan daun suji merupakan tumbuhan yang akan dieksplor lebih jauh untuk mengetahui potensi yang dapat dihasilkan.      Kata-kata kunci: Eksplorasi, Fesyen keberlanjutan, Tenun Sengkang, Tumbuhan daun suji AbstractSince the 15th century until now, South Sulawesi is producing their own textile called as Tenun Sengkang and becoming one of the Indonesia’s heritage. The implementation of the colours and the various pattern on the textile itself have the important meanings for the Bugis civilization. However, the cultural transformation has provided intervention through the production process such as the adaption of using chemical dyes and begins to abandon the natural dyes as they thought using chemical is much simpler and efficient. In fact, those things will be resulting the shifting of the aesthetic value of the Tenun Sengkang itself and needs to be reconsidered with the issue of the sustainability. In aiming to provide an alternative natural dyes, the researcher will do explorations on suji leaf to analyze the potential natural dyes to be applied on Tenun Sengkang.   Keywords: Explorations, Sustainability, Suji Leaf, Tenun Sengkang